Scroll Untuk Membaca

Medan

Aktivis 98: Persatuan Nasional Fardhu A’in Bagi Rakyat Indonesia

Aktivis 98: Persatuan Nasional Fardhu A'in Bagi Rakyat Indonesia

MEDAN (Waspada): Menurut Aktivis 98 Muhammad Ikhyar Velayati (foto) persatuan nasional yang selalu dikumandangkan Presiden terpilih Prabowo Subianto dalam setiap acara dan momentum politik merupakan fardhu a’in (kewajiban) bagi seluruh rakyat Indonesia.

“Persatuan nasional itu fardhu a’in bagi setiap individu, artinya kewajiban bagi setiap warga negara Indonesia,” tegas Ikhyar di Medan, Minggu (1/9/2024).

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Aktivis 98: Persatuan Nasional Fardhu A'in Bagi Rakyat Indonesia

IKLAN

Sebelumnya diberitakan, Prabowo Subianto menyindir para pengamat dan elit politik yang selalu membuat isu memecah-belah sesama tokoh bangsa. Padahal menurut Prabowo budaya bangsa Indonesia yang diwariskan para founding fathers pemimpinnya selalu hidup rukun walau ada perbedaan.

“Maaf orang pintar yang banyak bicara di podcast. Saya hormat memang hormat. Tapi budaya bangsa kita turun temurun ingin pemimpinnya rukun. Kalian suka gak pemimpin rukun kayak begini? Berbeda kan gak apa-apa. Memang ngeri-ngeri sedap,” kata Prabowo saat memberikan sambutan dalam Penutupan Rapimnas Partai Gerindra di Indonesia Arena, GBK, Senayan, Jakarta, 31 Agustus 2024.

Sindiran Prabowo tersebut diduga tertuju pada Rocky Gerung dan Dosen Hukum UGM, Zainal Arifin Mochtar dalam acara ” Podcast Bocor Alus Politik Tempo”, yang membahas Putusan MK dan Keretakan Jokowi dan Prabowo pada Sabtu, 24 Agustus 2024.

Menurut Ketua Relawan Prabowo, pada Pilpres 2024 ini, persatuan nasional merupakan kebutuhan objektif sejarah.

“Ketika rakyat dan founding fathers kita dulu bersatu, Indonesia berhasil meraih kemerdekaan. Saat ini jika Indonesia ingin menjadi negara maju yang memimpin peradaban dunia, maka persatuan nasional merupakan kebutuhan objektif sejarah bagi rakyat Indonesia,” tegas Ikhyar.

Ikhyar menduga para pengamat politik maupun akademisi yang selalu melemparkan isu perpecahan serta mengadu domba para pemimpin nasional merupakan antek asing.

“Jika ada pengamat maupun elit politik yang selalu mengadu-domba dan menebarkan permusuhan di antara tokoh dan pemimpin bangsa ini, patut diduga mereka adalah antek asing, yang tidak ingin negara dan bangsa ini besar,” sindir ikhyar. (cpb/rel)

Teks foto Muhammad Ikhyar Velayati. Waspada/ist

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE