Laporan Haji: Muhammad Ishak
ARAB SAUDI (Waspada): Berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama Republik Indonesia, jumlah jemaah haji yang wafat di Tanah Suci mencapai 614 jemaah.
“Kita berharap jemaah wafat tidak terus bertambah, sehingga perlu menjaga pola hidup sehat dan bersih serta menghindari kelelahan,” kata Direktur Bina Haji Ditjen PHU Kemenag RI, Arsad Hidayat, di Madinah, Minggu (16/7).
Selama di Tanah Suci, jemaah gelombang pertama yang masih tersisa di Makkah diminta memperketat protokol kesehatan (prokes), seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menggunakan hand sanitizer, tidak melakukan kontak fisik seperti berjabat tangan dan berpelukan.
“Pasca puncak haji, banyak jemaah kelelahan dan diserang demam, flu dan batuk. Oleh seba itu perlu menghindarinya agar tidak menular ke jemaah lain, caranya memperketat prokes,” ujarnya seraya meminta jemaah haji beristirahat yang cukup menjelang keberangkatan ke tanah air.
Begitu juga dengan jemaah haji gelombang kedua, Arsad meminta agar tetap menjaga kesehatan selama berada di Madinah. “Jemaah lansia dan risti untuk beribadah di hotel sambil beristirahat, tidak perlu mengejar Arbain. Apalagi keberadaanya selama 8-9 hari di Madinah juga menunggu jadwal pemulangan melalui Bandara AMAA Madinah,” tutur Arsad Hidayat.
Kedatangannya ke Kantor Urusan Haji Indonesia – Madinah, menghadiri pertemuan Tim Media Center Haji (MH) Daker Makkah dengan MCH Daker Madinah. Dalam kesempatan itu, Arsad berterimakasih untuk seluruh Tim MCH yang sudah berkontribusi dalam misi haji tahun ini, sehingga informasi haji tersebar luas di Tanah Air.
“Kami akui kerja keras dan kerjasama tim MCH dari Daker Madinah, Makkah dan Bandara, dalam membantu jemaah haji selama penyelenggara haji. Bukan sekedar menyelesaikan tugasnya sebagai MCH, tapi berulang kali membantu jemaah yang kesasar dan membopong jemaah sakit dan lansia kembali ke hotel,” sebut Arsad.
Sementara Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan PPIH Arab Saudi, dr. M. Imran dalam siaran persnya, menjelaskan, jemaah haji yang dirawat baik di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah maupun Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) di Makkah, paling banyak menderita pneumonia atau radang paru.
“Data terakhir menunjukkan 337 jemaah haji sakit dan dirawat di KKHI Makkah dan RS Arab Saudi, mayoritas menderita pneumonia,” kata M Imran, seraya menyebutkan, kenaikan kasus pneumonia ini terjadi pasca puncak ibadah haji atau fase Armina.
Dijelaskan, pneumonia adalah penyakit radang paru yang bisa menyerang siapapun, terutama yang memiliki daya tahan tubuh rendah, memiliki daya tahan tubuh rendah dan jemaah yang memiliki komorbid, rentan untuk terkena pneumonia.
“Selanjutnya kondisi ini dipicu oleh kelelahan terutama fase puncak ibadah haji di Armuzna. Oleh karenanya kasus pneumonia pasca Armina meningkat drastic,” kata M Imran, kasus pneumonia atau radang paru diawali dengan gejala batuk dan pilek dan gejala khas dalam kasus pneumonia adalah demam dan sesak napas.
Penularan berasal dari droplet yakni percikan cairan saat batuk atau bersin. Oleh karena itu dr. Imran mendorong jemaah haji untuk menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menggunakan hand sanitizer, tidak melakukan kontak fisik seperti berjabat tangan dan berpelukan.
“Bagi yang menderita batuk dan pilek agar selalu memakai masker dan menerapkan etika batuk. Etika batuk yang dimaksud yakni menutup mulut dengan lengan bagian atas bukan dengan telapak tangan,” urai M Imran.
Terkait penanganan, dr. Imran menyampaikan bahwa bidang kesehatan telah memasok obat-obatan di kloter seperti antibiotik, di pos kesehatan (Poskes) sektor penuhi antibiotik injeksi dan oksigen untuk antisipasi penurunan saturasi oksigen dalam darah. “Di KKHI juga sudah disiapkan obat-obatan, antibiotik yang lebih advance serta mekanisme rujukan ke RSAS bila terjadi perburukan,” demikian dr M Imran. (b11).