MEDAN (Waspada): Sebanyak 30 anak berkebutuhan khusus atau disabilitas di Sumatera Utara (Sumut) mengikuti kuliah perdana mahasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) tahun ajaran 2022-2023 bertempat di SLB Negeri Pembina Medan di Jalan Guru Sinumba No.5, Helvetia, Kec. Medan Helvetia.
“Kita mendapat perhatian dari 5 Perguruan Tinggi Swasta yaitu Politeknik Cendana, STIM Sukma, Politeknik LP3I, Politeknik Ganesa, STOK Bina Guna. Kuliah ini dibiayai dan diberikan fasilitas dan alhamdulillah hari ini kita menyaksikan bersama perhatian dari BNI juga yang memberikan dukungan fasilitas bagi anak-anak kita,” jelas Kepala Dinas Pendidikan Provsu, Asren Nasution usai meluncurkan program Kuliah Perdana Mahasiswa ADik tahun Ajaran 2022-2023 di SLB Negeri Pembina Medan.
Asren berharap program ini terus berlangsung dan menghimbau agar perguruan tinggi di Sumut memperkuat apa yang sudah dirintis lima perguruan tinggi swasta itu.
“Untuk kuliah perdana ini kita manfaatkan sarana dan prasarana SLB Negeri Pembina tapi kami akan terus memonitor jadi nantinya Pemprovsu akan menyiapkan fasilitas yang lainnya. Insyaallah 2023 ini akan menjadi perhatian khusus,” papar mantan pejabat Bupati Pakpak Barat ini
Ia juga meminta kepada Kepala SLB Negeri Pembina ini membuat plank bahwa di sekolah ini adalah kampus perkuliahan buat anak disabilitas.
“Sama kesempatannya dengan anak -anak yang lain tidak ada bedanya. Ini juga bentuk penyetaraan. Dengan mengenyam pendidikan hingga ke perguruan tinggi ini kita harapkan juga anak -anak berkebutuhan khusus juga bisa mengisi peluang pekerjaan baik di perkantoran, instansi dan juga lainnya,” tegasnya.
Asren bahkan mendapatkan informasi bahwa banyak anak berkebutuhan khusus ini berprestasi di tempat ia bekerja.
“Kami juga mendapatkan informasi bahwa ada menjadi karyawan terbaik di salah satu ritail perbelanjaan. Mereka memiliki kedisiplinan dalam bekerja, pekerja keras, dan memiliki etos kerja tinggi. Jadi di tahun 2023 nanti akan ada 30 anak disabilitas yang akan mengikuti perkuliahan dengan berbagai disiplin ilmu atau Konsentrasi studi seperti tata boga, komputer,” ujarnya, sembari menyampaikan rasa syukur atas adanya program ini.
“Saya bersyukur dan bangga terhadap program beasiswa ini,” katanya lagi.
Katanya pihaknya akan terus mengkampanyekan program ini sehingga masyarakat yang memiliki anak disabilitas dapat melanjutkan pendidikan tidak hanya sebatas tingkat SLB namun juga dapat bersekolah setinggi-tingginya.
“Saya menghimbau semua lembaga pendidikan mulai TK hingga perguruan tinggi untuk menyiapkan fasilitas buat siapa saja yang disabilitas agar memudahkan mereka. Tahun depan kita berharap program ini akan bekerjasama lebih luas lagi dengan PT yang lainnya,” tegasnya.
Program ADik sendiri adalah beasiswa bantuan biaya pendidikan dan bantuan biaya hidup bagi mahasiswa penerima asal Papua dan Papua Barat, mahasiswa asal daerah khusus (3T) dan anak TKI serta mahasiswa penyandang disabilitas. Mahasiswa penerima dalam Program ADik dapat berasal dari semua proses seleksi masuk perguruan tinggi/politeknik baik SNMPTN/SNMPN, SBMPTN/SBMPN, seleksi mandiri Perguruan Tinggi maupun seleksi ADik.
Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Khusus Dinas Pendidikan Sumut, Elisabeth Simanjuntak menceritakan program ini dilaksanakan berawal dari program Kampung Beasiswa dimana saat itu pihaknya mensosialisasikan beasiswa apa saja yang dapat diperoleh masyarakat.
” Awalnya sebenarnya kita sosialisasi beasiswa untuk SMA dan SMK di Kampung Beasiswa. Ketika kami melakukan sosialisasi itu kami berjumpa dengan 5 perguruan tinggi swasta ini. Sehingga kita cerita bahwa anak SLB Apa punya kesempatan untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi kemudian pihak Perguruan Tinggi tersebut mengatakan bahwa ada beasiswa ADIK tetapi banyak tidak mau mengambilnya. Kadang-kadang memang tidak mudah mengurus anak dengan disabilitas ini. Sebenarnya program ini sudah ada dari tahun 2021,’jelasnya.
Akhirnya sebutnya pihaknya mendapat 30 anak untuk ikut serta di program tahun ajaran 2022-2023, tahun depannya pihaknya berencana akan menambah anak tunanetra.
“Program ini kita laksanakan di SLB Pembina karena ini pertama kali yang mana kita masih mencari metode pengajaran yang tepat untuk anak disabilitas. Di sini juga banyak guru-guru yang bisa menjadi pendamping dosen-dosen dari 5 perguruan tinggi tersebut. Jadi merekalah menjadi pendamping ketika dosen-osen menjelaskan materi pembelajarannya. Di tahun perdana ini kuliahnya disini, ke depan jika sudah dapat metode yang benar maka akan kita kembalikan ke kampusnya. Sementara mereka kita satukan dalam 1 kelas,” ujarnya.
Sementara itu, 30 mahasiswa disabilitas teraebut berasal dari Medan, Binjai, Serdang bedagai, Batubara, Padangsidimpuan.
para mahasiswa disabilitas itu sangat senang sekali dan tidak menyangka karena kebanyakan dari mereka merasa tidak mungkin bisa kuliah. Ketika mereka mendapatkan kesempatan ini mereka sangat senang, begitu juga orangtuanya. Dan selain beasiswa berkuliah, mereka juga mendapat uang bulanan Rp1,550.000/bulan.
Diharapkan beasiswa kuliah ini dapat membuat anak disabilitas lebih semangat mencapai cita-citanya dan juga diterima masyarakat serta bisa bekerja dimana mereka mau sesuai latar belakang pendidikannya. Jadi anak disabilitas tidak termarjinal lagi.
Hadir dalam launching kuliah perdana mahasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) tahun ajaran 2022-2023 itu sejumlah Kepala Sekolah SLB se-Sumut, serta orangtua mahasiswa, jajaran BNI, jajaran lima perguruan tinggi serta sejumlah anak disabilitas dari berbagai SLB se Sumut. (cbud)