Stunting Diatasi, Indonesia Siap-Siap Raih Bonus Demografi

  • Bagikan

JAKARTA (Waspada): Harapan Indonesia untuk meraih bonus demografi dan generasi emas pada 2045 mendatang akan sukses terwujud jika stunting atau berhenti tumbuh pada anak-anak Indonesia ditangani dengan sungguh-sungguh.

“Jika stunting tidak ditangani dengan sungguh-sungguh, maka masa bonus demografi akan terlewat dan Indonesia akan sulit untuk mencapai generasi emas 2045,” ujar Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy saat mengisi Dialog Percepatan Penurunan Stunting di Gedung Diklat BKKBN Kabupaten Malang, Minggu (20/3).

Ditambahkan Muhadjir, mereka yang terkena stunting, intervensi setelah usia itu, apapun bentuknya tidak akan optimal. Maka itu stunting sangat vital untuk pembangunan Indonesia.

Saat ini prevalensi stunting di Indonesia telah mengalami penurunan dari 27,6 persen menjadi 24,6 persen. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah menargetkan angka stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024. Untuk mengejar target itu, maka penanganan stunting pada 2 tahun ke depan harus turun sebesar 3 sampai 3,5 persen per tahun.

Guna menekan angka stunting dan mencetak generasi emas Indonesia tahun 2045, Menko PMK Muhadjir Effendy menekankan pentingnya dilakukan pendidikan calon pengantin (catin).

Intervensi pada catin sebagai upaya preventif mencegah bayi stunting. Pendidikan catin yang ditindaklanjuti pendampingan kesiapan menikah dan hamil kepada catin.

Ada tiga bekal yang harus dipersiapkan oleh calon pengantin, yaitu kesehatan reproduksi, kesehatan keluarga dan cara hidup berkeluarga, serta ekonomi keluarga. Selain itu pendidikan dan kesehatan juga harus lebih baik.

“Kalau anak sudah kita selamatkan dari stunting, dididik dengan baik dan kesehatan yang baik maka akan menjadi anak yang produktif yang berguna, khususnya untuk kepentingan negara,”pungkasnya.

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kemenko PMK Agus Suprapto menambahkqn, selain pendidikan catin, penguasaan lapangan juga penting baik dari pendamping keluarga maupun pihak terkait.

“Dalam penanganan stunting mencapai angka 14 persen secara nasisonal, yang paling penting adalah penguasaan lapangan. Yakni data realitas jangan ada yang disembunyikan,”ujarnya.

Hal itu dinilai menjadi sasaran konvergensi sumber daya di Kabupaten atau Kota. Jika penurunan stunting meningkat, maka SDM
Indonesia akan semakin membaik.

Dalam dialog tersebut turut hadir, Wakil Bupati Malang Didik Gatot Subroto, Sekretaris Perwakilan BKKBN Jawa Timur Nyigit Widi Amini, Pengarah Konsorsium Perguruan Tinggi Jawa Timur Sri Sumarmi, Koordinator Konsorsium Perguruan Tinggi Jawa Timur Sri Rahayu.(J02)

  • Bagikan