Menyulam Kesehatan Mental dengan Benang Psikologi Islam

  • Bagikan
Menyulam Kesehatan Mental dengan Benang Psikologi Islam

Oleh Amisa Qaulan Tsaqila

Kesehatan mental merupakan salah satu aspek yang kini semakin mendapat perhatian di seluruh dunia. Di tengah kompleksitas kehidupan modern, berbagai masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, stres kronis dan gangguan psikologis lainnya semakin marak ditemui. Banyak masyarakat merasa tertekan oleh tuntutan kehidupan yang tinggi, yang pada akhirnya mengarah pada masalah psikologis yang berpengaruh besar terhadap kualitas hidup.

Berdasarkan pemahaman tersebut dapat kita ilustrasikan bahwa kesehatan mental ibarat baju yang compang-camping akibat beban kehidupan yang berat namun dapat disulam kembali dengan benang-benang psikologi berupa dukungan, terapi dan introspeksi, sehingga baju itu perlahan bisa diperbaiki hingga kembali layak dikenakan.

Kesehatan mental adalah fondasi hidup yang bermakna, di mana pikiran, emosi dan tindakan berjalan selaras. Ini melibatkan kemampuan untuk menghadapi tekanan, membangun hubungan yang sehat dan menemukan kedamaian dalam diri. Hal ini juga menunjukkan bahwa pentingnya keseimbangan antara tubuh, pikiran dan jiwa dalam mencapai kebahagiaan dan kedamaian dalam hidup.

Dalam pandangan Islam, Al-Qur’an memberikan banyak panduan mengenai pentingnya menjaga kesehatan jiwa, dengan menekankan bahwa kedamaian dan ketenangan batin hanya dapat dicapai melalui kedekatan dengan Allah.

Al-Qur-an surah Ar-Ra’d ayat 28 Allah SubhanaAllahu wa ta’ala berfirman :
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ
Artinya: (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.

Ayat tersebut menggambarkan pentingnya kedekatan dengan Allah dalam mencapai ketenangan batin. Mengingat Allah melalui dzikir, doa dan ibadah lainnya, berfungsi sebagai penyembuh bagi jiwa yang gelisah, menghilangkan ketakutan, kecemasan dan kekhawatiran. Dengan adanya kedamaian batin ini, seseorang mampu menghadapi segala permasalahan hidup dengan lebih tenang dan penuh kesabaran.

Salah satu konsep penting dalam Psikologi Islam yang sangat relevan dengan kesehatan mental adalah teori tazkiyatun nafs atau penyucian jiwa. Tazkiyatun nafs mengajarkan tentang pentingnya membersihkan hati dari sifat-sifat negatif seperti dengki, iri, sombong dan amarah, serta menggantinya dengan sifat-sifat positif seperti kesabaran, ketulusan dan rasa syukur. Proses penyucian jiwa ini melibatkan berbagai tahap, seperti introspeksi diri, taubat, serta berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan Allah dan sesama manusia.

Dalam psikologi Islam, penyucian jiwa adalah kunci untuk mencapai kedamaian batin dan kesehatan mental. Ketika jiwa seseorang bebas dari sifat-sifat buruk dan dipenuhi dengan nilai-nilai spiritual, maka ketenangan akan tercipta dalam diri individu tersebut. Hal ini akan membantu seseorang dalam menghadapi tekanan hidup dan menanggapi masalah dengan cara yang lebih tenang dan damai.

Ketika mengaplikasikan konsep tazkiyatun nafs dalam kehidupan sehari-hari, seseorang perlu mengembangkan beberapa kebiasaan yang dapat membantu menjaga keseimbangan batin. Pertama-tama, penting untuk menyisihkan waktu setiap hari untuk berzikir dan berdoa, karena ini adalah cara langsung untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan ketenangan hati. Dzikir dan doa bukan hanya sekadar ritual, tetapi sebuah sarana untuk mengingatkan diri akan tujuan hidup yang lebih tinggi, serta mengingat bahwa Allah adalah sumber segala ketenangan.

Selain itu, menjaga kualitas hubungan sosial juga merupakan langkah penting dalam memperkuat kesehatan mental. Berinteraksi dengan orang-orang yang positif dan saling mendukung dapat memberikan rasa aman dan nyaman, serta memperkaya pengalaman batin. Dalam Islam, berbuat baik kepada orang lain juga merupakan bentuk dari penyucian jiwa, yang akan mengurangi perasaan egois dan meningkatkan rasa empati.
Mengelola emosi juga menjadi aspek yang tidak kalah penting dalam menjaga kesehatan mental.

Islam mengajarkan untuk selalu menjaga kesabaran dan menghindari sifat marah yang bisa merusak hubungan serta menimbulkan kegelisahan batin. Berusaha untuk memaafkan diri sendiri dan orang lain juga sangat membantu dalam proses penyucian jiwa. Dengan memaafkan, hati menjadi lebih ringan dan jiwa merasa bebas dari beban negatif.

Kesehatan mental dapat diibaratkan seperti sebuah baju yang compang-camping akibat beban kehidupan yang berat. Setiap tantangan dan masalah yang datang dapat merobek-robek mental kita, namun dengan benang-benang Psikologi Islam yaitu seperti dzikir, ibadah, introspeksi dan penyucian jiwa, kita dapat menyulam kembali “baju” tersebut. Perlahan, dengan kesabaran dan ketekunan, baju itu bisa diperbaiki hingga kembali layak dikenakan, memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi pemakainya.

Dengan memahami pentingnya kedekatan dengan Allah dan menerapkan prinsip tazkiyatun nafs, kita dapat menjaga kesehatan mental dan jiwa, serta menghadapi kehidupan dengan lebih tenang dan penuh kebahagiaan.

Mahasiswi Prodi Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, IAIN Langsa


Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *