Menu
Pusat Berita dan Informasi Kota Medan, Sumatera Utara, Aceh dan Nasional

Awas, Stunting Ancam Bonus Demografi

  • Bagikan

JAKARTA (Waspada): Stunting atau gagal tumbuh pada anak usia dini merupakan ancaman yang serius terhadap bonus demografi di Indonesia.

Bonus demografi adalah populasi penduduk yang produktif jauh lebih banyak ketimbang penduduk yang tidak produktif. Bonus demografi ini berdampak pada peningkatan kesejahteraan Indonesia. Bonus demografi sendiri diperkirakan terjadi pada periode 2030-2045

“Jangan sampai kesempatan emas bonus demografi ini, gagal dimanfaatkan dengan baik. Akibatnya bisa terjadi miss demographic dividend dan dapat berpengaruh kepada bonus demografi jilid 2, dimana ageing population bertambah namun tidak produktif, sakit-sakitan dan relatif miskin,” ujar Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo saat menjadi narasumber dalam acara Kuliah Tamu Universitas Halu Oleo Sulawesi Tenggara, yang digelar secara daring dan luring, Selasa (7/6/2022).

Karena itu, lanjut Hasto, sebisa mungkin kita semua menghindari kondisi Growing Old before Growing Rich. Artinya, populasi ini bergeser menjadi orang tua tapi miskin.

“Ini bahaya sekali. Dan ini kalau kita tidak antisipasi mulai sekarang, maka mau tidak mau bonus demografi ini akan berhenti kemudian akan digantikan oleh ageing population. Kalau seandainya kita generasi yang stunting, generasi yang tidak sehat yang tidak produktif, karena kita betul-betul menjadi Growing Old before Growing Rich,” jelas Hasto.

Generasi yang stunting bisa lahir apabila banyak yang kawin pada usia muda, putus sekolah, mempunyai anak banyak, kemudian jarak kelahiran yang dekat, dan kematian ibu yang tinggi.

Maka dari itu BKKBN sebagai instansi yang ditunjuk Presiden RI Joko Widodo sebagai Ketua Percepatan Penurunan Stunting menggalakkan program-program pencegahan stunting yang dimulai sejak prekonsepsi yaitu 3 bulan sebelum terjadinya kehamilan pada pasangan usia subur dan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Selain itu menurut Dokter Hasto peran kontrasepsi sangat besar terhadap penurunan stunting karena spacing, birth to birth interval, pregnancy interval sangat berkorelasi dengan undernutrition pada anak-anak.

“Stunting ini murni karena salah urus, karena suboptimal nutrisinya, suboptimal health di 1000 Hari pertama Kehidupan (HPK)-nya dan mungkin juga asuhannya tidak baik. Sehingga kalau ada yang secara genetik itu memang pendek itu tidak kita masukkan (stunting),” tambah Dokter Hasto.

Syarat untuk memetik Bonus Demografi jilid 2 adalah ketika ageing population meningkat, maka orang-orang yang sudah melewati usia produktif masih tetap produktif, sehat, dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Untuk memetik bonus demografi sangat erat kaitannya dengan kesehatan reproduksi. Bonus demografi yang tertransformasikan menjadi bonus kesejahteraan terlihat dari pendapatan perkapita yang meningkat dan bisa diraih dengan syarat anak-anak muda di Indonesia tidak kawin pada usia muda, tidak putus sekolah, tidak hamil pada usia yang muda, tidak hamil berulang kali, angka kematian ibu dan bayi tidak tinggi, tidak banyak pengangguran, hari tuanya relatif aman dengan punya tabungan, asuransi dan sebagainya.(J02)

Editor: Dian W
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *