Banjir Di Australia Tewaskan 20 Orang, Puluhan Ribu Mengungsi

  • Bagikan

SYDNEY (Waspada) : Setidaknya 20 orang tewas dan puluhan ribu warga mengungsi pada Selasa (3/8), akibat banjir yang melanda pantai timur Australia selama sepekan.

Korban meninggal bertambah dua lagi jadi 20 orang hingga Selasa (8/3). Penambahan korban tewas itu yakni seorang laki-laki dan perempuan yang ditemukan di Sydney.

Polisi menyatakan kedua orang itu merupakan ibu dan anak yang hilang dan mobilnya ditinggal di kanal stormwater, seperti dikutip dari AFP.

Banjir yang menggenangi Sydney membuat pihak berwenang meminta 60 ribu penduduk di kota terbesar Australia itu mengungsi.

Lembaga cuaca nasional Australia memperingatkan, 48 jam ke depan akan menjadi waktu yang sulit bagi Sydney.

Curah hujan yang tinggi di kota itu menyebabkan banjir. Air merendam jembatan, rumah, menyapu mobil dan bahkan meruntuhkan atap pusat perbelanjaan dan supermarket.

Di pinggiran Sungai George Hall sejumlah kendaraan terendam. Polisi pun bergegas menyelamatkan orang-orang yang terjebak di mobil karena air terus meningkat.

Di New South Wales, peringatan banjir juga diberlakukan mulai Selasa (8/3) untuk seluruh garis pantai sepanjang 2.000 kilometer.

Dalam sepekan terakhir, banjir yang melanda beberapa wilayah di Australia mirip dengan kebakaran hutan pada akhir 2019 lalu.

“Ini sangat mirip dengan kebakaran hutan ‘Musim Panas Hitam’. Kami punya dampak serupa terhadap masyarakat, jalan ditutup, infrastruktur rusak, listrik padam,” kata Juru Bicara Layanan Darurat NSW, Phill Campbell.

Di bagian utara New South Wales, banjir juga menghancurkan rumah-rumah, menghanyutkan mobil dan membuat ratusan penduduk setempat terdampar di atap mereka.

Ada sekitar 800 orang ditampung di layanan darurat negara bagian ini saja, kata komisioner layanan darurat NSW, Charlene York.

Menurut layanan darurat, hampir setengah dari 5.000 rumah yang dilanda banjir tidak dapat dihuni.

Di utara kota, peneliti banjir dievakuasi dari lab mereka saat air dari Bendungan Manly di dekatnya mulai tumpah ke daerah pinggiran kota.

Fasilitas Universitas New South Wales menggunakan air dari bendungan untuk menjalankan eksperimen skala besar soal skenario banjir satu dalam 100 dan satu dalam 1.000 tahun.

“Ironisnya, kondisi itu terjadi di luar,” kata peneliti Mitchell Harley.

Ketika dia tiba di tempat kerja di pagi hari, permukaan air sudah naik. Hujan yang terus mengguyur membuat banjir makin besar.

“Kami belum melihat dampak sebesar itu dalam 60 tahun selama laboratorium berdiri,” kata Harley.

Dia mengatakan banjir yang menggenangi Sydney dalam beberapa hari terakhir menunjukkan perlunya mempertimbangkan dampak perubahan iklim.

“Kami punya banyak infrastruktur tua di Sydney yang dirancang untuk peristiwa banjir bersejarah,” katanya.

Menurutnya, banyak infrastruktur yang perlu dievaluasi ulang dalam konteks perubahan iklim.

Di Mullumbimby, layanan telepon, dan internet terputus. Mereka juga tak menerima bantuan dari luar selama berhari-hari akibat banjir.

Sayangnya banyak masyarakat yang tak memperoleh asuransi banjir itu.

Australia tengah bergelut dengan perubahan iklim kekeringan, dan kebakaran hutan yang mematikan. Peristiwa pemutihan di Great Barrier Reef dan banjir menjadi lebih umum terjadi seiring perubahan pola cuaca global. (cnni)

  • Bagikan