Soal Capres, PDIP Bukan Partai Yang Bermain Pada Putaran Terakhir

  • Bagikan

JAKARTA (Waspada): Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan, dalam menentukan calon pada Pemilu 2024, semua harus mengikuti mekanisme yang ada.

Menurut dia, PDIP bukan partai yang bermain pada putaran terakhir, karena itu partainya menunggu waktu yang tepat, dan saat ini PDIP fokus terus bergerak bersama rakyat untuk mendulang suara di Pemilu 2024.

“Kita bukan partai yang bermain pada putaran terakhir, kita bukan partai yang menang Pemilu dengan cara serangan fajar, ilmu kilat H-1 atau H+2. Kami adalah partai yang bergerak bersama rakyat dengan turun ke bawah sebagai senjata paling efektif dalam Pemilu seperti yang disampaikan dalam pidato Bu Mega tadi. Sehingga segala sesuatu ada tahapannya,” kata Hasto dalam konferensi pers usai perayaan HUT PDIP ke 49 yang dilakukan secara daring, Senin (10/1/2022).

Menurut dia, kalau siapa yang mau jadi presiden, wakil presiden, itu keyakinan PDIP berdasarkan ideologi pancasila yang selalu ada campur tangan dari Tuhan. Tapi PDIP terus mempersiapkan diri, menggembleng diri terus menerus. Dia juga menegaskan, semuanya itu berada di tangan Megawati. Jika sudah memutuskan, maka tidak ada yang berubah dan tak goyah.

“Karena sekali mengambil keputusan, ya itulah yang harus dijalankan. Sehingga urusan pemilihan presiden (Pilpres), kami tidak grusa grusu dengan calon. Karena semuanya ada tahapannya, ” jelas Hasto.

Dia menambahkan, Komisi Pemilihan Umum (KPU), saja belum terbentuk dan KPU belum menetapkan kapan Pilpres itu. Tapi ketika KPU memutuskan dalam seminggu ini, kami sudah bersiap. Karena kami taat perundang-undangan, apalagi terhadap seorang presiden itu ada hitung-hitungannya, ada kalkulasi politik, ada upaya membangun kerja sama dengan partai lain, ada dialog,” sambungnya.

Selain itu, pihaknya juga ingin ada kesinambungan dengan Presiden Jokowi. Sehingga nanti Jokowi memberikan masukan kepada Ketua Umum PDIP Megawati agar arah ke depan pemerintahan ini senafas.

“Tidak bisa presiden ke depan punya orientasi yang berbeda memindahkan ibu kota di suatu tempat antah berantah, itu enggak bisa, harus senafas. Itulah yang dilakukan Ibu Mega dan sambil menunggu itu, partai terus melakukan langkah konsolidasi. jadi pemenangan ini bukan kerja orang per-orang, tapi kerja kolektif menyatu dengan rakyat,” tandasnya.

Disisi lain Hasto Kristiyanto menyatakan sapaan hangat Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri terhadap Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam acara HUT Ke-49 PDIP, tidak bisa disimpulkan sebagai dukungan politik. Menurut Hasto, sudah menjadi kebiasaan Ketua Umum Megawati menyapa berbagai pihak dalam rangka menjaga kehangatan persahabatan.

“Memang Ibu Mega ini membangun persahabatan,dan memang sekali klik itu terus berlangsung. Dengan Pak Prabowo Subianto, ibu membangun persahabatan, dengan Pak Ahok, ibu membangun persahabatan. Dengan tokoh-tokoh nasional, dengan Buya Syafii Maarif tadi sudah disebut, dengan Kiai Said Aqil Siradj,” katanya.

Hasto menyampaikan Presiden Kelima RI itu memiliki ketertarikan kepada orang-orang yang peduli lingkungan dan makanan.

“Pak Ahok ini punya mi khusus dari Bangka sana. Karena itu, seringkali dialog-dialog politik kebangsaaan itu dilakukan sambil menikmati kuliner surganya nusantara yang begitu luar biasa,” jelasnya sembari menyebut kedekatan itu terlihat di antara Ketua Umum Megawati dengan Pendiri MURI Jaya Suprana dalam acara HUT itu.

Oleh karena itu, Hasto menerangkan sapaan akrab Ketua Umum Megawati dengan kalimat sahabat kepada Ahok tidak bisa disimpulkan sebagai dukungan politik.

“Jadi itu enggak ada hubungannya dengan Pilgub 2024. Pidato Ibu Ketum disampaikan langsung oleh beliau sebagai hasil kontemplasi, tujuannya agar PDIP dapat dukungan dengan masyarakat Indonesia agar masalah ini dapat diatasi bersama-sama. Tetapi kalau Bu Mega mau menetapkan Pak Ahok, juga itu kewenangan Bu Mega,” tegas Hasto. (j05)

  • Bagikan