Menu
Pusat Berita dan Informasi Kota Medan, Sumatera Utara, Aceh dan Nasional

Prodi S1 Kewirausahaan Dan Prodi S2 Ilmu Manajemen Kolaborasi Gelar Webinar

  • Bagikan

MEDAN (Waspada): Program Studi (Prodi) S-1 Kewirausahaan dan Prodi S-2 Ilmu Manajemen beserta Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) S-2 Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara (FEB USU) kolaborasi menyelenggarakan Webinar Green Economy pada Sabtu (23/4/2022). Mengusung tema Sumber Daya Manusia Kreatif di Era Digitalisasi untuk Pengembangan Ekonomi Daerah, kegiatan ini dihadiri oleh 180 orang peserta secara daring.

Penyelenggaraan webinar ini juga merupakan bentuk dukungan kepada Indonesia sebagai Presidensi G20 yang menjadikan transisi energi hijau sebagai fokusnya. Turut hadir sebagai narasumber Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan Laksamana Putra Siregar, S.H., MSP., Ketua Umum DPC IWAPI Kota Medan Ade Mora Nasution, serta Sekretaris Jurusan Manajemen, Universitas Jember Dr. Diana Suliati K Tobing. Hadir juga Ketua Prodi S1.Kewirausahaan Prof.Dr.Ritha F.Dalimunthe SE.M.Si dan Ketua Prodi S-2 Ilmu Manajemen FEB USU Dr. Endang Sulistya Rini SE., M.Si.

Dalam pemaparannya, Laksamana mengatakan bahwa siswa sekolah negeri merasa lebih superior dibandingkan dengan yang bersekolah di swasta. Semestinya, paradigma merdeka belajar mendorong siswa mampu mengembangkan keunggulan, kreatifitas, inovasi sesuai bakat dan minat dari siswa tersebut. Oleh karena itu, siswa didorong agar memilih kampus sesuai dengan minatnya dan diharapkan mau mengembangkan daerahnya.

“Dalam kaitannya dengan dukungan terkait green economy, kita semua harus mampu mengeksplorasi sumber daya kita tanpa merusak bagaimana alam sehingga industri barang dan jasa dituntut untuk ramah lingkungan. Concern kita bersama adalah untuk menjadikan SDM kita ini menjadi agen perubahan yang unggul dan produktif.

Sementara itu, Ade Mora Nasution bercerita tentang pengalaman dan temuannya terkait adanya ketimpangan pada generasi x, y, z. Ia dan Yayasan Youth Icon mendatangi lebih dari 200 sekolah di seputaran Kota Medan dan menemukan generasi dengan tujuh macam penyakit, seperti individualis, egois, apatis, degenerasi hormat kepada rekan dan orang tua serta ada generasi X merasa lebih punya pengalamaan dan Y merasa lebih mengetahui dari google.

“Perusahaan-perusahaan berharap tersedia banyak SDM yang memiliki skill, tangguh, dan memiliki kemampuan problem solving, dan team work yang baik. Oleh karena itu saya mendirikan Yayasan Youth Icon yang bergerak dalam bidang pengembangan SDM. Memasuki industri 4.0 banyak terjadi pengurangan tenaga kerja yang digantikan dengan penggunaan teknologi. Banyak yang tidak bisa siap dengan fenomena tersebut. Dengan kehadiran society 5.0 seharusnya bisa tetap menyerap tenaga kerja manusia, bahkah diharapkan bisa lebih banyak menyerap tenaga kerja, bukan malah sebaliknya menghilangkan manusia dalam pekerjaan,” kata Ade Mora.

Pada kesempatan yang sama, Dr. Diana mengatakan bahwa belajar diperlukan sepanjang hayat. Ada tiga elemen pendidikan untuk menciptakan masyarakat maju, yakni tingginya angka partisipasi siswa, hasil pembelajaran yang berkualitas dan distribusi kualitas pendidikan yg merata dan insklusif. Penyebab utama rendahnya partisipasi di tingkat pendidikan antara lain, masih adanya stigma pada orang tua bahwa tidak diperlukan bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi, apalagi untuk anak perempuan, serta rendahnya kesetaraan akses pendidikan.

“Perubahan semakin cepat terjadi karna semuanya bisa dilakukan secara online. Oleh karena itu kita harus mampu untuk dapat cepat belajar dan berkembang dan never stop learning bagi siapa pun. Perguruan tinggi juga harus mampu menciptakan lulusan yang dapat memecahkan masalah melalui digitalisasi dan juga melalui penelitian. Jangan sampai lulusan yang baru mengalami kesusahan untuk mendapatkan pekerjaan karena hanya berpatokan pada teori semata,” pungkas Diana. (cdk)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *