MEDAN (Waspada): Pesantren Modren Gontor Darusalam sangat mencintai damai dan mengecam adanya tindak kekerasan yang terjadi pusat pendidikan di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur itu.
“Pesantren Gontor juga berdiri di atas dan untuk semua golongan dan sangat sayang pada santri yang menimba ilmu di sana,” kata anggota DPRD Sumut, M Faisal (foto) kepada Waspada, di Medan, Selasa (13/9).
Hal itu disampaikan alumni Gontor ini menyikapi peristiwa wafatnya salah seorang santri berinsial AM asal Palembang, Sumatera Selatan, akibat tindak pidana kekerasan di lingkungan pesantren itu beberapa waktu lalu.
Menyikapi insiden yang memilukan itu, M Faisal mengaku sangat menyesalkan peristiwa yang terjadi dan berharap kasus ini dapat dituntaskan sesuai hukum yang berlaku.
“Secara pribadi saya turut bersedih dan berbelasungkawa dan mendoakan almarhum husnul khotimah, karena dalam hadist kata Rasulullah: “Barang siapa yang keluar dalam menuntut ilmu, maka dia itu fi sabilillah sampai dia pulang kembali “.
Selain berharap peristiwa ini tidak terulang lagi, M Faisal berharap kasus tewasnya AM segera ditangani sesuai hukum yang berlaku dan pelakunya dijatuhi hukuman setimpal,” ujar anggota dewan dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) ini.
Sebagai wujud kepedulian dan komitmen pesantren itu, seluruh pelaku kekerasaan sudah dikeluarkan dari pondok pada hari yang sama ketika almarhum AM dinyatakan wafat, dan dikembalikan ke orangtuanya masing-masing. Bahkan informasi terakhir, pelakunya sudah ditangkap.
Selanjutnya, pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, Jawa Timur, datang ke rumah duka santrinya di Palembang. Selain menyampaikan turut berduka cita dan memberikan santunan kepada keluarga almarhum, mereka juga berziarah ke TPU Sei Selayur, Kecamatan Kalidoni, Palembang, tempat AM dimakamkan.
“Intinya, Pesantren Gontor ikut bertanggungjawab atas peristiwa itu dan berharap ke depan, peristiwa serupa yang dilakukan individu maupun kelompok tidak boleh terulang lagi,” katanya.
Menjelang usianya yang hampir 100 tahun, Pondok Pesantren Gontor selain tempat menimba ilmu pengetahuan umum dan agama, juga tempat menempa pembentukan karakter santrinya selama belajar di sana.
“Juga pesantren itu adalah adalah ibu kami, dan juga ibu Soimah, orangtua almarhum AM adalah ibu kami juga,” ujar Faisal.
Karena hubungan seperti anak dan orangtua itulah, sudah terjalin hubungan yang baik.
Karenanya, selain menanamkan disiplin yang tinggi dan rasa kasih sayang, Pondok Pesantrren Gontor sangat menentang keras adanya pem-bully-an (mengolok-olok), apalagi tindak kekerasan semasa santri menimba ilmu.
“Intinya, pondok beserta alumni Gontor semua sangat sayang pada santri-santri di sana,” katanya.(cpb)