Inilah saatnya bagi semua institusi untuk berkomitmen pada pendekatan yang lebih konsisten yang menunjukkan rasa hormat terhadap kebebasan berbicara, kebebasan akademik, dan kebebasan sipil untuk semua anggota komunitas akademik, terlepas dari pandangan atau silsilah politik mereka
Donald Alexander Downs (Restoring Free Speech and Liberty on Campus, 2005) berterus terang. Masalah utama kampus di negaranya (Amerika) adalah perampasan kebebasan berbicara, proses hukum, dan kebebasan sipil dasar lainnya. Hal itu dipertentangkan sedemikian rupa dengan tujuan politik yang disukai (oleh rezim).
Downs meganalisis sifat dan evolusi masalah, mendiskusikan bagaimana pengkhianatan atas kebebasan merusak misi pencarian kebenaran kampus. Ia membuka pikiran bagi yang (masih) tertarik dengan status pendidikan tinggi, nasib kewarganegaraan konstitusional, politik kebebasan sipil dan kaitan antara hukum dan politik.
Alih-alih mempromosikan rasa hormat dan toleransi terhadap keragaman, kebijakan yang membatasi kebebasan akademik dan kebebasan sipil telah terbukti memecah. Juga mengkompromikan pertukaran gagasan yang merugikan kondisi penting dari pendidikan yang bermakna.
Perlawanan Kampus
Downs menggambarkan perlawanan politik dan mobilisasi fakultas dan mahasiswa. Gerakan-gerakan semacam itu membawa hasil, sedangkan ketidakhadiran gerakan serupa berakibat penurunan penghargaan atas prinsip-prinsip kebebasan akademik.
Downs yakin mobilisasi politik dan checks and balances di kampus dapat memulihkan kebebasan yang hilang karena dampak penerapan sensitivitas nasional di atas kepentingan mengejar kebenaran.
Perbedaan dapat dibuat oleh politik dan bagaimana nasib prinsip-prinsip dasar konstitusi pada akhirnya ditentukan oleh keputusan yang dibuat oleh individu-individu yang relevan dalam menghadapi tekanan.
Kemenduaan pengelolaan kebijakan kerap terjebak artikulasi buruk makna aspirasi manusia. Politisasi pengambilan keputusan terlalu sering membatasi debat publik. Dominasi pengaruh kepentingan partisan hanya memungkinkan sedikitnya inovasi sosial untuk memahami sifat dan solusi yang mungkin untuk masalah publik utama.
Feeding Pembungkaman Kampus
Ancaman yang bermunculan di kampus-kampus Amerika hadir dalam gelombang reformasi progresif yang dilembagakan akhir 1980-an dan 1990-an.
Reformasi paling penting ialah kebebasan bicara, anti-pelecehan, program orientasi yang didedikasikan untuk mempromosikan ideologi kepekaan, dan prosedur dan tekanan baru dalam ajudikasi pelanggaran mahasiswa dan fakultas.
Semua dirancang untuk menumbuhkan kesopanan, toleransi, dan penghormatan terhadap keragaman ras dan budaya. Namun terbukti berdampak pada konsekuensi yang anti atas watak asli Amerika, liberalitas.
Bagi Downs fakultas, mahasiswa, dan bahkan administrator kampus dapat mengambil kembali kebebasannya melalui komitmen dan mobilisasi politik sembari menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip kebebasan dan individualisme dapat dipulihkan dengan integritas dalam mengindahkan keragaman.
Kampus telah lama terlibat dalam program penelitian industri dan pemerintah. Kemanfaatannya tidak diragukan selain pasti dengan sendirinya membawa uang yang dibutuhkan ke universitas. Tetapi, diakui atau tidak, untuk meraih manfaat kecil harus selalu dibayar dengan harga sangat mahal.
Banyak universitas terlibat dalam penelitian dengan lembaga pemerintah dan perusahaan yang mengharuskan untuk tetap diam tentang sifat penelitian. Meskipun dapat dimengerti dalam konteks tertentu, tetapi perluasan perintah pembungkaman sangat merugikan bagi gagasan universitas yang demokratis (John W. Sommer, 2004).
Isu Terorisme Pasca 911
Kebebasan akademik dan intelektual juga terancam oleh sumber lain, terutama isu terorisme pasca 11 September. Terorisme memang ancaman, namun kapitalisasinya telah mengarah pada konsistensi tekad menghancurkan tatanan kebebasan kampus dan juga dunia sebagaimana dikemukakan Schmidt yang lebih yakin bahwa Amerikalah penjahat sesungguhnya di dunia.
“Kebebasan untuk menantang dan mengutarakan pendapat [adalah] kondisi yang tak tergantikan dari universitas mana pun yang layak disebut (Academic Freedom in a Time of Crisis, Report of an AAUP Special Committee, lihat http://www.aup.org/statements/REPORTS/911report.htm).
Tidak seorang pun harus diberi sanksi karena mengatakan hal kontroversial di forum yang sesuai. Tetapi susunan kekuasaan baru yang dikumpulkan pemerintah dalam perang melawan teror memberi bukti tentang efek langkah-langkah represif pada kemerosotan kebebasan akademik dan intelektual untuk alasan kewaspadaan.
Regulasi secara signifikan memperluas kekuasaan pemerintah hingga mewadahi niat dan program mencari dan mensurvei kelompok dan individu politik di kampus dan di tempat lain atas nama keamanan nasional.
Juga memperluas kategori materi dan penelitian yang “terklasifikasi” dan “tidak terklasifikasi tetapi sensitif” (David Cole and Dempsey, Terrorism and the Constitution: Sacrifificing Civil Liberties in the Name of National Security (New Press, 2002). Juga mengotomatisasi peningkatan kekuatan Biro Investigasi Federal dan Badan Intelijen Pusat, termasuk untuk melakukan pencarian dan pengawasan domestik atas nama keamanan nasional.
Downs berusaha melihat secara adil dengan mengatakan bahwa hanya orang bodoh yang akan mempertahankan bahwa kekuasaan pemerintah tidak boleh berubah sama sekali mengingat bahaya yang dihadapi negara.
Tetapi FBI telah menunjukkan pada masa lalu bahwa ia bahkan menikmati kesempatan luas menyalahgunakan kekuasaan, seperti yang ditunjukkan oleh model-model pengawasan atas aktivis yang dilakukan pada 1960-an dan awal 1970-an tanpa alasan yang benar tentang bahaya keamanan nasional.
Masih segar dalam ingatan bahwa kelompok antiperang, aktivis hak-hak sipil, radikal kampus, dan bahkan aktivis lingkungan termasuk di antara target program FBI yang dikenal sebagai COINTELPRO atau program kontra intelijen (Cole and Dempsey, Terrorism and the Constitution, 2006).
Jejak Richard Nixon terdeteksi memerintahkan pencarian dan pengawasan semacam itu dengan kedok yang dibuat-buat, yakni keamanan nasional (Stanley I. Kutler, The Wars of Watergate: The Last Crisis of Richard Nixon (Norton, 1990).
Tidak seperti ancaman yang dibuat dalam imajinasi Richard Nixon dan COINTELPRO, sekiranya pun sejumlah kelompok teror tetap menjadi ancaman, dan pemerintah berhak memiliki kekuatan yang lebih besar untuk memerangi ancaman itu daripada yang dimilikinya untuk memerangi kejahatan biasa, namun tidak seharusnya memberikan kekuasaan penuh kepada pemerintah.
Regulasi baru memperluas definisi terorisme di luar ketentuan sebelumnya untuk mencakup hampir semua kelompok yang melakukan atau merencanakan kekerasan atau perusakan properti (Downs, 2005, hlm XIX).
Dalam pendekatan sebelumnya, pemerintah membatasi ruang lingkup definisi terorisme pada daftar pendek kelompok yang ditunjuk oleh menteri luar negeri. Definisi baru diterapkan pada kelompok advokasi politik dalam negeri yang melakukan pembangkangan sipil yang tidak ada hubungannya dengan jenis terorisme internasional yang kini mengancam bangsa.
Karena alasan ini pertempuran baru atas kebebasan berbicara terkadang mengambil karakteristik perang saudara. Sensor progresif memiliki cara untuk menghasilkan konsekuensi represif yang tidak liberal yang sama merugikannya dengan universitas dan pikiran terbuka seperti bentuk sensor tradisional.
Dengan kembalinya ancaman yang lebih tradisional terhadap pemikiran bebas setelah 11 September, ada kemungkinan para pendukung sensor progresif akan menyadari kesalahan kelak setelah kerugian besar terjadi berlama-lama.
Pujian Terhadap Downs
“Paparan Downs adalah celah besar bagi setiap orang yang (masih) tertarik dengan status pendidikan tinggi, nasib kewarganegaraan konstitusional, politik kebebasan sipil, dan pertanyaan yang lebih besar yang berhubungan dengan hubungan antara hukum dan politik,” tegas Nadine Strossen, Presiden American Civil Liberties Union.
Ulasan lain atas buku ini datang dari Nat Hentoff dalam artikelnya Village Voice, Washington Times, The Progressives, dan United Media Newspaper Syndicate, Free Inquiry: “Inti dari semua hak dan kebebasan kita adalah Amandemen Pertama (Konstitusi Amerika, pen).
Salah satu tempat yang paling terancam punah adalah kampus….. Gerakan pemulihannya, meski harus melawan rintangan yang cukup besar, ….benar-benar menginspirasi dan, saya harap, menular.”
“Buku Downs menempatkan kebenaran politik yang memaksa di bawah mikroskop. Tidak ada buku sebelumnya yang menemukan tidak hanya mengapa keganasan ini terjadi, tetapi juga bagaimana membuat antibodi.
Keragaman intelektual yang nyata dan tidak memiliki teman yang lebih baik, di mana pun, selain Downs. Kontribusi penting Downs bagi perjuangan dunia nyata yang tidak pernah berakhir untuk mempertahankan kebebasan berbicara di kampus (Jonathan Rauch, The Brookings Institution and Journalist (Down, 2005, V).
Penutup
Institusi pendidikan tinggi terus melakukan represi terhadap ujaran dan gagasan yang dianggap bertentangan dengan ideologi kepekaan yang bersembunyi di balik regulasi tentang ujaran kebencian dan pelecehan (Downs, 2005, hlm XX).
Pada abad kedua puluh ancaman terhadap kebebasan berbicara di kampus dan kebebasan akademik sebagian besar datang dari luar institusi pendidikan tinggi yang sayangnya diamini kampus. Pada akhir 1980-an mereka mengubah pola, muncul dari sumber-sumber kiri di dalam menara gading.
Apapun masalahnya, inilah saatnya bagi semua institusi untuk berkomitmen pada pendekatan yang lebih konsisten yang menunjukkan rasa hormat terhadap kebebasan berbicara, kebebasan akademik, dan kebebasan sipil untuk semua anggota komunitas akademik, terlepas dari pandangan atau silsilah politik mereka.
Menerima tanggung jawab ini berarti mengatasi ancaman terhadap kebebasan akademik dan intelektual yang berasal dari penyebab dan sumber di dalam universitas, bukan hanya yang muncul dari luar, seperti halnya dengan ancaman yang berasal dari perang melawan terorisme.
Penulis adalah Dosen Fisip UMSU, Koordinator Umum Pengembangan Basis Sosial Inisiatif & Swadaya (‘nBASIS).
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.