Menyambut UIN Di Padangsidimpuan

  • Bagikan

Merujuk konsideran pendirian UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan, ada beberapa dasar pertimbangan: Menyahuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; Mengintegrasikan Ilmu Agama Islam dengan ilmu lain; Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

Presiden Republik Indonesia “Joko Widodo”, pada 8 Juni 2022 telah menandatangani Peraturan Presiden No. 87 Tahun 2022, yang intinya adalah mendirikan Universitas Islam Negeri Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidempuan (PSP) yang tertera pada pasal 2 Peraturan Presiden tersebut yang berbunyi:

“Dengan Peraturan Presiden ini didirikan Universitas Islam Negeri Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidempuan sebagai perubahan bentuk dari Institut Agama Islam Negeri Padangsidempuan.

Kita patut mengucapkan puji syukur ke hadrat Allah SWT, atas keluarnya Peraturan Presiden No. 87 Tahun 2022 yang dengannya muncullah perguruan tinggi Islam dalam bentuk universitas, yang disebut dengan UIN (Universitas Islam Negeri). Berdirinya UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary PSP adalah perjalanan panjang dinamika perguruan tinggi Islam di PSP lebih dari setengah abad, tepatnya sejak berdirinya Perguruan Tinggi Nahdatul Ulama (Pertinu) pada l962.

Kehadiran UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidempuan adalah jawaban terhadap tuntutan zaman, yang menghendaki adanya integrasi antara ilmu. Landasan berpikir mendorong lahirnya UIN adalah tentang urgensi integrasi ilmu.

Dalam Peraturan Presiden No. 87 tahun 2022 itu disebutkan bahwa salah satu pertimbangan mendirikan UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidempuan adalah untuk memenuhi tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan proses integrasi ilmu Agama Islam dengan ilmu-ilmu lain.

Apabila kita melihat sejarah kehadiran pendidikan tinggi Islam di Indonesia adalah dimu sejak berdirinya Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta tahun l945, kemudian STI ini pindah ke Yogyakarta pada tahun l946, dan pada tahun l947 berubah wujud menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) yang mengasuh empat fakultas, yaitu: Fakultas Agama, Hukum, Ekonomi dan Pendidikan.

Pada tahun 1950 Fakultas Agama di negeri diserahkan kepada pemerintah, dan berdirilah PTAIN (Perguruan Tinggi Agama Islam Negari). Pada tahun l960 PTAIN yang di Yogyakarta disatukan dengan ADIA (Akademi Dinas Ilmu Agama) yang ada di Jakarta, menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN).

Kemudian dari rahim IAIN lahir STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri). Selanjutnya sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan kemajuan ilmu dan teknologi dan proses integrasi ilmu berdirilah UIN-UIN di seluruh Indonesia yang dimulai dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2002, yang kemudian diiringi dengan berdirnya UIN-UIN lainnya.  Sekarang UIN telah berkembang pesat hingga sampailah UIN itu ke Padangsidempuan.

Dari Fakulas Tarbiyah IAIN

Fakultas Tarbiyah IAIN Padangsidempuan diresmikan berdirinya oleh Menteri Agama RI K.H Moh.Dahlan pada tanggal 1 Juni 1968. Kehadiran Fakultas ini adalah perjuangan berat Syekh Ali Hasan Ahmad Addary.

Beliaulah penggagas dan promotor lahirnya Fakultas Tarbiyah IAIN ini di Padangsidempuan. Fakultas Tarbiyah IAIN Padangsidempuan berasal dari PERTINU (Perguruan Tinggi Nahdatul) yang kemudian berubah menjadi UNUSU (Universitas Nahdatul Ulama Sumatera Utara) yang mengasuh tiga Fakultas (Syariah, Tarbiyah dan Ushuluddin).

Fakultas Tarbiyah dinegerikan sehingga menjadi Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Cabang Padangsidempuan, karena pada ketika itu belum ada IAIN di Medan maka IAIN yang lahir di Padangsidempauan itu berinduklah ke IAIN Imam Bonjol Padang.

Setelah IAIN Sumatera Utara berdiri sendiri pada tahun l973, maka Fakultas Tarbiyah IAIN Padangsidempuan itu berinduk ke IAIN Sumatera Utara Medan. Fakultas Tarbiyah ini mengalami dinamikanya selama hampir 30 tahun (1968-1997) yang dipimpin enam dekan berdasar periode masing-masing.

Yaitu Syekh Ali Hasan Ahmad Addary, Rusman Hasibuan, Anwar Saleh Daulay, Abbas Pulungan, Haidar Daulay, Djakfar Siddik. Pada tahun l997 berubahlah Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Padangsidempuan menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Padangsidempuan yang diawali kepemimpinannya oleh Djakfar Siddik.

Kepemimpinan STAIN Padangsidempuan diawali oeh Djakfar Siddik, diteruskan oleh Agussalim Daulay, Baharuddin Hasibuan, dan Ibrahim Siregar. Pada Masa kepemimpinan Ibrahim Siregar STAIN Padangsidempuan berubah menjadi IAIN, kemudian dilanjutkan kepemimpinan IAIN Padangsidempuan oleh Darwis Dasopang, dan dimasa kepemimpinan Darwis Dasopang inilah IAIN Padangsidempun berubah menjadi UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary.

Apa Itu Universitas?

Apa itu universitas dan apa bedanya dengan institut dan sekolah tinggi untuk kita lihat pada UU No. 12 Tahun 2012 UU tentang Pendidikan Tinggi. Universitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan dapat menyelenggarakan pendidikan vokasional dalam berbagai rumpun ilmu pengetahuan/atau teknologi dan jika memenuhi syarat universitas dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.

Institut adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan dapat menyelenggarakan pendidikan vokasional dalam sejumlah rumpun ilmupengetahuan/ atau teknologi tertentu dan jika memenuhi syarat institut dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.

Sekolah Tinggi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan dapat menyelenggarakan pendidikan vokasional dalam satu rumpun ilmu pengetahuan/ atau teknologi tertentu dan jika memenuhi syarat sekolah tinggi dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.

Melihat kepada bunyi UU No 12 Tahun 2012 UU tentang Pendidikan tinggi dapat diketahui bahwa universitas itu dapat mengembangkan berbagai rumpun ilmu pengetahuan, sedangkan institut hanya terbatas kepada rumpun ilmu pengetahuan tertentu sedangkan Sekolah Tinggi terbatas kepada satu rumpun ilmu pengetahuan.

Jelaslah cakupan ilmu yang akan dikembangkan di universitas lebih luas yakni dapat melaksanakan menyelenggarakan pengembangan berbagai rumpun ilmu, seperti rumpun ilmu agama, ilmu alam, ilmu sosial, ilmu humaniora dan ilmu lainnya.

Harapan

Apa yang diharapkan dengan kehadiran UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan. Apabila merujuk kepada konsedran tentang pendirian UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary, dapat dilihat ada beberapa dasar pertimbangan:

a.Menyahuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; b.Mengintegrasikan Ilmu Agama Islam dengan ilmu lain; c.Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Tiga inilah merupakan pertimbangan dasar lahirnya UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary, Padangsidempuan.

Ketiga itu apabila bisa diujudkan adalah merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa bagi perkembangan dunia pendidikan tidak hanya di Tapanuli Bagian Selatan tetapi juga bagi kemajuan bangsa Indonesia umumnya. Ketiga itu perlu diuraikan secara singkat:

Pertama, perkembangan ilmu pengertahuan dan teknologi adalah sebuah harapan bangsa kita, merupakan sebuah keharusan, sebab munculnya negara-negara maju dan modern tidak lain adalah karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya.

Di masa depan harapan kita semua Indonesia adalah negara maju yang modern pula, apa persyaratannya menjadi negara maju dan modern itu tiada lain adalah majunya ilmu pengetahuan dan teknologi. Dimanakah digali dan dan dikembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi itu?

Jawabannya tiada lain adalah di universitas, sebab universitas memiliki tiga dharma; pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lewat dharma pertama dan kedua dikembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. Karena itu kehadiran universitas adalah merupakan pintu gerbang bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kedua, integrasi ilmu, integrasi ilmu itu adalah upaya memadukan dan mensenyawakan antara ilmu-ilmu agama dan ilmu lainnya terutama. Memadukan itu bermakna bahwa sains dan ilmu-ilmu lainnya termasuklah sains tidak terpisah nilai-nilai agama Islam, baik dalam konsep ontologisnya, epistemologisnya dan aksiologisnya.

Yang apabila itu dilaksanakan maka akan membawa kepada kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia. Integrasi ilmu telah pernah muncul dalam sejarah Islam, pada saat itulah umat Islam mengalami fase kemajuan ilmu pengetahuan pada sekitar abad 9-13 Masehi. Integrasi ilmu pada ketika itu membawa kemajuan peradaban Islam.

Kemudian sejak abad ke 14 M secara degradasi ilmu menjadi dikhotomi, maka timbulnya era kemunduran Islam. Sebab itu integrasi ilmu membawa kemajuan sedangkan dikhotomi ilmu membawa kemunduran. Karena bangsa dan negara kita akan menuju kepada era kemajuan dan modern, maka tidak ada jalan lain kecuali menerapkan konsep integrasi ilmu pada seluruh lembaga pendidikan Islam.

Ketiga, Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Tidak disangkal lagi penggerak pembangunan bangsa dan negara dalam segala sektornya adalah manusia, karena itu pula tidak boleh tidak manusia mesti berkualitas. Kualitas apa sajakah yang diperlukannya manusia Indonesia itu dalam mewujudkan pembangunan di masa yang akan datang?

Yaitu kualitas iman, kualitas akhlak, kualitas fisik: sehat, kualitas ilmu, cakap, kreatif, mandiri. Apabila disimpulkan itu dapat dilihat dalam empat dimensi: Dimensi Ruhani, yaitu iman dan akhlak mulia. Dimensi jasmani, yaitu sehat fisik dan bugar. Dimensi intelektual, yaitu berilmu.

Dimensi skill, yaitu cakap, kreatif dan mandiri. Dimensi sosial kemasyarakatan, demokratis dan bertanggung jawab. Hal ini dapat dilihat dalam tujuan pendidikan nasional yang tertera pada UU No 20 Tahun 2003 pasal 2 pasal 2:

”Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap dan kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab“

Kesimpulan

Kehadiran UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidempuan, adalah merupakan cahaya penerang di wilayah Tapanuli Bagian Selatan dan Sumatera Utara khususnya dan Indonesia umumnya.

Yang dengan kehadirannya akan menambah semaraknya pengembangan ilmu pengetahuan yang di zaman era teknologi informasi ini tidak adalagi perbedaan kota besar dengan kota kecil dan menengah.

Pada masa lampau informasi dan sumber keilmuan terpusat di kota-kota besar tetap di era teknologi informasi ini antara kota kecil, menengah kota besar tidak bisa dibedakan lagi. Karena itu walaupun Kota Padangsidempuan termasuk kota menengah, namum akses untuk memperoleh ilmu tidak kalah dengan kota lainnya.

Apalagi transportasi ke kota Padangsidempauan telah terbuka untuk dikunjungi para ilmuan dari berbagai penjuru dunia , karena sudah bisa dicapai dengan menggunakan pesawat terbang.

Diharapkan beberapa tahun kedepan UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary, telah melahirkan alumni-alumni yang berintegrasi dalam kepribadian mereka iman dan takwa dengan ilmu dan teknologi (Imtak dan Iptek) yang pada gilirannya akan melahirkan pula ulama yang intelek dan intelek yang ulama, dan akan diperkaya dengan lahirnya sejumlah Prodi sains dan agama.

Begitu juga lahirnya fakultas-fakultas sains dan agama yang dibutuhkan masyarakat, misalnya Fakultas Kedokteran, Psikologi, Teknik, Pertanian, dan lain-lain. Sekaligus melahirkan tenaga sumber daya manusia yang handal dan berkualitas.

Penulis adalah Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara Padangsidempuan 1992-1997.

  • Bagikan