Menu
Pusat Berita dan Informasi Kota Medan, Sumatera Utara, Aceh dan Nasional

Limbah Sisa Makanan Untuk Pertanian

  • Bagikan

Daripada terbuang percuma, dan jadi limbah sisa makanan berbahaya, sampah sisa makanan kita yang mencapai 33,3 juta ton itu lebih baik diubah jadi kompos

Harian Kompas (19/5) lewat tajuknya, “Sampah Makanan Indonesia Mencapai 330 Triliun” menegur kita semua tentang pentingnya mengatur takaran makanan agar tidak selalu berlebih. Setelah ditelusuri, kelemahan masyarakat belum mampu menentukan porsi makanan yang tepat.

Berdasarkan hasil riset Kompas, diperoleh masih sedikitnya pemilihan tindakan alternatif dalam mengolah sisa makanan menjadi kompos. Untuk memanfaatkan sisa makanan, tidak cukup edukasi tentang manajemen makanan berkelanjutan. Perlu juga ada tindakan nyata dari beberapa lembaga untuk mengelola sampah tersebut menjadi produk yang lebih berguna. Misalnya pupuk organik.

Rasio Lahan & Pupuk

BPS mencatat, total luas lahan pertanian di Indonesia terdiri dari lahan sawah dan lahan bukan sawah adalah 290.98 juta ha tahun 2019. Sementara produksi pupuk Indonesia sekitar 12,2 juta ton pada 2021.

Kementan menyebutkan tahun 2021 hanya bisa memenuhi kebutuhan pupuk bersubsidi sebanyak 8,87 juta ton hingga 9,55 juta ton. Hal ini terbilang jauh di bawah kebutuhan pupuk yang mencapai 26,18 juta ton pertahun.

Hal ini berarti, kebutuhan pupuk di Indonesia belum cukup untuk meningkatkan hasil pertanian di negeri agraria ini. Sehingga Indonesia harus mengimpor pupuk terbanyak dari Tiongkok. Tahun 2021, impor pupuk tersebut mencapai 8,1 juta ton.

Jika perbandingan jumlah pupuk yang dapat dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan tanaman berdasarkan luas lahan saja, persediaan pupuk Indonesia sudah pasti tidak cukup. Itupun luas lahan akan fluktuatif setiap tahun tergantung pada besaran perluasan areal atau upaya ekstensifikasi dengan konversi lahan.

Belum lagi dikaji pemberian pupuk berdasarkan dengan kebutuhan tanaman itu sendiri. Karena penyediaan pupuk yang tepat dalam jumlah, jenis, dan waktu pemberian sangat diperlukan untuk menjamin peningkatan produksi dan produktivitas pertanian

Pupuk Organik

Adapun penelitian Bappenas (2021), potensi sampah yang dihasilkan dari makanan yang terbuang sebelum diolah (food loss) dan sampah makanan (food waste) di Indonesia pada tahun 2000-2019 mencapai 23-48 juta ton per tahun.

Mengangkat literatur dari hasil penelitian yang dilakukan Institute for Global Environmental Strategies dengan menggunakan empat jenis tipe pengomposan yang berbeda, dimana aman dilakukan penambahan 30 kg sampah organik seperti sisa makanan, sisa ikan, sayur-sayuran, kulit buah ke satu meter kubik media/gunungan pengomposan setiap hari.

Di sini masyarakat diajak untuk kreatif membuat kompos di rumah. Dalam arti apabila sampah makanan tersebut diolah dapat memenuhi kebutuhan pupuk organik di Indonesia. Daripada terbuang percuma, dan jadi limbah sisa makanan berbahaya, sampah sisa makanan kita yang mencapai 33,3 juta ton itu lebih baik diubah jadi kompos

Saat ini sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengelola limbah sisa makanan menjadi pupuk. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa limbah sisa makanan berpotensi sebagai pupuk organik karena kaya akan unsur hara yang penting untuk tanaman.

Penelitian yang dilakukan oleh Nur menunjukkan bahwa kandungan nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) ada pada limbah buah-buahan yang berpotensi sebagai pupuk organik cair.

Begitu juga penelitian Larasati, dkk yang mengolah sampah sayuran menjadi kompos dengan metode takakura. Mereka mengadopsi teknologi ini dari Jepang.

Belajar dari negara-negara maju seperti Jepang yang disiplin dalam mengelola sampah. Metode Jepang menggunakan fermentasi untuk menguraikan sampah rumah tangga menjadi pupuk organik. Sejauh ini Jepang dapat memenuhi kebutuhan pupuknya sendiri. Bukan tidak mungkin Indonesia juga dapat melakukannya.

Cara membuat pupuk kompos dari sampah rumah tangga tidak rumit. Karena sampah organik nabati lebih cepat mengalami penguraian, sekitar tiga hari. Bahan dan wadahnya pun dapat diperoleh dengan harga yang relatif murah. Membuat kompos akan sangat bermanfaat dan

bisa mengisi waktu luang di rumah.

Meskipun kandungan hara dari pupuk organik umumnya lebih rendah dibanding pupuk anorganik. Namun, pemberian pupuk organik merupakan salah satu cara untuk memperbaiki kualitas lahan.

Penelitian yang dilakukan Balai Penelitian Tanah menghasilkan pemupukan yang terpadu antara anorganik dan organik memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan produksi padi.

Sinergitas ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dan ketahanan pangan nasional. Untuk itu, dalam proses menghasilkan pupuk organik tersebut penting untuk memenuhi syarat mutu seperti yang ditetapkan dalam Permentan No. 28/Permentan/SR.130/5/2009.

Penting bagi masyarakat untuk menerapkan pola makan yang bijaksana serta mengelola sampah organik melalui proses daur ulang makanan. Dengan hanya memberikan pupuk organik saja tidak cukup untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

Perlu adanya penambahan dari pupuk anorganik. Hanya saja penerapan pertanian organik dalam memanfaatkan pupuk organik adalah upaya kita bersama untuk mengurangi limbah rumah tangga serta penyelamatan Bumi.

Penulis adalah Staf Dan Calon Peneliti Lingkungan Di Lembaga Riset Perkebunan, PT Riset Perkebunan Nusantara dan bergiat di Perkamen (Perhimpunan Suka Menulis).

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *