Lebaran Dan Kenaikan Harga

  • Bagikan

Oleh Deo Peter Surbakti

Seiring adanya THR yang diperoleh, para konsumen cenderung tidak terlalu merasa khawatir dengan kenaikan harga pada saat lebaran. Sayangnya, tidak jarang jua kenaikan harga ini bertahan untuk waktu yang lama dan menjadi harga baru

Hari Idulfitri atau lebaran dan kenaikan harga barang-barang telah menjadi dua tradisi yang menyatu di Indonesia. Setiap tahun, dua hal ini saling bertaut di mana harga barang-barang, entah itu kebutuhan pokok atau bukan, akan meningkat pada saat menjelang hari lebaran.

Tahun fenomena kenaikan harga barang-barang telah menjadi salah satu permasalahan yang banyak meresahkan masyarakat sejak awal tahun. Mulai dari kenaikan harga minyak goreng hingga harga bahan bakar minyak yang mana kemudian menimbulkan efek domino terhadap kenaikan harga barang-barang lain. Bukan tidak mungkin rasanya, fenomena kenaikan harga ini akan terus meningkat menjelang hari lebaran tiba.

Kenaikan harga barang-barang pada saat menjelang Idulfitri adalah sebuah peristiwa yang cukup unik. Peristiwa ini bak sebuah fenomena alam yang telah dapat diramalkan namun tidak dapat dihentikan oleh pemerintah.

Data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik sendiri juga memperlihatkan fenomena yang serupa selama lima tahun terakhir. Berdasarkan rata-rata, Indonesia selalu mengalami inflasi sekitar 0,5 persen pada bulan lebaran dibandingkan bulan sebelumnya.

Salah satu hal yang cukup unik adalah angka ini tidak jarang menjadi inflasi tertinggi dalam tahun berjalan. Pada tahun 2019 misalnya, Indonesia mengalami inflasi sebesar 0,68 persen pada bulan lebaran dan merupakan inflasi tertinggi pada tahun tersebut.

Tahun 2022 sendiri telah dibuka oleh dua bulan dengan angka inflasi yang cukup tinggi, yaitu pada Januari di mana inflasi bernilai 0,56 persen dan bulan Maret sebesar 0,66 persen. Deflasi yang terjadi pada bulan Februari bahkan dibilang hampir tidak bernilai, karena hanya bernilai sebesar 0,02.

Sederhananya, dapat disimpulkan bahwa harga-harga yang telah meningkat di bulan Januari, kemudian meningkat lagi pada bulan Maret. Fenomena kenaikan harga ini harus dapat dikendalikan sebelum menimbulkan keresahan atau dampak ekonomi yang lebih buruk di tengah masyarakat.

Penjelasan kenaikan harga menjelang hari Idulfitri umumnya dijelaskan dengan menggunakan pendekatan penawaran dan permintaan. Selama mendekati hari raya Idulfitri dipercaya bahwa peningkatan permintaan terlalu tinggi dan tidak dapat diikuti oleh peningkatan penawaran.

Salah satu hal yang tak dapat dipisahkan dari hari raya Idulfitri adalah Tunjangan Hari Raya (THR) yang diberikan seiring mendekati hari lebaran. Tunjangan ini sifatnya berbeda dengan pendapatan rutin yang biasa diterima oleh masyarakat.

Ia berupa bonus atau tambahan pendapatan bagi para kaum pekerja, yang mana merupakan kelompok masyarakat terbesar di Indonesia. Peningkatan pendapatan ini tak ayal juga meningkatkan konsumsi masyarakat di seluruh sektor perekonomian.

Penjelasan dari sisi permintaan dan penawaran sebetulnya cukup masuk akal bagi barang-barang yang sifatnya tidak bertahan lama seperti komoditas pertanian atau industri makanan dan minuman.

Faktanya, peningkatan harga tidak hanya terjadi pada komoditas yang bersifat sementara, namun hampir menyeluruh bahkan pada komoditas yang bertahan lama seperti pakaian, peralatan rumah tangga hingga teknologi.

Peningkatan permintaan harusnya dapat diikuti dengan meningkatkan produksi jauh-jauh hari, mengingat momen ini sudah dapat ditebak dan komoditas ini juga dapat bertahan lama. Sayangnya, fakta di lapangan membuktikan bahwa harga barang-barang ini tetap meningkat, bahkan tanpa melihat jumlah stok atau penawarannya.

Motif ekonomi menjadi kunci dalam menjelaskan fenomena kenaikan harga barang-barang tersebut. Motif ekonomi yang dimiliki produsen atau pedagang pada umumnya adalah meminimalkan biaya produksi atau modal kemudian memaksimalkan keuntungan.

Selain itu, kenaikan harga barang-barang lain juga memacu produsen untuk memiliki pendapatan yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Seiring adanya THR yang diperoleh, para konsumen cenderung tidak terlalu merasa khawatir dengan kenaikan harga pada saat lebaran. Sayangnya, tidak jarang jua kenaikan harga ini bertahan untuk waktu yang lama dan menjadi harga baru.

Lantas, bagaimana bisa harga kebutuhan ini meningkat secara serentak di seluruh gerai atau toko? Penyebab pertama adalah terbatasnya produsen pada komoditas tersebut dan tidak adanya pesaing lain. Pada saat produsen meningkatkan harga suatu barang, barang tersebut harganya meningkat secara global dikarenakan berasal dari satu atau sekelompok produsen saja.

Alasan kedua adalah adanya penyesuaian harga di antara setiap jenjang pelaku ekonomi. Pada tingkat produsen, umumnya dilakukan dengan melakukan survei harga terhadap produsen lain dengan produk serupa.

Pada tingkat distributor dan pedagang, pembentukan komunitas untuk saling berbagi informasi mengenai margin perdagangan dinilai lebih efektif dan banyak diterapkan. Hasilnya, tidak ditemukan perbedaan harga yang terlalu besar baik antar pedagang atau distributor sehingga harga baru pun terbentuk hampir serupa antar pedagang.

Pembentukan harga tidak selepas dan sebebas yang dibayangkan, karena pemerintah punya andil dalam mengawasi harga setiap barang. Pemerintah memiliki kewajiban dan hak dalam mengatur harga tertinggi suatu barang, khususnya barang yang sifatnya kebutuhan primer dan dibutuhkan banyak masyarakat.

Sayangnya, peran ini jarang dimainkan dengan baik oleh pemerintah, terkhusus pada saat hari-hari besar seperti hari Idulfitri. Akibatnya, harga dapat melambung tinggi sesuai dengan keinginan para produsen.

Selain itu, manajemen stok juga masih sangat minim dilakukan pemerintah, termasuk untuk komoditas-komoditas yang rutin dikonsumsi seperti daging, ikan, sayur mayur dan lainnya. Hal ini juga tidak jarang menyebabkan kekurangan penawaran dan meningkatkan harga beberapa komoditas.

Pertanyaan terakhir adalah mengapa harga barang terus meningkat namun jarang sekali mengalami penurunan. Jawaban pertama adalah pembiasaan dengan biaya produksi dan margin keuntungan yang terbaru, sehingga produsen tidak mau menurunkan harga kembali.

Hal ini yang kemudian mendorong konsumen meminta kenaikan upah untuk mengikuti kenaikan harga. Tetapi, jawaban paling utama untuk alasan kenaikan harga sebenarnya adalah semakin langkanya sumber daya alam yang dimiliki.

Percaya atau tidak, semua kebutuhan kita berasal dari alam yang terus digerus dan sayangnya waktu pemulihan alam dengan kecepatan konsumsinya tidak seimbang. Kecepatan konsumsi manusia begitu tinggi seiring dengan peningkatan jumlah dan keserakahan manusia di berbagai aspek. Akibatnya, perlahan tapi pasti sumber daya alam semakin langka begitu pun kebutuhan kita, sehingga harganya kian meningkat.

Peningkatan harga bukan hanya tentang memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, tetapi lebih luas ini adalah tentang kehidupan di bumi seutuhnya. Seiring berjalannya waktu, kebutuhan dan keinginan manusia menjadi semakin kompleks dan sayangnya tidak jarang untuk memenuhi keinginan para elit kaya, masyarakat banyak yang menjadi korban.

Pemerintah berperan besar dalam menekan eksploitasi alam yang berlebihan dan mengendalikan sumber daya alam yang dikonsumsi beserta stoknya. Begitu jua dengan harga, pemerintah harus bisa mengaturnya agar seluruh masyarakat dapat merasakan konsumsi yang sama dan adil menyeluruh. Sudah seharusnya, tidak ada komoditas yang hanya dinikmati segelintir orang, namun kerusakannya ditanggung masyarakat banyak.

Penulis adalah Statistisi Ahli BPS Kabupaten Padanglawas.

  • Bagikan