Sering sekali arsip dan dokumen di(ter)abaikan, saat ia diperlukan tercecer dan hilang entah ke mana. Lantaran ketidakpedulian itu, ujungnya peneliti lokal yang ingin menelusur arsip itu bukannya dicari di tempat lokasi terproduksinya material lokal tapi justru ke Belanda khususnya IISG Amsterdam Belanda
International Institute of Social History (IISG) atau Internationaal Instituut voor Sociale Geschiedenis, IISG, adalah lembaga internasional riset sejarah sosial – politik di Amsterdam Belanda. Lembaga riset ini sangat kesohor reputasi kajian akademiknya di dunia internasional dengan staf risetnya yang berwibawa. Lembaga ini juga menyimpan dan mengoleksi arsip dan dokumen mengenai sejarah dan gerakan sosial di belahan dunia. Hampir semua arsip, dokumen, foto, ragam koleksi, material lainnya dan tentu saja buku yang berhubungan dengan gerakan sosial lokal dan dunia tersimpan rapi dan terawat.
Misalnya buku, tulisan arsip, foto dan koleksi lain tentang League Against Imperialism atau Liga Melawan Imperialisme di periode 1920-an tersimpan baik. Juga buku, jurnal, tulisan yang terkait dengan kajian trajektori ideologi berpengaruh di kancah internasional sangat mudah didapat dan dibaca. Pun arsip dan bacaan gerakan sosial di Eropa, Amerika Latin, Asia Selatan, Afrika dan Asia Tenggara sangat mudah diakses bebas.
Institusi riset sosial politik ini tidak saja memiliki koleksi arsip sejarah dan politik, melainkan bermacam buku sosiologi, sejarah, antropologi atau juga karya-karya tokoh perubahan dunia ada di perpustakaan IISG.
Tulisan tokoh gerakan anti imperialisme dunia di perempat abad ke dua puluh dari Hindia Belanda (Indonesia sekarang) Mohammad Hatta misalnya tersimpan terjaga di koleksi Hatta. Hampir semua tulisan Mohammad Hatta berbahasa Belanda dan Perancis ada di dalam koleksi Hatta, termasuk juga tulisan Bung Hatta berbahasa Indonesia yang terbit tahun 1950-an meski tidak semua di jumpai di koleksi Hatta. Pun koleksi Darsono tokoh gerakan kiri di awal avad ke dua puluh yang berbahasa Belanda berupa surat menyurat dan catatan pribadinya di macam kegiatan dan komunikasi tulis dengan orang lain masih tersimpan rapi. Juga arsip dan dokumen tentang Partai Komunis Indonesia (PKI) dan aktifitas sayap organisasi komunis ini seperti Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani), Barisan Tani Indonesia (BTI), Lembaga Kesenian Rakyat (Lekra) dan sebagainya mudah dicari dan dibaca.
Tidak hanya arsip dan dokumen kiri di periode 1950-1960an, gerakan rakyat ( sosial) ormas, ornop atau lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di pengorganisasian rakyat, petani atau juga yang mengadvokasi persoalan agraria (pertanahan) dari wilayah Indonesia arsip, tulisan atau material tentang gerakan lokal di tahun 1970-1990-an i ada di IISG. Bisa saja arsip dan material tentang gerakan sosial itu tidak ada di kabupaten atau provinsi tempat ornop itu beraktifitas, apalagi jika tidak ada perpustakaannya sulit dicari. Padahal dalam studi sejarah peran arsip, dokumen dan catatan aktifitas ornop atau gerakan rakyat sebagai sumber sejarah sangat strategis dalam pelestarian ingatan kolektif masyarakat. Tanpa ada dokumen ( tulisan) tidak akan mungkin menulis sejarah, kecuali dibantu sejarah lisan Dengan arsip dan dokumen inilah perubahan masyarakat dapat direkonstruksi dan dibentangkan ke publik.
Sering sekali arsip dan dokumen di(ter)abaikan, saat ia diperlukan tercecer dan hilang entah ke mana. Sementara orang lain mengerti pentingnya dokumen atau arsip dengan cara apapun satu demi satu mengumpulkan dan menjumputnya satu demi satu untuk koleksi yang di dikemudian hari akan diperlukan untuk memahami perkembangan masyarakat. Tersebab itu lantaran ketidakpedulian itu, ujungnya peneliti lokal yang ingin menelusur arsip itu bukannya dicari di tempat lokasi terproduksinya material lokal tapi justru ke Belanda khususnya IISG Amsterdam Belanda.
Lokasi IISG tidak jauh dari kota Amsterdam. Dari stasiun kereta api atau bus yang lokasinya di atas stasiun kereta api Amsterdam dengan mengambil bus menuju halte Veelan. Turun di halte Veelan lalu berjalan kaki tiga menit sampailah ke IISG.
Sesampainya di front offfice IISG langsung disambut petugas layanan akademik yang ramah dan suka melempar senyum. Bila datang di musim dingin langsung diminta menyantelkan mantel dingin di tiang cantelan mantel. Di ruangan depan ini udara tidak dingin lagi lantaran disiram pemanas ruangan.
Usai melepas mantel musim dingin petugas akademik nan ramah menanyakan keperluan tujuan kedatangan ke IISG sambil menerangkan apa yang boleh dibawa di ruang baca dan ditinggal di loker. Yang boleh di bawa ke ruang baca hanya ponsel dan laptop, sedangkan jaket atau mantel musim dingin ditinggal di loker. Bila tidak tahu mengoperasikan loker digital bisa bertanya atau meminta pertolongan petugas layanan yang sigap dan raut wajah semringah membantu memberi petunjuk langsung ke loker digital tempat menyimpan barang bawaan lainnya. Tamu atau periset tidak dilarang membawa makanan dan minuman di ruang baca.
Selesai menjelaskan informasi tamu atau periset diarahkan menuju ruang baca di lantai dua IISG.
Pelayanan akademik di IISG Amsterdam sangat prima dan profesional. Tamu arau periset boleh memesan atau reservasi buku, jurnal, arsip, dokumen dan material lainnya secara daring membuka laman institut dari manapun. Berapa banyak material yang diperlukan dapat direservasi lebih dulu. Dengan demikian saat datang ke ruang baca dengan memberi info ke petugas penyediaan layanan baca material yang reservasi segera keluar utamanya yang berupa arsip lama. Sedangkan buku atau jurnal yang direservasi sudah tersedia di rak buku sehingga dapat diambil dan dibaca di ruang baca. Arsip atau dokumen disusun dan ditata dalam kotak kartun arsip.
Kotak kartun arsip diserahkan ke pemesan dan dibawa ke ruang baca. Arsip, dokumen, buku, jurnal dan lainnya jika tidak dikutip dan ditulis sumbernya di laptop boleh difoto sebanyak mungkin tanpa larangan dan pemungutan biaya apapun. Juga semua material yang direservasi bisa di sken. Tinggal memilih dan memilah material yang ingin disken. Scanner atau peralatan sken sangat canggih dan mudah dioperasikan. Petugas layanan akademik IISG hanya memberikan instruksi jelas dan singkat, seterusnya tamu mengoperasikan sken. Bila tak paham atau ragu menggunakan scanner tak petlu malu bertanya lagi, petugas layanan akademik akan turun membantu kembali tanpa wajah berkerut. Mereka bekerja profesional dan terlatih. Tamu atau periset cukup menyiapkan USB untuk menyimpan hasil sken.
Tamu arau periset tak perlu membayar hasil sken. IISG menggratiskan biaya sken, malah jika jam istirahat disediakan kopi dan teh gratis di kantin IISG. Jika ingin makan siang tidak perlu keluar gedung IISG. Kantin menyediakan makan siang secukupnya dan bersih ini tidak menyediakan nasi. Di manapun cafe atau kantin di Belanda jarang sekali malah hampir tidak ada menyediakan nasi. Yang ada kopi, coklat, teh panas, kukis, yoghurt, roti dan sejenisnya.
Di kantin IISG makan siang setangkup roti keju, segelas yoghurt tambahaan air putih (minum) sekitar tiga euro atau setara lima puluh ribu rupiah. Biasanya sekesai makan siang dan mengobrol bila bertemu teman tidak lama. Begitu selesai makan siang dan penampan hidangan ada piring dan kemasan kotor, budaya masyarakat Belanda mengajarkan sisa makanan tidak ditinggal di meja tetapi yang memakan makanan membawa dan membuang kemasan makanan ke pembuangan sampah yang disediakan kantin dan mengantar penampan hidangan dan piring kotor di rak piring. Tentulah nyaman, menyenangkan dan tahan berlama berada di tempat penelitian seperti ini.
Saya pernah berbuat kesalahan saat scan material, kebetulan saat megoperasikan peralatan sken tidak benar, persiset dari negara kain yang sedang penelitian di ruang baca IISG menghampiri saya lalu berkata Anda salah menyeken material. Dia pun membantu menggunakan peralatan sken sampai bisa mengoperasikan dengan baik. Inilah solidaritas yang saling membantu sesama yang sedang penelitian di IISG.
Tidak hanya sediakan fasilitas scan gratis, petugas layanan IISG bila ada reservasi dadakan berupa buku, jurnal atau tulisan lainnya tidak sampai tiga puluh menit, reservasi material sudah bisa dibaca tanpa menunggu hari berikutnya. Layanan akademiknya secara sistem bekerja cepat dan memuaskan tamu atau periset yang berkunjung ke IISG. Mereka ini paham kalau tamu dan periset tidak punya waktu panjang dan lama di IISG karena akan mendatangi dan berpindah ke perpustakaan lain memburu sumber arsip lainnya. Pelayanan IISG yang prima, lengkap arsip, cepat dan menyenangkan menyebabkan periset dunia untuk penelitian tiada hentinya berkunjung ke IISG Ansterdam.
Berkunjung dan meneliti ke IISG membuat suasana hati bergembira. Pekerjaan penelitian yang berat dan melelahkan bertemu tempat seperti riset di IISG akan membyat pekerjaan menjadi senang. Di mana pun kalau pekerjaan meskipun memberatkan, bila dilakukan di tempat yang dapat gembira akan membuat pekerjaan menjadi riang.
Di pusat penelitian atau lembaga riset nasional di negeri sendiri suatu kali berharap staf pengajar (dosen) dan peneliti disediakan gratis mengcopy dan mensken sumber material secara gratis dan beroleh meminjam bahasa kekinian pelayanan akademik premium tanpa mengeluarkan biaya, menikmati pelayanan menyenangkan dan hangat untuk penelitian akademik.
Penulis adalah Guru Besar Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.