Sejak dahulu Jeddah merupakan gerbang pintu masuk utama jamaah haji dan umrah (dhuyufurrahman), yang datang sebagai tamu Allah. Jamaah hendaknya dapat menyadari bahwa kedatangannya ke Tanah Suci adalah sebagai tamu-tamu Allah (dhuyufurrahman), maka jagalah hati, akhlak, etika dan sopan santun sebagai tamu
Menurut bahasa, kata Jeddah bermakna nenek, karena di kota ini nenek kita Siti Hawa isteri Nabi Adam as dimakamkan. Sepanjang sejarah orang naik haji yang datang dari berbagai negara, baik yang menggunakan fasilitas kapal laut dan udara, masuknya melalui pelabuhan Jeddah.
Dengan demikian sepanjang sejarahnya, kota Jeddah menjadi pintu gerbang masuknya dhuyufurrahman ke tanah suci. Jeddah juga merupakan gerbang utama untuk transaksi pergadangan antar negara.
Jeddah sangat ramai dikunjungi para pedagang dan pekerja asing yang berdatangan dari mancanegeri untuk bekerja mengadu nasib di negeri petrodolar ini. Jeddah semakin ramai ditambah dengan volume kedatangan jamaah umrah sepanjang tahun.
Kota tua ini adalah pusat aktivitas diplomatik hingga tahun 1983, kemudian 1984 pusat kegiatan diplomatik pindah ke Riyadh, ibukota kerajaan Arab Saudi.
King Abdel Aziz Airport
Sebelum tahum 1980, bandara internasional dan haji berada di pusat kota Jeddah. Ketika itu bandara Jeddah bagi orang Medan terasa bagai bandara Polonia. Karena di pinggir bandara terdapat asrama haji bertingkat lima yang selalu digunakan jamaah haji Indonesia saat akan bertolak ke tanah air.
Setelah airport baru (mator jadid) selesai dibangun, tahun 1981 segala kegiatan penerbangan pindah ke kawasan sejauh 30 km dari bandara lama (mator qodim).
Kendati segala aktivitas penerbangan sudah pindah ke airport baru, namun jamaah haji Indonesia yang akan pulang ke tanah air tetap menginap di Madinatul Hujjaj Jeddah untuk urusan tiket dan paspor.
Sampai tahun 2004 pemerintah Indonesia menjadikan madinatul hujjaj (kota haji) Jeddah sebagai penginapan jamaah ketika transit pulang ke Indonesia.
Sejak tahun 2005 Indonesia menyewa sejumlah hotel di Jeddah untuk transit jamaah saat urusan kepulangan ke Indonesia, terutama jamaah yang dari Makkah ke Jeddah (kedatangan pada gelombang pertama).
Saat ini sudah lebih 40 tahun (1981-2022) bandara King Abdul Aziz yang terletak sekitar 12 mil di utara kota Jeddah berfungsi sebagai pintu masuk-keluar jamaah haji dan umrah.
Sejalan dengan kemajuan zaman Jeddah terus berinovasi tiada henti, berubah bertambah indah. Rancangbangun kota tertata cantik menarik dengan gaya bangunan modern berciri khas Arabia.
City tour keliling kota Jeddah terasa lebih indah di malam hari, menyisir bibir pantai Laut Merah dengan pemandangan istana raja di tengah laut, yang air mancur navuronya menjulang tinggi 45 meter. Bus angkutan gratis tersedia banyak disiapkan panitia pemulangan jamaah haji Indonesia Jeddah. Di Jeddah saat pulang jamaah masih sempat shopping di berbagai mall yang ada di Jeddah.
Bandara KAIA adalah bandara terbesar di dunia. Konon luasnya satu setengah kali 3 bandara di Amerika (bandara Los Angles, New York & La Guardia). Rancangbangunnya unik perpaduan arsitektur modern ala Eropa dengan Timur Tengah. Proyek besar ini dikerjakan oleh ahli arsitektur pilihan dari mancanegara.
Uniknya bandara ini memiliki (A) terminal khusus haji yang sangat luas. Ada (B) terminal internasional yang melayani maskapai penerbangan asing dari mancanegara non haji. Ada pula (C) terminal khusus untuk pesawat penerbangan Saudia saja, milik maskapai penerbangan Arab Saudi, baik domestik maupun internasional.
Dan ada (D) terminal VIP untuk para pembesar istana dan tamu kerajaan. KAIA dalam operasioalnya didukung oleh tenaga kerja lebih dari 20.000 orang domestik-mancanegara.
Bangunan terminal haji mudah ditandai, dari kejauhan terlihat bagai kemah-kemah raksasa. Konon, besarnya lebih dari hanggar tempat assembling Boing 747 di kota Sattle AS.
Sementara menunggu jadwal pesawat, jamaah dapat menikmati nasi yang disiapkan oleh petugas haji, meski banyak warung yang menjual berbagai keperluan untuk oleh-oleh, termasuk cerek kuning.
Namun diharapkan jamaah tidak lagi berbelanja di bandara, karena akan kesulitan membawa belanjaannya dan sangat merepotkan perjalanan.
Petugas pekerja cleaning service bandara yang besar itu, ada yang dari Mesir, Sri Lanka, Banglades, Filipina, termasuk dari Indonesia. Ada pekerja musiman dan ada pula tenaga kerja permanen.
Barang Tentengan Jamaah
Sekitar kurun waktu 1983-1985, pengalaman penulis menjadi petugas musiman Temus Haji, barang bawaan jamaah ditimbang ketika check in di bandara, dibantu petugas musiman dari Mesir.
Lalu sejak 2004 kopor jamaah ditimbang di maktab, baik di Makkah atau di Madinah oleh mitra Garuda. Hal ini dilakukan agar barang bawaan yang masuk ke dalam pesawat volumenya terkendali.
Dengan begitu, porsi bawaan jamaah haji menjadi terukur terkendali demi keselamatan penerbangan haji. Ini adalah kemudahan bagi jemaah, sebab jika barang bawaan berlebih masih ada kesempatan untuk mengirimnya via ekspedisi pengiriman barang.
Saat kedatangan jamaah gelombang kedua, pertama masuk bandara urusan imigrasi biasanya berjalan lancar, tetapi perlu sabar mengikuti antrian. Urusan beacukai biasanya barang bawaan jamaah cukup diperiksa melalui alat detektor elektronik. Insyaallah semua urusan di bandara Jeddah selalu mudah dan nyaman.
Seandainya ada pemeriksaan barang bawaan secara manual, disebabkan gangguan teknis pada alat detektor misalnya, jamaah sebaiknya menunjukkan sikap kooperatif, segera membuka koper bila diminta petugas. Bersikaplah wajar, kamera kontrol ada di setiap pojok. Nah, dengan mematuhi petunjuk para petugas urusan jadi cepat selesai.
Suasana Di Bandara
Dulu, terdengar kisah dari jamaah haji yang kembali ke tanah air sering mengatakan bahwa air tawar sangat sulit di negeri padang pasir. Namun 1981 di bandara baru King Abdel Aziz tidak pernah merasa kekurangan air bersih. Kamar mandi dan toilet sangat banyak, air tidak pernah kurang, semua fasilitas kehidupan tersedia.
Kalau pun ada terjadi kekurangan air bersih persediaan di perkemahan, itu pernah penulis rasakan di tahun 1981. Saat itu di Mina, terasa kesulitan air, saat itu pengelolaan haji masih ditangani para Syekh belum sistem maktab.
Sistem maktab baru dimulai pada tahun 1984. Di zaman sebelum tahun 1984, perkamahan model tradisional (bongkar-pasang). Kini alhamdulillah, persediaan air bersih di negeri padang pasir ini, khususnya Jeddah, Makkah, Madinah dan kota-kota lain di Arab Saudi bukanlah seperti dulu, tapi di semua kota dan pusat kehidupan persediaan air sudah lebih dari cukup.
Dalam menutupi keperluan air tawar, dilakukan penyulingan air laut dengan menggerakkan industri pabrik-pabrik raksasa tahliyah miyah (penyulingan air). Kemampuan produksi air bersih Arab Saudi lebih dari 5 juta galon air perhari. Negeri ini (1975-1980) mengeluarkan dana sebesar 9,7 miliar dolar Amerika untuk industri air bersih.
Tentunya, sesuai perkembangan zaman dan pertumbuhan penduduk dana tersebut setiap tahunnya terus meningkat untuk memacu produksi bagi kepentingan kesejahteraan umum.
Jeddah Gerbang Masuk Jamaah Haji
Sejak dahulu Jeddah merupakan gerbang pintu masuk utama jamaah haji dan umrah (dhuyufurrahman), yang datang sebagai tamu Allah. Jamaah hendaknya dapat menyadari bahwa kedatangannya ke Tanah Suci adalah sebagai tamu-tamu Allah (dhuyufurrahman), maka jagalah hati, akhlak, etika dan sopan santun sebagai tamu.
Sopan santun dan rendah hati kepada sesama manusia selalu kita jaga, maka apatah lagi kepada pemilik Baitullah, pencipta alam semesta. Luruskan niat, luruskan hati dan perasaan agar kesucian ibadah tidak terganggu. Bersyukurlah, bahwa Allah memberi umur panjang dan berkah bisa melangkah menunaikan ibadah haji dan umrah dalam ridha-Nya.
Jangan pernah ada rasa sombong bertengger di hati, karena kita bisa sampai ke tanah suci, padahal orang lain masih banyak yang ingin tapi belum kesampaian niat dan hajatnya.
Di zaman teknologi canggih ini Jeddah didukung fasilitas modern mempesona siap menyambut kedatangan dhuyufurrahman. Maka sekali lagi mantapkan mental untuk ibadah, terimalah panggilanNya dengan tulus ikhlas, semoga mendapat haji dan umrah yang mabrur.
Ingatlah sabda Rasulullah SAW: “Haji yang mabrur tidak ada balasan lain kecuali surga”. (HR. Malik, Bukhari, Muslim, Tirmizi, Nasaai, Ibnu Majah).
Penulis adalah Alumni Panti Asuhan Al-Washliyah Medan, Pimpinan KBIHU Al-Marwa, Alumni Al-Azhar University, Cairo, Mesir. Aligarh Muslim University, India. UIN Sumut Medan, Mantan Petugas Haji Jeddah-Makkah-Madinah (1983-1984-1985).
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.