Menu
Pusat Berita dan Informasi Kota Medan, Sumatera Utara, Aceh dan Nasional

Imbas PMK Terhadap Perkebunan

  • Bagikan

Oleh Pretty Luci Lumbanraja

Imbas lain dari PMK terhadap aktivitas perkebunan berkaitan dengan limbah ternak sapi yang dapat dijadikan pupuk sebagai kandungan tambahan dari pupuk buatan. Hal ini dilihat dari impor pupuk di Indonesia pada 2020 adalah 6.248,7 ton. Dari angka tersebut menunjukkan kebutuhan pupuk sangat tinggi untuk meningkatkan hasil pertanian

Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sapi yang telah meluas di Tanah Air mengancam ketahanan pangan kita. Program integrasi sapi-sawit yang digadang-gadang mampu mendongkrak ketahanan pangan bisa jadi tidak akan berhasil. Jika PMK sapi ini tidak segera diatasi, rencana swasembada sawit dan sapi kita akan tinggal isapan jempol semata.

Rencana swasembada sawit-sapi ini direpresentasikan dalam program Sistem Integrasi Sawit-Sapi (ISS). Sistem integrasi sawit-sapi merupakan alternatif terbaik untuk mencapai target swasembada pangan terutama daging sapi melalui optimalisasi penggunaan lahan dengan memanfaatkan limbah tanaman sawit dan industri sebagai sumber pakan ternak.

Sumber bahan baku pakan ternak berasal dari pelepah sawit, bungkil inti sawit, dan bahan non sawit lainnya. Dari hasil pengolahan menjadi pakan ternak tersebut untuk usaha penggemukan, pembibitan dan sapi potong.

Selain itu, baik dari aktivitas sawit maupun sapi, keduanya menghasilkan limbah yang kemudian dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan organik yang dapat meningkatkan kesuburan dan kualitas tanah.

Sisa limbah tersebut berasal dari limbah ternak sapi, biogas, limbah tanaman kelapa sawit (pelepah, daun sawit, dan sisa pohon) dan limbah industri kelapa sawit (tandan buah kosong, dried decanted sludge, palm oil mill effluent dan fly ash).

Mengutip dari Tempo, Kementerian Pertanian hingga 10 Mei 2022 menyebutkan, jumlah hewan yang tertular virus tersebut mencapai 6.720 ekor. Hewan-hewan ini berada di Aceh, Bangka Belitung, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, dan Nusa Tenggara Barat. Provinsi-provinsi tersebut menjadi daerah dengan lahan kelapa sawit yang terbentang luas.

Menurut hasil penelitian Gunawan dan Talib, sistem integrasi sapi sawit memiliki potensi besar untuk pengembangan bioindustri, baik berupa bioindustri pakan ternak maupun pupuk organik.

Bioindustri pakan ternak pun juga dikembangkan dari biomassa kebun sawit, antara lain pelepah dan daun sawit, bungkil inti sawit dan solid. Sementara bioindustri pupuk organik dikembangkan dari kotoran ternak sapi.

Sebagai provinsi dengan bentangan lahan kelapa sawit yang sangat luas, sasaran pengembangan bioindustri ini adalah daerah perkebunan sawit di wilayah Pulau Sumatera dan Kalimantan seluas 9,25 juta hektar.

Luas tersebut diperkirakan dapat menghasilkan pelepah dan daun sawit setiap tahun sebanyak 54,60 juta ton yang dapat digunakan sebagai pakan bagi 12,13 juta satuan ternak (ST) sapi, sebagaimana telah diteliti oleh Gunawan dan Talib.

Untuk itu, pengembangan bioindustri pada sistem integrasi sapi sawit di Sumatera dan Kalimantan sangat berpotensi untuk memenuhi kebutuhan pupuk organik bagi tanaman sawit maupun pemanfaatan biomassa kebun sawit untuk pakan ternak sapi.

Fokus pemerintah menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada 2045 tentu sejalan dengan program swasembada daging sapi. Yang perlu dilakukan adalah bagaimana meningkatkan sistem produktivitas dan distribusi daging sapi. Kebutuhan dari hasil olahan peternakan, dalam hal ini sapi yang menjadi fokus program ISS, yaitu daging dan susu.

Kenyataannya Indonesia masih mengimpor daging dan produk olahan susu dari Tiongkok. Data dari badan pusat statistik (BPS) menyebut, volume impor hasil peternakan untuk produk daging lembu adalah 223.423,7 ton pada 2020.

Sementara produk susu dan kepala susu 29.206,68 ton pada 2019. Angka yang tinggi untuk mengurangi cadangan devisa negara. Ditambah lagi daya konsumsi daging sapi di Indonesia 0,038 kilogram (kg)/kapita/bulan pada Maret 2021. Formulasi ini menunjukkan, keberadaan peternakan di Indonesia belum cukup memadai memenuhi kebutuhan daging di dalam negeri.

Imbas lain dari PMK terhadap aktivitas perkebunan berkaitan dengan limbah ternak sapi yang dapat dijadikan pupuk sebagai kandungan tambahan dari pupuk buatan. Hal ini dilihat dari impor pupuk di Indonesia pada 2020 adalah 6.248,7 ton. Dari angka tersebut menunjukkan kebutuhan pupuk sangat tinggi untuk meningkatkan hasil pertanian.

Terdapat 4,08 juta ST sapi di Pulau Sumatera dan Kalimantan pada 2020. Selama ini dengan populasi ternak sapi 3,06 juta ST dihasilkan pupuk organik sekitar 6,1 juta ton. Produksi pupuk sebanyak itu mampu untuk memupuk lahan seluas 3 juta hektar.

Dengan total luas lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang mencapai 15,08 juta hektar, apakah ketersediaan populasi ternak sapi tersebut mampu memenuhi kebutuhan pupuk?

Dalam penelitian Gunawan dan Talib juga disebut, pada perkebunan sawit, sinergitas antara kotoran sapi sapi dan pupuk buatan dapat meningkatkan efisiensi mengingat pemupukan di perkebunan sawit dilakukan secara intensif untuk menjamin produktivitas tinggi. Dan pupuk dari limbah sapi dapat menunjang kesuburan tanah serta meningkatkan produksi buah sawit.

Kebijakan yang solutif dibutuhkan dengan membenahi segmentasi penanganan dari pemerintah dan mengacu pada sejarah PMK yang pernah mewabah di Tanah Air. Pengawasan terhadap distribusi bantuan obat-obatan, vitamin ternak dan cairan disinfeksi kadang, pengedukasian pada masyarakat mengenai pentingnya menjaga kebersihan kandang dan sterilisasi selama isolasi ternak. Selain itu yang menjadi fokus penanganan yaitu ketepatan vaksinasi, bukan hanya kecepatan.

Peran perkebunan dan peternakan yang tidak hanya sebagai andalan penghasil bahan pangan dan bahan baku olah pangan tetapi juga dari biomassa. Pakan ternak dan pupuk organik menjadi solusi integratif yang harus dimanfaatkan untuk menggerek revitalisasi pertanian dan sub sektor pendukungnya.

Penulis adalah Staf Dan Calon Peneliti Lingkungan Di Lembaga Riset Perkebunan, PT Riset Perkebunan Nusantara Dan bergiat Di Perkamen (Perhimpunan Suka Menulis).

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *