Dua Lentera Padam, Warga Aceh Kehilangan Panutan

  • Bagikan
Dua Lentera Padam, Warga Aceh Kehilangan Panutan
Pimpinan Dayah QAHA Kota Lhokseumawe, Waled Jamaluddin bin Tengku Abdul Qadir.

LANGIT Aceh sejak pagi hingga tulisan ini diturunkan oleh redaksi Waspada.id, Kamis (13/2) pukul 16.00, mendung pekat, seolah akan turun hujan deras. Warna langit yang menghitam seakan-akan mengabarkan kepada penduduk bumi bahwa seluruh penduduk langit sedang berkabung atas meninggalkanya dua ulama kharismatik Aceh yaitu Pimpinan Dayah Darul Munawwarah Ulee Glee, Kabupaten Pidie Jaya, Abu Kuta Krueng (Abu H. Usman bin Ali,89).

Abu Kuta Krueng menghembuskan nafas terakhir dalam perawatan medis di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh, Kamis (13/2) menjelang Subuh. Selang lima jam kemudian, tepatnya, Kamis (13/2) pukul 10.00, kabar duka kembali muncul hingga tersebar di seantero Aceh, bahwa Pimpinan Dayah BUDI Lamno, Kabupaten Aceh Jaya, Aba H Asnawi bin Tengku Ramli (Aba Lamno,81) meninggal di kediamannya.

Dua Lentera Padam, Warga Aceh Kehilangan Panutan
Almarhum Abu Kuta Krueng

Seketika, Aceh banjir air mata dan bahkan emotikon air mata membanjiri berbagai sosial media dari pemilik akun dari Aceh. “Rasulullah SAW bersabda: “Ketika seorang alim meninggal maka menangislah ahli langit dan bumi selama tujuh puluh hari. Barang siapa tidak sedih atas meninggalnya orang alim maka dia adalah orang munafik, munafik, munafik,” kata Waled Jamaluddin bin Tengku Abdul Qadir memberitahukan Waspada.id.

Waled Jamal, begitu panggilan akrab Pimpinan Dayah Qari Hafidz Ukhwatul Quran (QAHA) Kota Lhokseumawe, melanjutkan, meninggalnya para ulama merupakan sesuatu yang krusial dan bahkan Rasulullah SAW bersabda.

“Sesungguhnya Allah SWT tidak menggengam ilmu dengan sekali pencabutan, mencabutnya dari para hamba-Nya. Namun Dia menggengam ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sehingga, jika tidak disisakan seorang ulama, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. Maka mereka tersesat dan menyesatkan.” (HR Al Bukhari).

Ulama, kata Waled Jamal, adalah sandaran dan tempat umat meminta nasehat dan petunjuk. Meninggalnya ulama adalah musibah karena umat kehilangan panutan. Ulama, lanjutnya lagi, adalah suluh atau lentera yang menebar cahaya bagi setiap insan untuk meraih kesuksesan dunia dan akhirat.

“Hari ini, Kamis (13/2) dua lentera umat padam. Warga Aceh kehilangan panutan. Seperti kata ulama salaf terdahulu, sebaik-baik pemberian adalah akal dan seburuk-buruk musibah adalah kebodohan. Jika suatu ketika tidak ada lagi ulama yang tersisa, maka umat akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai panutan,” sebut Waled Jamal dengan wajah sedih.

Pimpinan Dayah QAHA kembali mengatakan, meninggalkan para ulama sebagai tanda semakin dekatnya hari kiamat. Betapa tidak, sebutnya, saat ilmu diangkat dari muka bumi oleh Allah SWT, maka muncul kebodohan hingga kebatilan merajalela. Sesuai dengan hadist Rasulullah SAW. “Termasuk tanda-tanda hari kiamat adalah diangkatnya ilmu dan teguhnya kebodohan.” (HRI. Bukhari).

Meninggalnya Abu Kuta Krueng dan Aba Asnawi Lamno dapat memberikan pembelajaran bagi kita yang ditinggalkan, bahwa tiap-tiap yang bernyawa pasti merasakan kematian. Dan semoga peristiwa ini menjadi pengingat bahwa akhirat adalah tempat kembali.

“Kami mengajak seluruh warga Aceh untuk memperdalam ilmu agama melalui beberapa ulama yang masih Allah sisakan diantara kita yaitu melalui Abu Paya Pasi di Aceh Timur, Waled Lapang, Abu Manan Blang Jreung, Abu Hasballah di Aceh Utara dan beberapa ulama lainnya. Mereka adalah estafet yang meneruskan perjuangan Abu Kuta dan Aba Asnawi dalam mensyiarkan Islam di tengah-tengah umat,” ajak Waled Jamal.

Waled Jamal pada kesempatan itu meminta Waspada untuk terus menjadi media dakwah di tengah-tengah umat yang sedang dilanda degradasi moral, sehingga dengan adanya media dakwah dapat membakar semangat generasi muda untuk belajar ilmu agama sehingga mereka nantinya dapat melanjutkan perjuangan para alim ulama.

Dua Lentera Padam, Warga Aceh Kehilangan Panutan
Almarhum Aba Asnawi Lamno.

“Mari kita doakan bersama-sama, semoga ke dua ulama tersebut meninggal dalam kondisi husnul khatimah dan Allah tempatkan ke duanya di tempat yang mulia. Aamiin…”

Menjawab Waspada, Waled Jamal memberitahukan, tidak kurang dari 20 ribu warga yang hadir dan memadati halaman Dayah Almunawwarah. Mereka datang dari berbagai penjuru untuk ikut shalat jenazah. Amatan Waled Jamal di lokasi, sempat terjadi kemacetan dengan jarak 3 Km. “Abu Kuta dimakamkan di komplek dayah tersebut. Ada satu kalimat sempat saya dengar dari salah seorang pelayat yang bergumam, “Paki kamoe, Abu Kaneuwoe bak Allah”.

Maimun Asnawi, S.HI.,M.Kom.I




Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Dua Lentera Padam, Warga Aceh Kehilangan Panutan

Dua Lentera Padam, Warga Aceh Kehilangan Panutan

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *