MEDAN (Waspada): PLN Provinsi Aceh menuju kemandirian energi listrik dengan beroperasinya pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Nagan Raya unit 3 dengan daya 200 serta Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Peusangan, Aceh Tengah 40 MW di akhir tahun ini.
“PLN Unit Induk Distribusi Aceh telah merencanakan tambahan pasokan daya sebesar 240 MW pada tahun 2023 ini,” ungkap Parulian Noviandri, General Manager PT PLN UID Aceh kepada wartawan dalam kunjungan ke UP2B Sumbagut, Medan, Sumut, Selasa (5/9).
Kata Parulian, total daya listrik di Aceh mencapai 850 Mega Watt (MW) dengan beban puncak 557 MW. Sehingga terjadi surplus 293 MW. “Aceh sekarang butuh investasi dan hilirisasi untuk memanfaatkan energi surplus,” ujarnya.
Kepada wartawan yang mengikuti media gathering PLN Unit Induk Distribusi (UIB) Aceh dari PWI, AJI, IJTI dan PFI mengungkapkan konsumsi listrik untuk Aceh hanya satu persen sedangkan Sumatera Utara sudah 10 persen. “Artinya dengan ketersediaan energi di Aceh kalau tidak dipakai industri di Aceh akan dipakai Sumatera Utara,” imbuhnya.
Parulian mengatakan sangat sayang Infrastruktur di Aceh akan tersedia banyak ini sangat sayang kalau itu tidak gunakan di Aceh. Pihaknya berharap investasi atau hilirisasi dapat berkembang di Aceh dengan ketersedian cadangan energi yang cukup banyak di Aceh.
Menurut Parulian, Aceh sekarang sudah mandiri energi untuk kebutuhan yang dipasok dari produksi Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Arun, Lhokseumawe, PLTU Nagan Raya serta energi terbarukan yang bersumber dari daerah Aceh sendiri.
“Sistem kelistrikan Aceh terhubung dengan sistem Sumatera dengan pengaturan beban melalui jaringan 250 KV. Kalau ada gangguan listrik di Aceh bisa dipasok dari Medan. Begitu juga sebaliknya, bila pemeliharaan di Sumut bisa dipasok dari Aceh,” cetusnya.

Ia menjelaskan kondisi kelistrikan saat ini daya terpasang 448 MW dan sudah surplus 60 hingga 70 MW walaupun masih ada pembangkit listrik tenaga diesel (PLT). “Kalau digabung dengan Sumatera Utara bertambah lagi,” tandasnya.
Kelistrikan Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) khusus Aceh- Sumatera Utara diatur bebannya dan dimonitoring oleh Unit Pelaksana Pengaturan Beban (UP2B) Medan, Sumatera Utara. “Di unit pengatur beban dibagi dua sub sistem Aceh dan Sumut. Sumut sendiri dibagi dua sub sistim yaitu Medan dan Siantar,” terang Aimanuddin Bilad, Asisten Manajer Bagian Operasi Sistem, Sumbagut.
Kepada wartawan dalam pertemuan di kantor UP2B, Medan, Bilad menyatakan dengan sistem itu lebih mudah mengatur beban kalau ada pemeliharaan di Aceh atau sebaliknya. Secara sistem kelistrikan akan lebih handal dan efisien. “Tahun 2027 Aceh akan tersambung dengan sistim Siantar, sehingga kelistrikan Aceh akan lebih handal. Jadi Aceh yang selalu kekurangan sekarang surplus,” ucapnya.
Pada kesempatan itu, Bilad memberi kesempatan kepada wartawan untuk melihat ruang Dispatcher, yaitu ruang pemantauan antar area pengaturan dan monitoring beban listrik Sumatera bagian utara, Sumut-Aceh. (b05)