Ini ‘Dosa Besar’ Dalam Penulisan Judul Berita

  • Bagikan

Fellowship Jurnalisme Pendidikan Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (FJP GWPP) Batch IV bekerjasama dengan PT Paragon Technologi and Corporation terus bergulir. Memasuki bulan ke tiga Minggu kedua Mei 2022, Mentor, Tri Juli Sukaryana mengevaluasi kesalahan dalam penulisan judul pada berita.

Perlu diingat kata Kang Tri Juli, jurnalisme itu adalah ilmu sosial berkembang berdasarkan perkembangan peradaban. Perubahan itu salah satunya ada persoalan pembuatan judul. Membuat judul ungkapnya susah-susah mudah, bahkan tak sedikit dari para wartawan frustasi karenanya.

Kenapa seperti itu? bukan karena tidak bisa membuat judul, namun saat menulis belum terbayang seperti apa akan dibuat. “Makanya saya ingatkan bahwa frame itu penting dibuat sebelum anda menulis berita,” ucap Tri Juli.

Framenya seperti apa? Tri Juli menguraikan saat dirinya masih wartawan pemula, sebelum membuat berita, Dia menulis outline terlebih dahulu mulai dari judul, body, kalimat penutup, dan kalimat penjelas, semuanya ditulis di kertas.

Tri Juli menyebutkan, Ada beberapa ‘Dosa besar’ dalam penulisan berita yang sering dilakukan oleh wartawan. Kesalahan ini membuat pembaca bosan sehingga mengabaikan untuk membaca berita tersebut.

‘Dosa Besar’ itu ungkap pria yang akrab disapa Kang TJ salah satunya pada penulisan angka pada judul, Tri Juli mencontohkan berita berjudul “62.955 Sekolah Siap Implementasikan Kurikulum Merdeka”.

Tri Juli menjelaskan, tidak banyak pembaca yang akan mengingat angka ini dalam waktu singkat, apalagi dimuat dalam koran, digunting, lalu ditempel di dinding. Persoalan itu sebetulnya angka enam puluh ribuan itu banyak atau sedikit?

Pembaca tidak akan tahu apakah angka itu banyak atau sedikit kalau tidak dibuat skala perbandingan. Kalau dibandingkan dengan angka sepuluh ribu, tentu lebih banyak, tapi kalau dibandingkan dengan seratus ribu, maka akan terlihat sedikit.

“Karena itu kita harus tanya sama orang berwenang, 62.955 itu berapa persennya dari total apa sekolah yang ada,” ujar Kang Tri Juli.

Persentase itulah yang kemudian menjadi judul misalnya 90 persen sekolah siap laksanakan Kurikulum Merdeka. Itu artinya orang sudah langsung tahu, oh berarti tinggal dikit lagi yang belum nih katanya.

Angka 62.955 nya kemudian dimasukkan di dalam berita. Kalau angka itu hanya 30 persen dari sekolah yang ada, berarti sangat sedikit yang akan melaksanakannya. Angka persentase kecil ini menunjukkan kepada pembaca seberapa besar angka itu.

“Inilah yang disebut dengan teknik scaling atau teknik skala,” ucap Tri Juli.

Jadi kalau menonton TV berita, jangan heran kalau reporternya selalu terjun ke tengah-tengah banjir. Kenapa mereka begitu? karena ingin menunjukkan kepada pemirsa ketinggian banjir itu, tidak perlu ditulis atau diucapkan lagi 50 cm, tapi langsung nampak semata kaki atau dengkul.

Misalnya lagi, APBD Sumatera Utara itu tahun ini disiapkan dananya 500 miliar rupiah. Angka ini dibandingkan dengan yang lain besar atau kecil? media lebih baik menulis 500 miliar rupiah ini sama dengan jatah makan untuk seribu orang miskin dalam setahun.

Bahkan di Indonesia sering dibuat judul agak bercanda dan segar. Contoh, “Triliunan Rupiah Korupsi Bansos Covid 19 Bila Dibelikan Kerupuk, Panjangnya Bisa Dari Jakarta ke Sidoarjo.

‘Dosa’ berikutnya yakni penulisan singkatan di judul. Tri Juli mengingatkan bahwa berita yang terbit akan dibaca semua orang, bukan hanya lokasi atau kalangan tertentu saja, melainkan umum. Selain itu, penulisan singkatan dapat membingungkan pembaca.

“Tulis saja kepanjangannya, supaya tidak membingungkan saat membaca sekilas,” tambah Tri Juli. Pada media online ucapnya, sangat jarang orang mencari singkatan, melainkan langsung ke diksi umum ke mesin pencari.

‘Dosa’ lainnya ialah menulis judul berita yang normatif, biasa saja, dan lazim. Tri Juli mencontohkan judul “Perguruan Tinggi Harus Jadi Mata AIr Kemajuan Bangsa”. Tri Juli menjelaskan, judul berita ini terlalu lazim, semua orang sudah tahu, dan memang begitu seharusnya fungsi perguruan tinggi, tidak ada yang menarik.

Judul berita harus unik agar menarik minat orang untuk membacanya.

‘Dosa’ terakhir, pemilihan diksi harus tepat seperti sinonim, antonim, dan lainnya. Tri Juli mencontohka judul “Sudah 443 Tahun dalam Kegelapan, Kehidupan Warga di Kaki Gunung Masigit Kareumbi kini menyala”. Angka 443 tahun, kok bisa tepat sekali menghitung?

Menurut Tri Juli, angka itu sebenarnya lebih dekat dengan lima abad, bisa lebih dramatis judulnya. Bisa dibayangkan, hampir lima abad dalam kegelapan, kini sudah dimasuki listrik.

Selanjutnya pada elaborasi judul kurang tepat. Seharusnya, kegelapan itu lawan katanya ‘gemerlapan’ atau ‘terang benderang’, bukan ‘menyala’. Wartawan harus rajin membuka KBBI, padanan kata, lawan kata, sinonim, antonim, dan pemilihan diksi yang tepat. Diwajibkan sering-sering buka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (a21)

Ini 'Dosa Besar' Dalam Penulisan Judul Berita

Keterangan foto:
Waspada/Ist

Mentor FJP GWPP Batch IV, Tri Juli Sukaryana memaparkan kesalahan umum dalam penulisan judul berita.

  • Bagikan