Tugas Berat Universitas, Menyiapkan Lulusan Ditengah Ketidakpastian

  • Bagikan
Tugas Berat Universitas, Menyiapkan Lulusan Ditengah Ketidakpastian

MENTERI Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi (Mendikti Saintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro memberikan pidato pertamanya sejak dilantik sebagai Menteri Pendidikan Tinggi 21 Oktober lalu. Kemudian pada 6 November 2024, Satryo Soemantri juga mengikuti rapat dengar pendapat dengan Komisi X DPR RI yang membidangi pendidikan.

Di pidato pertamanya saat serah terima jabatan dengan menteri sebelumnya, Satryo Soemantri Brodjonegoro sudah menyampaikan sedikit keinginannya terhadap kampus. Karena memang desakan dari Presiden Prabowo semua menteri harus bekerja langsung tanpa stagnasi, maka dia menyatakan semua program di Kemendikti tetap harus berjalan seperti biasa.

“Kita tidak bisa mengadakan perubahan tiba-tiba dengan konsep baru karena akan setback,” katanya. Namun dalam paparan tersebut dia menyelipkan beberapa kalimat yang harus dihighligt bahwa ada kekhawatiran di pendidikan tinggi, kita tidak tahu job apa lagi yang masih ada di bumi ini.

Pekerjaan apa yang masih tersedia di bumi karena berkembangnya artificial intelligence (AI). Perkembangan AI begitu pesat sehingga semua pekerjaan bisa digantikan machine learning. “Maka itu saya akan menerapkan di Dikti nanti tentang riset bagaimana pembelajaran kita siapkan untuk masa depan yang tidak pasti dan tidak menentu,” kata Menteri.

Konsepnya adalah pendidikan tinggi mengajarkan anak-anak kita sesuatu yang kita sendiri tak tahu masa depannya seperti apa. “Saya lulusan teknik mesin 1980-1985 kalau sekarang saya pakai ilmu itu sudah ketinggalan zaman. Tidak berguna sama sekali,” kata Menteri Satryo.

Lalu bagaimana ke depan? Itulah tantangan perguruan tinggi yang perlu dilakukan dengan skema metode pembelajaran baru. We are to transform educational methodology. Sehingga mahasiswa harus punya critical thingking, inovative thingking agar bisa survive. Kemudian perguruan tinggi melakukan kolaborasi, menerapkan pemberdayaan, mengempower (memberdayakan) keunikan masing-masing kampus sebagai kunci keberhasilan.

Apa yang disampaikan Menteri Pendidikan Tinggi itu kemudian secara cermat direspon oleh Ketua Senat Universitas Negeri Medan Prof. Syawal Gultom, saat pembukaan Musrenbang Unimed. Sebelum membahas strategi kementerian tersebut, Prof. Syawal menceritakan bahwa Satryo Soemantri ini dulu sering ke Unimed. Bahkan beberapa kali dia mengajari kita dalam berbagai hal, katanya.

Kedekatan itu pasti sudah lama terjalin. Karena Prof. Syawal pun dulu pernah lama di Kementerian Pendidikan saat Menteri Pendidikan Muhammad Nuh. “Pak Satryo ini sering ke Unimed, sehingga ketika dia dipanggil ke istana, belum lagi diumumkan jadi menteri saya sudah feeling bahwa beliau yang akan jadi Menteri Pendidikan Tinggi. Maka itu saya ucapkan selamat,” katanya.

Ternyata, kata Prof. Syawal, chat WA yang dikirimkannya langsung direspon. “Saya kira ini memang sudah hubungan yang sangat baik. Karena itu saya meminta kesempatan kita dari Unimed untuk berjumpa beliau. Rencananya akan diterima dalam waktu dekat setelah semua fungsionaris pulang dari Havard University AS,” kata Prof. Syawal di pembukaan Musrenbang tersebut.

Yang menarik dari pemikiran Mendikti Saintek Satryo Soemantri di pidato pertamanya adalah soal paradigma transformasional perguruan tinggi. Prof. Syawal menegaskan lagi tugas berat perguruan tinggi termasuk Unimed adalah menyiapkan diri mencetak lulusan di masa depan yang tidak menentu.

Dia mengungkapkan ada satu perguruan tinggi negeri dan satu perguruan tinggi swasta yang menjamin 30 persen lulusannya akan bekerja di pekerjaan yang sekarang belum ada. “Ini menarik karena masih banyak lulusan kita yang saat ini pun belum relevan bekerja di pekerjaan yang ada sekarang,” jelasnya.

Prof. Syawal menceritakan akses relevansi ini jelas. Pembelajaran mentransformasi adalah yang memiliki kemampuan berfikir kritis. Karena itu pula Unimed akan terus mendorong inovasi dan membangun kerjasama dengan industri berkembang serta berkontribusi pada pembangunan nasional.

Kita belum melihat detil masa depan Indonesia, kata Prof. Syawal. Jerman dan China itu sudah punya gambaran akan seperti apa mereka di 2060. Coba kita tanya berapa sebenarnya ahli otomotif yang dibutuhkan Indonesia 2050, ahli sawit dari penjualan sampai ekstrak? Bandingkan misalnya dengan Malaysia yang mampu mengekstrak sawit mereka menjadi 127 produk turunan, sementara Indonesia hanya mampu mengeluarkan 27 saja. Sehingga wajar kalaupun keran ekspor sawit ke Eropa ditutup, Malaysia tidak terpengaruh, mereka cukup olah di dalam negeri. Lha kita di sini bagaimana peta jalannya, kata Prof. Syawal.

Gambaran Indonesia di 2040 dan 2050 pun kita belum punya. Berapa ahli otomotif, berapa tenaga AI, kita belum tahu kebutuhannya. Atau kontribusi pertanian, pariwisata dan industri pada tahun tersebut, sekian persen. Itu belum ada. Mudah-mudahan pemerintah baru ini rampung menyiapkannya nanti. Karena tantangan pendidikan tinggi ke depan adalah kebekerjaan lulusan dengan melihat roadmap masa depan.

Prof. Syawal Gultom menceritakan bagaimana pendidikan tinggi di Jerman bekerjasama dengan industri dalam konsep vokasi. Guru di sana bisa sampai 7 tahun dididik. Mereka bahkan satu tahun harus bekerja di industri. Kenapa jerman peduli vokasi? Karena magangnya digaji. Di sini magang itu seperti roomboy. Jadi memang perlu keterkaitan antara kampus dengan industri dan harusnya mahasiswa yang kelak nanti akan bekerja sudah pernah mengerjakan yang akan menjadi profesinya.

Di kesempatan itu Prof. Syawal Gultom mengucapkan terimakasih kepada Menteri Satryo Soemantri Brodjonegoro. Sebab selama ini terputusnya hubungan universitas dengan kebutuhan masyarakat akan teratasi. Program pembelajaran transformatif berbasis digital seperti yang disampaikan Mendikti Saintek cukup menarik. Membaca programnya saja kita sudah selera agar semua masalah ini diurai dari hulu, kata Prof. Syawal. Konsep itu akan mengispirasi kurikulum Unimed secara keseluruhan. Terutama menyelesaikan isu klasik soal relevansi sehingga perlu dikembangkan dunia usaha dunia industri dan dunia kerja.(m28)


Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Tugas Berat Universitas, Menyiapkan Lulusan Ditengah Ketidakpastian

Tugas Berat Universitas, Menyiapkan Lulusan Ditengah Ketidakpastian

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *