Tiga Resiko Dunia Harus Diwaspadai Indonesia

  • Bagikan

JAKARTA (Waspada): Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, bahwa tiga resiko dunia yang harus diwaspadai  Indonesia.

“Mulai dari normalisasi kebijakan moneter hingga disrupsi rantai pasokan yang masih berlangsung.sampai saat ini,” katanya pada rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (19/1). 

Rapat tersebut membahas evaluasi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2021, program pemulihan ekonomi nasional (PEN) 2021, serta rencana APBN dan PEN 2022. 

Menurutnya, dinamika global masih akan mewarnai perekonomian dunia, termasuk Indonesia,  bahkan hingga 2023. 

Pertama, lanjut Menkeu, tapering off oleh bank sentral global baik dari Amerika Serikat (AS) serta Uni Eropa dan Inggris. 

Dimana tingkat inflasi yang tinggi di negara-negara tersebut memicu percepatan pengurangan pembelian aset oleh bank sentral, dan berpotensi memicu kenaikan suku bunga acuan.

“Dinamikanya ini seperti tik tok. Ini pengaruh spillover-nya ke negara lain [besar], lalu negara lain melakukan ini [penyesuaian]. Ini lingkungan yang sangat dinamis, dan akan mewarnai tahun 2022 dan 2023,” jelasnya. 

Kedua, switching policy atau kebijakan transisi ekonomi China. Kebijakan China untuk melakukan rebalancing serta transisi ekonomi hijau turut berpotensi memiliki dampak kepada ekonomi global. 

Sri Mulyani menyebut China sebagai negara yang besar, maka akan memiliki dampak yang besar kepada dunia ketika mengambil suatu kebijakan signifikan. “Begitu China menggeliat, dunia ikut bergerak,” tutur Sri. 

Ketiga, sambungnya, disrupsi rantai pasok dan potensi stagflasi yang mengikuti setelahnya. Adapun, stagflasi merujuk pada kondisi di mana laju perekonomian yang lambat berlangsung bersamaan dengan tingkat inflasi tinggi. 

Di beberapa negara, kenaikan harga komoditas energi, gangguan rantai pasok, dan lambatnya pemulihan ekonomi disinyalir akan memicu kondisi stagflasi. 

“Stagflasi ini saya mengenalnya saat saya masih mahasiswa Ekonomi pada tahun 1970-1980. Waktu itu ada di textbook Ekonomi,” jelas Menkeu. 

Hal tersebut, lanjutnya, menjadi salah satu yang muncul lagi, setelah dunia dihadapkan pada situasi inflasi yang secara relatif rendah di beberapa dekade terakhir. 

Meski begitu, Menkeu meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 dapat mencapai 4 persen.  Sejalan berbagai indikator perekonomian kuartal IV/2021 yang menunjukkan sinyal positif, sehingga akan menopang kinerja setahun penuh. 

Sri Mulyani menilai bahwa momentum pemulihan ekonomi Indonesia menunjukkan kondisi yang baik. Setelah Indonesia mengalami dampak Covid-19 yang melumpuhkan hampir aemua sektor. 

Dia menambahkan data Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan menunjukan sejumlah indikator ekonomi makro kuartal IV/2021 di sinyal positif. (J03) 

  • Bagikan