JAKARTA (Waspada): Ketahanan energi nasional menjadi isu krusial yang terus diperjuangkan pemerintah, terutama dalam upaya transisi energi dan pengoptimalan pemanfaatan sumber daya alam yang ada.
Direktur Infrastruktur Minyak dan Gas Bumi (MIGAS) Kementerian ESDM Laode Sulaeman menegaskan gas bumi salah satu sumber energi yang dapat diandalkan dalam menjaga ketahanan energi nasional.
“Dinamika dunia yang terus berkembang menuntut kita untuk memanfaatkan sumber daya alam yang kita miliki, seperti gas bumi, untuk mendukung ketahanan energi nasional,” ungkap Laode dalam forum diskusi “Memacu Infrastruktur Gas Menuju Swasembada Energi” di Jakarta, Kamis (25/2/2025).
Salah satu capaian penting dalam pengelolaan gas bumi Indonesia adalah realisasi lifting gas bumi yang mencapai 5.481 mmscf/d, dengan 3.881 BBTUD atau 67,08 persen dari total lifting gas bumi nasional yang digunakan untuk penyaluran gas domestik pada tahun 2024.
Laode menambahkan, keperluan gas ini sudah sampai ke level masyarakat, baik yang kelas bawah maupun menengah-atas, sehingga sangat diperlukan perluasan jaringan gas (jargas) berbagai di wilayah Indonesia.
Namun, transisi energi bukanlah hal yang mudah. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah sempat merencanakan pengurangan pembangkit berbasis batubara, namun kebijakan tersebut harus disesuaikan dengan dinamika yang ada.
“Transisi energi memang penuh tantangan, namun kita terus berupaya untuk menemukan solusi terbaik, termasuk melalui kolaborasi dari berbagai pihak. Sebagai bagian dari upaya tersebut, pemerintah juga telah merencanakan pembangunan infrastruktur gas yang meliputi jaringan transmisi dan distribusi gas bumi nasional,” terang Laode.
Menurutnya, pipa transmisi gas adalah prioritas utama, terutama di Pulau Jawa dan Sumatera, yang akan menjadi backbone untuk distribusi gas. Apalagi gas bumi tidak hanya menjadi andalan energi nasional saat ini, tetapi juga untuk masa depan.
Outlook dari International Energy Agency (IEA) menunjukkan hingga 2050, gas bumi masih akan menjadi sumber energi yang stabil, berbeda dengan minyak dan batu bara yang diperkirakan akan menurun penggunaannya.
“Negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, masih memanfaatkan gas bumi untuk menopang ketahanan energi mereka dalam transisi energi global,” ungkap Laode.
Hudi Suryodipuro, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, menggarisbawahi pentingnya gas bumi dalam mendukung cita-cita Presiden Prabowo Subiyanto terkait swasembada energi. Karena gas bumi berperan penting dalam mendukung hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri.
Terlebih lagi Indonesia masih memiliki potensi besar dalam pengembangan gas, dengan lebih dari 50% dari penemuan lapangan baru dalam dekade terakhir adalah gas. Namun, tantangan terbesar dalam pengembangan gas bumi adalah infrastruktur,” katanya.
“Pengembangan infrastruktur gas diperlukan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan domestik, baik untuk pembangkit listrik, industri, maupun rumah tangga, sangat krusial. Itu sebabnya pemerintah terus mendorong pembangunan jaringan pipa gas, terutama di wilayah yang belum terhubung, seperti Sumatera dan Indonesia Timur,” urai Hudi.
Di sisi lain, sambungnya, untuk mendukung transisi energi, gas bumi tetap menjadi bagian dari solusi. Sebab gas bumi adalah energi transisi yang dapat membantu mengurangi ketergantungan pada energi fosil lainnya, seperti batubara dan minyak bumi.
“Optimisme terhadap perkembangan industri gas di Indonesia semakin kuat dengan adanya temuan besar, seperti di Sumatera Utara dan Selat Makassar yang semakin menarik minat investor asing,” jelasnya.
Pembangunan infrastruktur yang memadai dan pemanfaatan sumber daya alam yang efisien menjadi kunci untuk masa depan energi Indonesia yang lebih mandiri dan berkelanjutan.
Sementara Kepala Grup Engineering dan Teknologi Perumahan Gas Negara (PGN) Suseno menyampaikan, pentingnya kolaborasi antara sektor hulu dan hilir dalam memastikan ketersediaan dan keberlanjutan energi gas bumi untuk Indonesia.
Suseno menekankan peran PGN sebagai penyedia energi gas bumi yang bersih untuk berbagai sektor industri, yang pada gilirannya akan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Dia mengingatkan, pentingnya pembangunan infrastruktur gas bumi, seperti terminal LNG dan jaringan pipa gas yang kini telah mencapai lebih dari 33.000 km di seluruh Indonesia. Sebagai langkah antisipasi menghadapi tantangan pasokan gas yang mungkin terjadi di masa depan.
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Abadi Purnomo mengungkapkan, pentingnya perencanaan jangka panjang dalam transisi energi Indonesia. DEN berperan dalam merumuskan kebijakan energi, termasuk pengembangan energi terbarukan dan pengurangan ketergantungan pada energi fosil.
“Peran energi fosil, terutama gas, masih sangat besar dalam mendukung kebutuhan energi nasional. Namun, kami juga berfokus pada pengembangan energi terbarukan untuk memastikan ketahanan energi Indonesia di masa depan,” kata Abadi.
Ia menjelaskan bahwa meskipun transisi energi menuju energi hijau menjadi fokus utama, sektor gas tetap memiliki peran penting, khususnya dalam sektor pembangkit listrik dan industri.
Abadi juga menyoroti tantangan transisi energi yang harus dilakukan secara bertahap, mengingat ketergantungan Indonesia pada energi fosil masih cukup besar.
“Pembangkit listrik berbasis batu bara harus bisa bersih di masa depan, sementara gas alam akan tetap menjadi bagian penting dalam pembangunan energi Indonesia,” tambahnya.
Dengan target Indonesia untuk mencapai emisi nol pada tahun 2060, Abadi mengingatkan bahwa strategi pengurangan energi fosil harus dilakukan secara terencana.
“Kami berharap dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia akan mampu mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan, dengan tetap menjaga kestabilan ekonomi dan industri,” imbuhnya. (J03).
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.