JAKARTA (Waspada): Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan ekspor batu bara ke China dan India berpotensi bakal menurun, disebabkan kebijakan baru kedua negara tersebut.
Deputi bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah menuturkan, hal tersebut akibat kebijakan China yang telah membuka kembali keran ekspor batu bara dari Australia.
Sedangkan India tengah memacu produksi batu bara dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan domestik.
“Kedua hal ini berpotensi mengurangi pangsa batu bara dari Indonesia,” tuturnya dalam Konferensi Pers BPS di Jakarta, Rabu (15/2/2023).
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi beberapa negara mitra dagang utama pada 2023 seperti Amerika Serikat (AS), India, dan Korea Selatan diproyeksikan akan lebih rendah dari 2022.
Tercatat, proyeksi pertumbuhan ekonomi AS 2023 sebesar 1,4 persen atau turun 0,6 persen dari 2022. Pertumbuhan ekonomi India juga diproyeksikan menurun pada 2023 sebesar 0,7 persen dari 6,8 persen menjadi 6,1 persen.
Hal serupa terjadi untuk Korea Selatan yang pertumbuhan ekonominya diproyeksikan turun dari 2,6 persen (2022) menjadi 1,7 persen (2023).
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi mitra dagang lainnya seperti China dan Jepang diproyeksikan tumbuh lebih tinggi dari 2022, masing-masing 5,2 persen dan 1,8 persen.
“Kinerja ekonomi mitra dagang akan berpengaruh tehradp permintaan komoditas unggulan ekspor Indonesia,” tutur Habibullah.
Adapun dari sisi total nilai ekspor Indonesia mencapai US$22,31 miliar pada Januari 2023, naik 16,37 persen (yoy), namun turun 6,36 persen dibandingkan Desember 2022 (mtm).
BPS juga melaporkan nilai impor Indonesia untuk periode yang sama sebesar US$18,44 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2023 mebukukan surplus sebesar US$3,87 miliar. (J03)