Sudah genap 1 tahun pembantaian terhadap warga Palestina khususnya Gaza yang dilakukan tentara Israel. Sampai pada hari Selasa (1/10/2024) serangan Israel menewaskan sedikitnya 37 warga Palestina dalam tujuh serangan udara di Jalur Gaza dan dua orang dalam penyerbuan di Tepi Barat yang diduduki. Sebelumnya, lebih dari 41.000 warga Palestina tewas dibunuh Israel sejak 7 Oktober 2023, termasuk lebih dari 16.000 anak-anak.
Serangan terhadap Jalur Gaza terjadi saat Israel melancarkan perang terpisah terhadap Lebanon setelah membunuh pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dan sejumlah komandan senior Lebanon dan Iran di Beirut selama seminggu terakhir. Dalam kecamuk serangan Zionis Israel ke Lebanon, dunia diam seribu bahasa. Memang Iran melakukan serangan pada Israel. Namun, sepanjang tahun ini Iran hanya dua kali menyerang Zionis Israel, yaitu pada April dan Oktober ini. PBB juga bungkam, Sedangkan AS selalu mendukung Zionis Israel.
Upaya serangan besar-besaran ke wilayah Lebanon sendiri dimulai pada Senin, 23-9-2024. Serangan ini dibuka dengan operasi peledakan pager dan walkie talkie milik para pejuang Hizbullah yang diduga kuat dilakukan oleh Mosad. Lalu disusul serangan udara masif Zions dengan menggunakan alat kendali jarak jauh hingga menimbulkan banyak korban. Tidak hanya Lebanon, pada 29 September tersebut, Angkatan Udara Zions mulai menyerang Yaman dengan dalih memburu milisi Houthi. Mereka menargetkan pembangkit listrik dan pelabuhan di kota pelabuhan Hodeidah serta cadangan minyak di Ras Isa. Pada serangan tersebut, empat orang milisi tewas dan 29 orang lainnya luka-luka.
Kebrutalan Zionis ini telah memicu reaksi warga di seluruh wilayah, terutama dari Baghdad hingga Suriah. Sejak Sabtu (28-9-2024). Hanya saja, seperti biasa, semua respons itu tidak menyurutkan tekad Zionis untuk melakukan kejahatannya. Mirisnya, para pemimpin dunia hanya bisa melontarkan narasi kecaman. Kemenlu Mesir, misalnya, hanya menyatakan bahwa serangan Zionis di Lebanon merupakan pelanggaran atas kedaulatan dan wilayah Lebanon yang akan memperburuk krisis di Timur Tengah, serta mencederai perdamaian internasional. Kairo juga menyampaikan solidaritas penuh kepada Lebanon berikut rakyatnya, sekaligus menyatakan belasungkawa kepada keluarga korban, serta mendesak DK PBB untuk segera menghentikan serangan.
Ada tiga alasan mengapa solusi pembebasan Palestina hanya bisa dilakukan dengan jihad fi sabilillah. Pertama, siapa pun yang masih waras akan melihat kemustahilan mengakhiri penjajahan zionis Yahudi lewat jalur politik. Berbagai perundingan yang dilakukan oleh negara-negara Barat, termasuk PBB, dengan otoritas Palestina dan kaum Yahudi penjajah tidak memberikan keuntungan apa-apa bagi warga Palestina. Malah wilayah Palestina makin terus dicaplok oleh kaum zionis, sedangkan dunia mendiamkan hal itu. Kedua, Islam telah mengharamkan berdamai dan bersahabat dengan entitas yang memerangi kaum muslim. Oleh karena itu, apa pun bentuk perdamaiannya, apalagi solusi dua negara yang ditawarkan Barat, adalah haram.
Ketiga, syariat Islam telah mewajibkan jihad fi sabilillah atas kaum muslim ketika mereka diperangi musuh. Allah SWT berfirman, “Siapa saja yang menyerang kalian, seranglah ia seimbang dengan serangannya terhadap kalian” (QS Al-Baqarah [2]: 194).
Berdasarkan hukum ini, wajib bagi kaum muslim di wilayah terdekat Palestina seperti Yordania, Mesir, Libanon dan Suriah untuk mengirimkan pasukan untuk mengusir kaum Yahudi sampai mereka benar-benar terusir dari sana. Haram bagi mereka berdiam diri atau hanya sekadar mengecam. Permasalahan utama dan mendasar atas berbagai problem umat Islam sesungguhnya karena ketiadaan institusi pemersatu, yakni kekhalifahan Islam. Institusi yang diruntuhkan melalui konspirasi Y4hudi ini sesungguhnya merupakan kunci bagi kemenangan kaum muslim. Untuk itu, negeri-negeri kaum muslim harus terlebih dahulu melepaskan belenggu nasionalisme yang menjerat mereka dan bersatu dalam kekhalifahan Islam.
Tentu ini membutuhkan konsolidasi umat Islam secara global sehingga perlu adanya solusi jangka pendek untuk melawan entitas Y4hudi di bumi Al-Aqsha. Solusi ini tidak lain adalah jihad. Sudah selayaknya kapasitas para penguasa negeri-negeri muslim adalah dengan memobilisasi pasukan militer mereka ke Palestina. Umat Islam sesungguhnya mampu melakukan ini, cukup dengan menghadirkan keberanian dan hati nurani terhadap saudara seakidah. Begitupula dengan adanya Khilafah Islam akan menjadi kekuatan politik global, memobilisasi jihad besar, dan mempersatukan semua potensi umat Islam dalam satu kepemimpinan.
Sebab itu, keberadaan Khilafah Islamiah sangatlah vital dan wajib bagi kaum muslim karena ia akan menjadi pelindung mereka. Tidak hanya untuk Palestina, tetapi juga negeri-negeri muslim lainnya. Khilafah adalah perisai yang akan melindungi umat sehingga mereka merasa aman dan terlindungi dari rongrongan kafir penjajah. Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh Imam (Khalifah) itu laksana junnah (perisai); orang-orang akan berperang di belakangnya dan menjadikannya sebagai pelindung (mereka)”.
Kiki Fatmala
Aktivits Muslimah Medan.
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.