Pemuda pada dasarnya adalah orang yang memiliki pengaruh besar atas kemajuan suatu bangsa, karena pemuda adalah orang yang masih kuat secara fisik maupun mental. Bahkan, kegemilangan Islam berabad-abad tak lepas dari peran pemuda. Seperti Mush’ab bin Umair Duta Islam pertama yang diutus Rasulullah SAW ke Madinah, Ali bin Abi Thalib Khalifah ke 4 Daulah Islam, Muhammad Al Fatih pemuda yang mendobrak pertahanan benteng Konstantinopel. Indonesia pun merdeka dari tangan para penjajah tak luput dari peran pemuda.
Sayangnya, realita pemuda hari ini jauh dari gambaran sejarah yang ada. Gangguan mental (mental illness) menjadi marak diidap pemuda. Satu dari tiga pemuda (10-17 tahun) Indonesia memiliki masalah mental health, sedangkan satu dari 20 pemuda Indonesia memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir ini. Artinya 15,5 juta pemuda mengalami masalah kesehatan mental dan 2,45 juta pemuda mengalami gangguan mental. Data tersebut berdasarkan dari hasil survei Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS).
Mirisnya angka bunuh diri remaja makin meningkat dan depresi menjadi faktor tertingginya. Data WHO, remaja 15-29 tahun, bunuh diri adalah penyebab kematian nomor dua terbesar setelah kecelakaan. Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), 80% kasus bunuh diri pemuda dan faktor terbesarnya adalah putus cinta, disusul faktor ekonomi, keluarga, dan lingkungan sekolah.
Rusaknya sistem kapitalisme hari ini, adalah akar dari permasalahan pemuda hari ini. Para pemuda dibentuk menjadi pemuda-pemuda individualis yang sibuk dengan kepentingannya sendiri, mereka diserang dengan gaya hidup yang semakin menjauhkan mereka dari identitas mereka sesungguhnya. Gaya hidup 5F1S sudah mendarah daging didalam diri para pemuda. Seperti fun (kesenangan), pemuda hari ini sibuk mencari kesenangan sepuas-puasnya. Mereka difasilitasi games online yang berseliweran di gadget mereka.
Mereka juga diserang dengan gaya hidup konsumtif, seperti food, makanan cepat saji, seakan dianggap tidak keren jika belum makan di resto-resto berkelas, tanpa melihat halal dan haramnya dari sesuatu yang mereka konsumsi. Mereka dipaksa hidup fashionable, mengikut gaya berpakaian ala barat (pakaian kurang bahan) sehingga lupa menggunakan pakaian yang seharusnya dipakai sebagai pemuda Muslim.
Mereka juga disuguhkan tontonan (film) tidak mendidik, sehingga melahirkan para pemuda yang minus akhlak, tak sedikit para pemuda yang meniru berbagai macam adegan didalam film yang mereka tonton, seperti pelecehan kepada temannya, pembuliyan, lgbt, dan lain sebagainya.
Tak sampai di situ kapitalime juga menyasar akidah pemuda Muslim dengan paham Islam moderat. Dengan dalih toleransi beragama, pemuda Muslim dipaksa menjadi pemuda plural, di sekolah ataupun kampus. Tidak sedikit kita temukan kampanye bertemakan moderasi beragama yang menjembatani semua agama agar memiliki kesamaan dan meminimalkan perbedaan. Moderasi beragama berupaya mempertemukan seluruh ajaran agama dan mengarahkan para penganutnya berada pada posisi tengah dalam memandang agama dan ajarannya.
5F1S telah menjadikan para pemuda bermentalkan lemah. Fasilitas gaya hidup bebas yang disokong kapitalisme membentuk para pemuda menjadi pemuda yang konsumtif bukan produktif. Sehingga, banyak pemuda yang mengalami depresi bahkan bunuh diri, ketika sudah tidak mampu lagi memenuhi keinginannya ataupun menjadi pemuda yang insecure hanya karena perkara tak mampu mengikuti fashion yang ada, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Ilusi, jika berharap sistem kapitalisme dapat membebaskan para pemuda dari penyakit mental illness, sebaliknya kapitalisme menjadi dalang munculnya penyakit mental illness pemuda. Maka, sistem yang rusak hanya mampu dibasmi dengan penerapan sistem yang haq, sistem yang berasal dari Dzat Yang Mahaagung yaitu sistem Islam yang pernah diterapkan pertama kali oleh Rasulullah Muhammad SAW di Madinah. Hanya Islamlah yang mampu menyembuhkan mental illness para pemuda hari ini.
Islam akan menjadikan peran keluarga menjadi peran terpenting dalam membentuk para pemuda. Ibu adalah sosok utama yang memberikan pendidikan terbaik untuk anaknya dan itu semua tak lepas dari peran ayah dalam melindungi dan memberi kasih sayang yang cukup untuk anaknya. Anak yang kenyang akan kasih sayang dan dididik dari ibu yang bersungguh-sungguh dalam pengasuhan, tentu akan menjadi kuat, stabil, dan bermental baja. Ini karena ia akan fokus pada tujuan dari hidupnya, yaitu beribadah kepada Allah Taala.
Semua akan terwujud dengan melanjutkan kembali kehidupan Islam yang pernah ada dengan jalan mendakwahkannya kepada umat dan memperjuangkannya hingga dapat tegak kembali sebagaimana dahulu Rasulullah SAW menegakkannya di Madinah. Wallahu’alam.
Nurul Husna S.Pd
Aktivis Muda Medan dan Pendidik Sekolah Anak Tangguh
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.