IMT-GT (Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle) merupakan kerangka kerjasama ekonomi sub regional yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah perbatasan ketiga negara anggotanya. Wilayah Indonesia yang menjadi bagian dari kerja sama IMT-GT adalah provinsi-provinsi: Aceh, Bangka-Belitung, Bengkulu, Jambi, Lampung, Sumatera Selatan, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Utara dan Sumatera Barat.
Kerjasama IMT-GT di bidang transportasi dan infrastruktur merupakan forum kerjasama untuk membahas hal-hal yang terkait infrastruktur jalan dan transportasi darat, laut, udara dan perkeretaapian, terutama mengenai tindak lanjut proyek-proyek IMT-GT Implementation Blue Print 2012-2016 dan perumusan Implementation Blue Print 2017-2021.
Dikutip dari laman berita Rakyat Merdeka.id, pada tahun ini, Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) IMT-GT telah diadakan di Phuket, Thailand, 15-16 September 2022. Pertemuan tersebut diawali dengan Retreat (Kamis, 15/9) dan Plenary (Jumat, 16/09).
Indonesia memang menjadi wilayah paling strategis untuk terus melakukan pembangunan infrastruktur. Namun, pertanyaannya apakah keloyalan dalam membangun infrastruktur adalah upaya yang tepat bagi pemulihan ekonomi? Karena pada dasarnya yang digaungkan ketika melakukan pembangunan adalah demi meningkatkan kesejahteraan dan peningkatan ekonomi, apakah tujuan itu tercapai? IMT-GT ini merupakan satu dari begitu banyak proyek yang dilaksanakan pemerintah.
Faktanya, ekonomi terus mengalami krisis di samping gencarnya pembangunan infrastruktur yang katanya demi rakyat, beberapa Negara termasuk Indonesia menganggap bahwa infrastruktur merupakan salah satu bidang yang dapat menstabilkan perekonomian. Secara negatif dapat pula dijelaskan bahwa minusnya kuantitas dan kualitas infrastruktur pada sebuah negara berpengaruh terhadap peningkatan kemiskinan dan ketimpangan.
Dalam keterbatasan infrastruktur jalan misalnya, masyarakat dan hasil produksinya akan sulit didistribusikan ke pusat kegiatan ekonomi, seperti pasar, karena biaya yang tinggi. Harga logistik, seperti minyak goreng, beras, sabun, dan lain-lain pun ikut melambung.
Dalam meningkatkan ekonomi dan mengatas kemiskinan memang perlu melakukan banyak upaya, tapi sudah cukup ketika upaya tersebut terlihat tidak merata dan hanya memecahkan permasalahan cabang bukan akar, sehingga banyak menimbulkan permasalahan lainnya. Seperti hilangnya hutan, ketimpangan sosial, belum lagi anggaran negara. Pada nyatanya yang diuntungkan adalah para kapitalis dan asing.
Mereka yang mengelola infrastruktur dan kemudian yang dapat menikmati hanya orang-orang kalangan menengah ke atas, sedang kalangan bawah hanya mendapat dampaknya saja. Debu, banjir, longsor, penggusuran dan lain sebagainya. Parahnya adalah wacana infrastruktur di wilayah-wilayah pelosok yang tak pernah terealisasikan. Banyak wilayah terpencil dan terpelosok tidak mendapat akses jalan dan infrastruktur yang katanya demi kepentingan rakyat itu.
Sudah saatnya membuka mata dengan mengambil solusi tuntas dalam memecahkan problematika negara. Sistem yang terbukti mensejahterakan dan ekonomi yang stabil, semua kepentingan adalah kepentingan umat bukan untuk segelintir orang-orang yang hanya ingin memuaskan hawa nafsu. Islamlah solusi tuntas, dimana masa peradaban emas yaitu Daulah Islamiyah yang berhasil menguasai 2/3 dunia dengan julukan peradaban emas. Wallahu’alam bi showab.
Tri Puji Astuti
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.