Menu
Pusat Berita dan Informasi Kota Medan, Sumatera Utara, Aceh dan Nasional

Puisi Pekan Ini

  • Bagikan

Melaut Merindu

Ahoy…..

Di jala ada sembilang

di pantai ada tembikar

larut terkantuk dia merajut

tunggu ku melaut, merindu bisu

Ahoy…..

Kutuang kendi berasa garam

tak kurasa lidah mengulum asam

nantikan kanda sayang

nantikan jala penuh bersarang

Si buah hati

pastikan dia tidak tersapih

yakin kan aku di jauh kini

kuyakin gapai hatimu kasih

Nantikan kanda sayang

tak kan mabuk terserang ombak

hanya dirimu yang terkenang

rasa rindu menyerang

sampan melenggang

Aih…….terjebak lara

dirimu di seberang

Aih ……rindu menyusun seroja

​​​​​​​Jakarta, September 2019

Kayu Laut

​​Banting karang ke tepi pantai

​​tegar ombak merambat

​​tegar hadang perompak

​​tunduk pedang Teruna

​​Nyeri hati nyeri dada

​​tak dirasa sebab di lara

​​dendam bersarang

​​sebab kayu laut mendera

​​mengikis debur di kala senja

​​Tegar hati si tubuh kurus

​​tertepa angin kerisauan

​​menatap jauh…..jauh……..

​​sebab kayu laut menghalang langkah

​​Kayu laut tak terbelah

​​walau berjuta masalah

​​sampaikah aku ke seberang?

​​tetap tanya yang mengambang

​​citaku ada disana….

​​Mengapa kayu laut menghadang sampan

​​hingga berkali-kali terjungkal

​​berilah aku RidhaMu ya Allah

​​agar kusanggup bertahan dengan semua kekerasannya

​​karena semua yang menghadang adalah jua ciptaanMu

​​kuyakin Engkau berikan jalan

​​​​​​​Medan, September 2019

Adaptasi

Mercy….

merah darah di tubuh

Membara mengalir pembuluh

aku bernafas

di tengah lautan

menanti gas panas menaikkan permukaan

menuju putih terumbu karang

merobah pola panen dan kehidupan

Jangan putus ada petani di ujung dusun

biota yang bingung mencari habitat

adaptasi seluruhnya, tradisi

adaptasi keinginanmu

panas yang mengglobal

Adaptasilah

rubah masa tanammu pak tani

perbaiki rumahmu nelayan

ciptakan serummu dokter

adaptasilah!

Paris, 2014

Beragam Lebih Berarti

Sepi membawa kesedihan

walau dengan teman sejenis

dan tanpa permusuhan

Lebih baik berebut lewati dinamika

mempertahankan prestasi bersama

walau dengan persaingan

Sejenis menjadi petaka

bukan menjadi raja

namun menuju kepunahan

melewati kesendirian

tanpa makanan adalah kesengsaraan

Lebih baik dengan keramaian

beraneka ragam dalam satu kehidupan

melewati dinamika

mempertahankan prestasi bersama

mengatasi permasalahan

melahirkan permasalahan

Keanekaragaman dalam kehidupan

meraih kesuksesan atasi kepunahan

beragam lebih baik.

2011

Cinta

Ketulusan yang selalu kunyanyikan, buatmu kekasih

adalah kebenaran

ketika jemariku menyentuh dahimu

tubuhku bergetar

Tak satu pun keinginan lain hadir di benakku

kecuali mencintaimu

Irama rindu yang kubisikkan, buatmu kekasih

adalah abadi

ketika suaraku lantunkan lagu cinta

tak satu pun hasrat lain menyibak

kecuali untukmu

Tak satu pun puisi

kecuali menyintaimu.

2015

Wan Hidayati atau lengkapnya Dr. Ir. Hj. Wan Hidayati, M.Si lahir pada 6 April 1963. Dia adalah salah seorang seniman teater dan penyair perempuan Sumatera Utara yang konsisten dengan dunia seni yang digelutinya. Selain terus menggeluti teater, sejumlah puisinya juga telah diaransemen menjadi lagu dan dibukukan dalam antologi dwi bahasa, “Perdebatan di Tepi Danau Toba”.

Pernah menjabat Kepala BLH dan Kadis Budpar Sumut, kini Wan Hidayati mencoba kembali fokus pada dunia seni yang pernah membesarkannya. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *