Kamar Agam: Dari Kanvas Pindah ke Kopi

  • Bagikan

“SAYA tak sekolah,” akunya. “Saya hanya tak mau berhenti belajar,” tambahnya. Pernyataan tersebut dilontarkan lelaki energik ini nyaris tanpa ekspresi ketika satu malam kami berbincang di rumahnya, di Kota Takengon yang dingin.

Lelaki itu, dialah Kamar Agam, salah seorang seniman perupa Aceh kelahiran Gampong Buloh Aceh Tengah pada 27 September 1979.

Bernama asli Kamaruzzaman, bang Agam – begitu dia suka dipanggil – adalah salah seorang pelukis muda Aceh yang cukup potensial. Beristrikan Mailida Sulaiman yang dinikahinya tahun 2017, Agam kini menetap di Kampung Paya Tumpi Baru, Takengon setelah lama mencoba berkarir di Banda Aceh.

Meski mengaku tak makan sekolahan, Agam ternyata punya pengalaman berorganisasi yang cukup kaya. Dia pernah menjadi Bendahara Komunitas Jaringan Perupa Anak Nangroe (Jaroe).

Lalu Sekretaris Komunitas Senirupa Aceh (Komsera). Dia juga pernah menjadi Ketua bidang seni rupa Majelis Seniman Aceh (Masa). Sekretaris Sanggar Seni Lukis Khatil Al Qur’an (Seika). Sekretaris Forum Seni Gayo (FSG). Ketua Sanggar Lukir Atelier Banda Aceh, dan Ketua Cabang Ikatan Pelukis Indonesia (IPI) Aceh.

Pengalaman berorganisasi yang cukup banyak itu diimbangi Agam dengan berbagai aktivitas seni yang juga cukup banyak. Sejak 1996 hingga 2005 dia pernah menjadi pelukis jalanan dan mengikuti berbagai kegiatan melukis di Pulau Jawa.

Selain itu dia pun terlibat dalam berbagai kegiatan senirupa di Aceh seperti Aceh Kreatif (2014), Aceh Dalam Kartun (2014), Tsunami 7. (2014), Tsunami 8. (2015), Tsunami 9. (2016), Pameran Tujuh Karakter (2016), Tsunami 10. (2017) dan Aceh Japan ART Community (2017). Perjuangan (2017).

Dia juga pernah menjadi koordinator acara Ci Kaci Kaci (2017). Koordinator GerakanDeniman Masuk Sekolah (2017). Koordinator Gayo Culture (2018). Dan menjadi pemateri pelatihan dan pameran bertajuk Kotak Hitam tahun 2019.

Di tahun 2019 pula Agam unjuk kebolehan live painting di acara Festival Guel. Sepanjang 2019 sejumlah kegiatan lain sempat dia ikuti. Di antaranya menjadi koordinator pameran bertajuk Bumi Kita, lalu pameran PSROO Jogja 2019 dan live painting di Desember Kopi Gayo.

Namun pandemi covid-19 tiba-tiba menghadang. Aktivitas berkeseniannya pun harus terhenti. Agam lalu banting stir. Meski mengaku masih tetap melukis, kini dia mencoba aktivitas baru. Menjadi pengusaha kopi Arabica Gayo dengan merek Rimba Kopi. Siplah! (susdha)

  • Bagikan