JAKARTA (Waspada): Anggota DPR RI Rudi Hartono Bangun, S.E., M.A.P prihatin mengetahui masih adanya kondisi sekolah dasar di Kabupaten Langkat yang tidak memilki sarana belajar dan mengajar sebagaimana mestinya.
” Bagaimana mungkin saat ini masih ada SD Negeri yang memperoleh dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tiap tahun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) negara ,tapi kursi meja dan apan tulisnya tidak ada,” ujar Rudi Hartono Bangun, Rabu (13/11/2024) di Jakarta,saat diminta Waspada tanggapannya terkait pemberitaan waspada.id, tentang keadaan SDN 0574627 Adin Tengah, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat, kondisinya sangat memprihatinkan hingga para pelajar belajar beralaskan tikar.
Rudi Hartono Bangun pun mempertanyakan kinerja dinas pendidikan dan kepala sekolah. Dengan keadaan sekolah yang memperihatikan ini berarti kepala sekolah dan dinasnya tidak bekerja.
” Jadi dana BOS yang dianggarkan dan dibahas di DPR RI Pusat dengan Kementerian Penddikan, kemudian dikucurkan ke provinsi, kabupaten, lalu ke kepala sekolah, dibelanjakan untuk kebutuhan siswa yang bentukya apa? tanya wakil rakyat dari daerah pemilihan Sumatra Utara III ini
Rudi Hartono Bangun mengingatkan bahwa Infrasruktur dasar di satu sekolah ada bentuknya, seperti meja, kursi, papan tulis. Ada murid, guru dan ruang . Karena itu, tegas dia dana BOS itu harusya dipakai untuk belanja infrastruktur sekolah, bukan suka suka kepala sekolah .
” Harus baca nomenkelaturnya itu penerima dana BOS,” tandasnya sembari mengingatkan dana pendidikan agar digunakan yang benar relevan dengan peningkatan mutu pendidikan.
Rudi Hartono Bangun pun mengharapkan agar Pemerintah Kabupaten Langkat dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut segera memperhatinkan dan memprioritaskan kelengkapan sarana dan prasarana SDN 0574627 Adin Tengah, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat.
Sebagaimana diberita waspada.id, SDN 0574627 Adin Tengah, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat, kondisinya sangat memprihatinkan karena sarana kursi dan meja yang tak memadai, memaksa para pelajar di sana belajar beralaskan tikar. Ironinya, tikar untuk alas belajar dibawa sendiri oleh para pelajar yang ingin menggapai masa depan mereka.
Tak hanya itu, beberapa plafon di ruang kelas juga disebutkan banyak yang ambruk. Bahkan, ketika hujan turun, air hujan masuk ke dalam kelas dan menganggu proses belajar mengajar. Berdasarkan informasi yang diperoleh, SDN ini memiliki pelajar sekitar 60 orang, dengan jumlah guru PNS yang sangat minim sekitar 2 orang, dan guru honorer 4 orang. (j05)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.
