MEDAN (Waspada): Kedua Pasangan Calon (Paslon) Gubernur/Wakil Gubernur Sumatera Utara nomor urut 1 M Bobby Nasution-Surya dan nomor urut 2, Edy Rahmayadi-Hasan Sagala, saling sindir dalam penyampaian visi misinya pada Debat publik kedua Pilkada Sumut, Rabu (6/11) di Hotel Santika Medan.
Dalam penyampaian visi misinya yang diberikan waktu selama 3 menit, Paslon nomor urut 1, M Bobby Nasution, menyatakan, tantangan Sumut ke depan sangat besar dan banyak.
Oleh karena itu, menghadapi tantangan tersebut Gubernur/Wakil Gubernur nantinya tidak hanya sekedar ucapan, wacana dan janji yang tidak bisa direalisasikan.
“Kami memastikan pembangunan infrastruktur Sumatera Utara dipastikan berkembang, tidak seperti terjadi kepemimpinan 5 tahun lalu. Pembangunan infrastruktur akan sampai ke daerah-daerah terpencil. Mohon maaf kita sudah melihat pembangunan di Kepulauan Nias yang belum ada pembangunan dalam 5 tahun ke belakang,” ujar Bobby.
Pihaknya, lanjut Bobby, juga harus bisa mengambil dan menjemput investasi, bukan hanya berdiam diri. Kemajuan UMKM, sektor pertanian dan perikanan juga sangat penting. “Kita apresiasi kebijakan Presiden yang menghapus hutang bagi pelaku UMKM, pertanian dan perikanan,” ucapnya.
Dilanjutkan Calon Wakil Gubernur Sumut, Surya, pihaknya juga akan menyelesaikan konflik agraria yang tifak kunjung selesai. “Kita akan menyelesaikan konflik sengketa tanah. Serta membangun kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah Asahan. Mohon maaf pemerintah Sumatera Utara maksudnya,” kata Surya.
Sementara Paslon nomor urut 02, Edy Rahmayadi-Hasan Sagala, menyampaikan, bahwa dalam 5 tahun ke depan proses pembangunan dapat berlanjut dari keberhasilan 5 tahun lalu.
Pengembangan yang harus dilakukan Sumut yaitu infrastruktur agar 99 persen semua jalan kondisi mantab, akses internet bisa dijangkau hingga ke daerah-daerah, pengembangan investasi yang aplikasinya dapat diakses serta pembukaan lapangan pekerjaan.
“Diperlukan kegiatan yang secara komprehensif untuk prioritas daerah perlu dilakukan degredasi lingkungan. Di Sumut banyak tambang, jangan sampai seperti kasus di Maluku Utara,” ungkap Edy.
“Kemudian potensi konflik pertanahan harus diselesaikan, sehingga harus dilakukan koordinasi pemerintah pusat ke daerah, alih fungsi lahan, ketahanan pangan dan batasan wilayah kabupaten/kota dipastikan bisa dimajukan dalam 5 tahun ke depan,” sambung Edy Rahmayadi.
Tujuan Mulia
Sebelumnya, Ketua KPU Sumut, Agus Arifin, dalam sambutannya menyatakan visi misi dari masing-masing Paslon harus memiliki tujuan mulia untuk membangun Sumatera Utara. Sehingga masyarakat Sumut, khususnya pemilih yang akan menentukan pilihannya, dapat melihat program kerja dari kedua Paslon tersebut.
“Debat publik kedua ini juga merupakan kesempatan yang baik bagi pemilih untuk mengetahui lebih jauh visi misi dan program kerja paslon. KPU Sumut percaya debat publik akan menjadi pendidikan politik bagi pemilih,” ucapnya.
Diketahui, tema debat publik kedua peningkatan daya saing daerah dan pembangunan berkelanjutan. Sedangkan subtema Memajukan Daerah dan Menyelesaikan persoalan daerah dibagi dalam enam segmen, dengan moderator sebagai penanya yang pertanyaannya bersumber dari panelis dan ahli atau pakar.
Terdapat sembilan panelis untuk debat pertama Pilgub Sumut ini berasal dari kalangan profesional, akademisi, dan tokoh masyarakat, yakni Dr Nispul Khair, Dr Hatta Ridho, Dadang Darmawan Pasaribu, Prof Hisarma Saragih, Mahmul Siregar, Moammar Andar Roemare Siregar, Prof Hasan Sazali, Assoc Prof Mujahiddin dan Zakaria Siregar.
KPU Sumut juga menetapkan Tim perumus debat publik yang terdiri dari kalangan akademisi dan tokoh masyarakat dari Dr Taufik Walhidayah (UMA), Dr Maraimbang Daulay, MA (UINSU), Dr Zakaria Siregar, Dr Hisar Siregar SH, MHum, Dr Ibnu Affan, SH, MHum (Rektor UNU Sumut), Dr Edy Ikhsan, SH, MH (Warek I USU), Dr Sarintan E Damanik, MSi, Prof Dr Agus Sani, MAP (Rektor UMSU) dan tokoh masyarakat Dr H Tigor Panusunan Siregar. (h01)