MEDAN (Waspada): Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Sumatera Utara (USU) kembali menegaskan komitmennya dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi melalui program pengabdian masyarakat berbasis data presisi.
Program ini bertujuan untuk memberdayakan desa-desa agar mandiri dengan memanfaatkan kemampuan akademik yang dimiliki oleh dosen dan mahasiswa USU.
Menurut Sekretaris LPPM USU, Mutia Nauli, salah satu permasalahan utama yang sering dihadapi dalam program pengabdian adalah ketidaksesuaian antara program yang dijalankan dengan kebutuhan nyata masyarakat desa.
“Untuk mengatasi hal ini, kami menggunakan konsep data presisi yang awalnya diperkenalkan oleh teman-teman dari IPB,” jelas Mutia dalam launching data desa presisi, Selasa (23/7/2024) di Aula Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara.
Menurut dia, data presisi ini dikumpulkan dengan model sensus yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat setempat sebagai enumerator. Mereka dilatih oleh tim akademisi dari USU untuk mengumpulkan data yang akurat dan relevan.
“Dengan melibatkan masyarakat lokal, data yang diperoleh lebih akurat, karena mereka lebih mengenal lingkungan dan penduduk setempat,” tambah Mutia.
Sebelum pengumpulan data, dilakukan sosialisasi untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat dari berbagai aspek seperti pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan lain-lain. Data yang dikumpulkan berbasis spasial, sehingga setiap titik data memiliki koordinat geografis yang spesifik.
Mutia menjelaskan, data yang dikumpulkan tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah desa, tetapi juga sangat berharga bagi para akademisi.
“Dengan data ini, desa binaan dapat menentukan langkah-langkah yang diperlukan berdasarkan kebutuhan nyata masyarakatnya. Selain itu, data ini juga dapat dijadikan dasar untuk riset yang bermanfaat dan menghasilkan publikasi ilmiah yang bernilai tinggi,” jelasnya.
Proses pengumpulan data ini, kata dia, melibatkan berbagai tahapan, termasuk sosialisasi, pelatihan enumerator, pengumpulan data lapangan, dan Focus Group Discussion (FGD). Hasil dari proses ini adalah data yang sangat berharga yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk peningkatan efisiensi bantuan dan program pembangunan desa.
“Dengan mengintegrasikan kemampuan akademik dan partisipasi aktif masyarakat, program pengabdian ini diharapkan dapat membawa manfaat yang signifikan bagi pengembangan desa-desa di Indonesia, serta memberikan kontribusi nyata bagi peningkatan kualitas riset dan publikasi ilmiah di USU,” tutup Mutia.
Program ini merupakan salah satu upaya nyata USU dalam mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) dan meningkatkan peringkat universitas melalui publikasi dan pencapaian yang signifikan dalam bidang pengabdian masyarakat.
Sementara itu, Rektor USU, Prof Dr Muryanto Amin melalui Manajer Program Internasionalisasi USU, Prof. Rikson Asman Fertiles Siburian, S.Si., M.Si., Ph.D., menjelaskan, program ini dirancang untuk berkelanjutan dan akan dievaluasi setiap tahun guna memastikan efektivitasnya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Prof. Rikson menjelaskan, tim teknis telah menyusun program ini dengan baik dan akan terus mengembangkan program ini pada tahun-tahun mendatang.
“Universitas akan mendukung melalui Lembaga Pengabdian pada Masyarakat, sehingga program ini dapat memberikan gambaran yang jelas di tahun pertama dan kemudian dievaluasi untuk perencanaan tahun berikutnya,” ujar Prof. Rikson.
Salah satu kebijakan utama universitas, sambung dia, adalah membentuk desa binaan yang terseleksi oleh tim dan menjadi mitra universitas.
“Desa binaan ini adalah tempat kami mengimplementasikan kurikulum, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Desa-desa ini akan menjadi role model yang bisa kami sebarkan ke seluruh desa di Sumatera Utara,” jelasnya.
Prof. Rikson menekankan pentingnya data presisi dalam merancang program dan kurikulum yang benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
“Banyak sekali program-program kita yang kita sadari tidak langsung menyentuh masyarakat, baik kurikulum kita, baik penelitian kita. Nah ini coba kita dekatkan melalui data-data yang presisi, sehingga kedepan kita merancang kurikulum dan program-program yang betul-betul dirasakan masyarakat,” tandasnya.
Data yang dihasilkan dari desa binaan akan digunakan untuk mengevaluasi dan memperkaya kurikulum.
“Misalnya, apakah pengembangan pupuk atau ternak masih dibutuhkan, apakah pendekatan gender atau infrastruktur tertentu diperlukan di desa tersebut. Semua ini harus dibuat berdasarkan data yang akurat,” kata Prof. Rikson.
Dengan konsep Merdeka Belajar, kurikulum USU kini lebih fleksibel dan terimplementasi di masyarakat.
“Mahasiswa kita dapat belajar di lapangan hingga 70% dan 30% di bangku kuliah. Ini memungkinkan mereka untuk mendapatkan pengalaman langsung dan memahami kebutuhan masyarakat secara lebih mendalam,” tambahnya.
Sebelumnya, Perwakilan Desa Saran Padang, Destanul Aulia, berharap penyamaan persepsi antara desa, kabupaten, dan dua institusi dari Pertanian Bogor serta Sumatera Utara.
“Apa yang ingin kita lakukan sering kali berbeda dengan kebutuhan dasar yang ada di lapangan. Data yang ada dari BPS dan lainnya menunjukkan bahwa kita harus memanfaatkan potensi masyarakat di desa tersebut,” terangnya.
Menurut dia, IPB telah menyiapkan 250 variabel terbaru yang dapat menggambarkan kondisi sebuah desa. Data ini nantinya tidak akan dilakukan lagi secara manual karena sudah terintegrasi dengan program kerjasama yang ada.
“Kita akan menggunakan teknologi untuk mendata rumah tangga. Setelah data checklist selesai, aplikasi tersebut harus diisi dan bisa diakses oleh semua pihak yang berkepentingan. Keputusan yang akan diambil nantinya akan didasarkan pada data yang telah terkumpul,” ucapnya.
Beberapa desa memiliki kebutuhan khusus seperti keluarga yang menanam cabe. Kondisi masyarakat Indonesia di desa tersebut akan kita gambarkan dengan lebih detail. Tiga desa ini akan menjadi model yang dapat dikembangkan oleh pemerintah desa lainnya.
“Kami berharap dengan adanya data yang lengkap, kita dapat bekerja sama dalam mengembangkan potensi desa-desa ini. Dengan demikian, proses kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan membawa manfaat bagi semua pihak yang terlibat,” terangnya.
Launching data desa presisi tersebut dihadiri Kepala Desa Nagori Saran Padang,
Kecamatan Dolok Silau, Kabupaten Simalungun, Direktur Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor, perwakilan Bupati Kabupaten Deli Serdang,
Bupati Simalungun yang diwakili Staf Ahli Bupati Bidang Pemerintahan dan Kesra, SML Simangunsong, Bupati Langkat, Ngatimin selaku Kepala Desa Denai Sarang Burung, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Maijonni, Kepala Desa Denai Lubuk Kasih, Kecamatan Berandan Barat, Kabupaten Langkat.(cbud)