Yahudi Beragama Menuruti Nafsu (TAFSIR AL QUR’AN APLIKATIF)

  • Bagikan

Oleh Prof Dr Faisar A. Arfa, MA

Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh. Dan mereka mengira bahwa tidak akan terjadi suatu bencana pun (terhadap mereka dengan membunuh nabi-nabi itu), maka (karena itu) mereka menjadi buta dan tuli, kemudian Allah menerima tobat mereka, kemudian kebanyakan dari mereka buta dan tuli (lagi). Dan Allah Mahamelihat apa yang mereka kerjakan” (QS. Al Maidah: 70-71)

Al Qur’an mengumumkan bahwa Allah telah mengambil perjanjian dan ikatan dari Bani Israil bahwa mereka akan selalu tunduk dan patuh kepada Allah dan Rasul-RasulNya. Begitu pun ternyata mereka gemar melanggar perjanjian dan ikatan tersebut, dengan cara mengikuti pendapat dan hawa nafsu mereka sendiri.

Mereka memprioritaskannya di atas syariat yang diturunkan. Bila wahyu yang diturunkan sesuai dengan keinginan mereka terima; sebaliknya bila syariat yang ditetapkan tersebut bertentangan dengan kemauan hawa nafsu dan pendapat mereka, mereka tolak. Karena itulah Al Qur’an membongkar topeng mereka:

Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh. Dan mereka mengira bahwa tidak akan terjadi suatu bencana pun (terhadap mereka).

Naifnya tindakan tersebut mereka lakukan setelah mereka membangun asumsi bahwa  tidak akan ada suatu bencana pun yang menimpa mereka akibat dari tindakan  mereka tersebut. Dan ternyata sebaliknya perbuatan mereka itu membuat mereka buta, tidak dapat mengenal perkara yang hak; dan tuli, tidak dapat mendengar perkara yang hak serta tidak mendapat petunjuk untuk mengetahui perkara yang hak.

Begitu pun Allah memberikan ampunan kepada mereka atas Tindakan tersebut. Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. Allah selalu melihat mereka dan mengetahui siapa yang berhak mendapat hidayah dan siapa yang berhak disesatkan dari kalangan mereka.

Dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa di antara semua Nabi Bani Israel, Nabi Daud AS dan Nabi Isa AS yang tergolong paling menderita di tangan Yahudi. Dengan penuh kepedihan, Nabi Dawud dan Nabi Isa mengutuk mereka. Kutukan Nabi Dawud mengakibatkan orang-orang Bani Israel dihukum Nebukadnezar, yang menghancurleburkan Yerussalem dan membawa bangsa Israel sebagai tawanan pada 556 SM.

Dan, akibat kutukan Nabi Isa, Israel diluluhlantakkan oleh Titus, yang menaklukkan Yerusalem sekitar tahun 70 Masehi, dan menodai rumah ibadah dengan menyembelih babi, binatang yang sangat dibenci oleh orang-orang Yahudi, di dalamnya.

Kitab Al-Mu’jamum Mufahros Li Alfaadzil Qur’an, menyebut ayat (78) surah Al-Maidah yang berbunyi: “Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.” 

Petikan ayat dalam surat Al-Maidah tersebut menunjukkan betapa Bangsa Israel memang sudah menjadi bahan cercaan, kutukan, dan laknatan sejak dahulu kala, jauh sebelum lahirnya peradaban modern. 

Mereka juga termasuk bangsa yang paling sering berhubungan dengan Tuhan, bukan apa-apa, tapi karena suka menumpahkan darah dan merusak tatanan kehidupan serta penistaan terhadap kesucian firman-Nya. Bukti lainnya, adalah bahwa tidak ada satu pun ayat dalam Al Qur’an yang secara denotatif menyebut bangsa yang dikutuk selain nama Israel.

Allah SWT mengingatkan Bani Israel agar menyukuri nikmat-Nya karena kelebihan yang mereka miliki, hingga yang terakhir di ayat (14) surah As-Shaff, yang menjelaskan betapa bangsa tersebut telah menjelma sebagi kelompok pengkhianat. Bani Israel pulalah yang berkali-kali mengikat perjanjian dengan Tuhan, tetapi setiap kali berikrar setiap kali itu pula mereka mengkhianatinya. 

Al Qur’an mengungkapkan bahwa kaum Yahudi telah membunuh para nabi, tetapi tidak disebutkan secara eksplisit berapa jumlahnya.Walaupun demikian, Al Qur’an juga menyebutkan bahwa kaum Yahudi telah membuat dua kali kerusakan yang membuat Masjidil Aqsa dihancurkan sebanyak dua kali.

Dan Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: “Kamu pasti akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali, dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.

“Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam masjid (Masjidil Aqsa), sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali, dan mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai.”

Kerusakan pertama antara lain adalah pembunuhan terhadap Nabi Isaiah (Yesaya) dan Nabi Uriah (Uria), serta penyiksaan terhadap Nabi Jeremiah (Yeremia). Nabi Yesaya, literatur Arab menyebutnya أشعياء (Asya’yaa), dibunuh atas perintah Manasseh (Manasye), raja Kerajaan Yehuda yang berkuasa di Yerusalem sekira 687–643 SM.

Manasye membunuh Nabi Yesaya dengan cara menggergaji tubuhnya. Saat kaum muslimin Mekkah mengadukan tekanan yang mereka alami dari orang-orang musyrik, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Sungguh di antara orang-orang sebelum kalian ada yang disisir dengan sisir besi lalu dagingnya terkupas dari tulangnya atau uratnya. Namun, hal itu tidak memalingkannya dari agamanya. Ada juga yang diletakkan gergaji di kepalanya lalu digergaji hingga terbelah menjadi dua. Namun, siksaan itu tidak menyurutkan dia dari agamanya” (HR. Bukhari no. 3563, no. 3852 versi Fathul Bari).

Hukuman melalui tentara raja Asyur (Assyria) yang menangkap Manasye dan membawanya ke Babel (Babilon). Raja Yahudi sesudahnya, yaitu Amon, tetap melakukan penyembahan berhala. Raja-raja Yahudi berikutnya juga tercatat sebagai pemimpin yang kejam. Seperti Yoyakim yang suka membunuh laki-laki untuk merebut istri dan hartanya.

Nabi Uria bin Semaya yang mendakwahinya pun turut dibunuh.Begitu pula raja Kerajaan Yehuda terakhir, Zedekia, yang menyiksa dan memenjarakan Nabi Yeremia di dalam sumur.

Kerajaan Yehuda berakhir saat Nabi Yeremia dimasukkan ke penjara. Raja Babylonia, Nebuchadnezzar II, menghancurkan Yerusalem pada 587 SM. Bait al-Maqdis (Kesatu) ikut dihancurkan dalam serangan tersebut.

Kerajaan Babylonia runtuh pada 539 SM setelah ditaklukkan Cyrus (Koresh), Raja Persia dari Dinasti Achaemeniyah.Cyrus kemudian memerintahkan untuk membangun kembali Bait al-Maqdis (Kedua). “Beginilah perintah Cyrus, Raja Persia: Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh TUHAN, Allah semesta langit.

Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem, yang terletak di Yehuda.” Orang-orang Yahudi kembali menjadi pemimpin di Yerusalem, di antaranya adalah Nabi Uzair (Ezra).

Setelah berlalu sekian waktu, orang-orang Yahudi pun melakukan kerusakan yang kedua. Di antaranya adalah pembunuhan terhadap Nabi Yahya dan percobaan pembunuhan terhadap Nabi Isa. Nabi Yahya dibunuh karena menegur Herodes Antipas, Raja Yahudi yang menjadi bawahan Romawi.

Herodes Antipas menikahi mantan istri saudaranya, padahal saudaranya tersebut masih hidup, di mana hal ini melanggar hukum Taurat. Sedangkan Nabi Isa hendak dibunuh karena kerap mengkritik ahli-ahli Taurat dan imam-imam Bait al-Maqdis di masanya, disebabkan perbuatan mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka ajarkan.

Nabi Isa as juga berkata kepada ahli-ahli Taurat di masanya, “Celakalah kamu, sebab kamu membangun makam nabi-nabi, tetapi nenek moyangmu telah membunuh mereka.. Itu artinya kamu membenarkan perbuatan-perbuatan nenek moyangmu yang telah membunuh nabi-nabi itu.”

  • Bagikan