Tafakur Musnad Abi ‘Awaanah Al Mustakhraj Min Shahih Muslim

  • Bagikan
Tafakur Musnad Abi 'Awaanah Al Mustakhraj Min Shahih Muslim

Kitab Musnad Abi ‘Awaanah al Mustakhraj Min Shahih Muslim ( كتاب مسند ابي عوانة المستخرج من صحيح مسلم) adalah buah karya dari al Imam al Jalil Abi ‘Awaanah Ya’qub Ibn Ishaq Ibn Ibrahim Ibn Yazid al Naisabury al Asfaraayainiy ( الامام الجليل ابي عوانة يعقوب بن اسحاق بن ابراهيم بن يزيد النيسابوري الاسفراييني). Kitab Musnad Abi ‘Awaanah ini ditahqiq oleh syekh Aiman Ibn ‘Aarif al Dimasyqi terdiri atas 5 jilid, diterbitkan di Beirut oleh penerbit Dar al Ma’rifah tahun 1419 Hijriah (1998.M).

Selain itu, kitab Musnad Abi ‘Awaanah pada jilid 1, halaman 5, diawali dengan Muqadimah al Muhaqiq (مقدمة المحقق) atau Pengantar dari pentahqiq. Dilanjutkan pada halaman 10, jilid 1, dengan penjelasan biografi singkat imam Abu ‘Awaanah ( ترجمة موجزة للحافظ ابي عوانة اسمه و نسبته و كنيته ). Imam Abu ‘Aawanah wafat pada bulan Dzulhijjah tahun 316 Hijriah di Isfaraayainiy – Naisabur bermadzhab Syafi’i. Ia mengenal fikih madzhab Syafi’i melalui murid imam Syafi’i yaitu al Rabi’ ( الربيع ) dan al Muzani ( المزني ) yang mengajarkan fikih madzhab Syafi’i sampai ke Isfaraayainiy.

Imam Abu ‘Awaanah melakukan pengembaraan ilmiah dalam rangka mencari hadist ke berbagai wilayah Haramain, Syam, Mesir, Yaman, Tsagur, Yordania, Iraq, Khurasan, Persia, Asbahan, dan lain-lainnya. Imam Abu ‘Awaanah mengambil hadist secara sima’i (mendengar) dari Yunus Bin Abdul A’la Ali Bin Khal al Tha’i, Muhammad Bin Yahya al Dhahuri, Ahmad Bin Abdurrahman Bin Wahab, Umar Bin Syabbah, dan Ali Bin Iskab.

Adapun para ulama yang mengambil hadist dari imam Abu ‘Awaanah di antaranya adalah Ahmad Bin Ali al Razi al Khafid, Abu Ali al Naisaburi, Yahya Bin Manshur, Sulaiman Bin Ahmad al Thabrani, Abu Ahmad Abdullah Bin Adi, Abu Bakar al Ismaili, dan lain-lainnya. Di samping itu, anak-anak imam Abu ‘Awaanah juga menerima dan meriwayatkan hadist darinya, seperti Abu Mus’ab Muhammad Bin Abu ‘Awaanah dan Abu Ahmad Muhammad bin Abu ‘Awaanah al Ghitrifi. Cucu dari saudara perempuan imam Abu ‘Awaanah juga mengambil dan meriwayatkan hadist dari imam Abu ‘Awaanah yaitu Abu Nu’aim Abdul Malik Bin al Hasan al Azhari.

Banyak apresiasi para ulama terhadap imam Abu ‘Awaanah, di antaranya datang dari imam al Dzahabi yang mengatakan bahwa imam Abu ‘Awaanah seorang imam yang banyak menghafal hadist dan banyak menempuh perjalanan untuk mendapatkan hadist-hadist. Imam Abu ‘Awaanah adalah seorang muhadits yang tsiqah (terpercya) dan juga faqih (memiliki pemahaman) dalam hukum hukum yang terkandung di dalam hadist-hadist.

Abi Abdillah al Hakim mengatakan bahwa imam Abu ‘Awaanah adalah imam yang tsiqah dan tsabat (kukuh) dalam hal hadist. Kitab Musnad Abi ‘Awaanah al Mustakhraj Min Shahih Muslim adalah kitab yang memuat hadist-hadist shahih menurut persyaratan imam Muslim dengan tambahan matan, namun imam Muslim tidak memasukkannya ke dalam kitab Shahihya. Kitab Musnad Abi ‘Awaanah terdiri atas 5 jilid. Jilid 1, membahas tentang kitab iman yang terdiri atas 41 Bab dengan jumlah 464 hadist, kitab thaharah terdiri atas 58 Bab dengan jumlah 425 hadist, kitab haid dan istihadhah 8 Bab dengan jumlah 54 hadist dan Bab lainnya.

Kemudian, jilid 2, kitab zakat, 14 Bab dengan jumlah 66 hadist, kitab puasa, 55 Bab dengan jumlah 400 hadist dan Bab lainnya. Jilid 3, kitab thalaq, 22 Bab dengan jumlah 238 hadist, kitab mawaris, 7 bab dengan jumlah 52 hadist dan Bab lainnya. Jilid 4, kitab hudud, 35 Bab dengan jumlah 283 hadist dan Bab lainnya. Jilidv5, kitab libas (pakaian), 23 Bab dengan jumlah 250 hadist dan Bab lainnya. Dengan demikian, kitab Musnad Abi ‘Awaanah al Mustakhraj Min Shahih Muslim secara keseluruhan terdiri atas 5 Jilid, lebih dari 273 Bab, dan 8.718 buah hadits.

Adapun metode penulisan kitab Musnad Abi ‘Awaanah al Mustakraj Min Shahih Muslim, mengikuti pola penulisan kitab Musnad dan kitab Mustakhraj pada umumnya. Pola penulisan kitab Musnad mengacu kepada huruf hija’iyyah nama-nama sahabat Nabi Saw dengan cara mendahulukan nama-nama sahabat besar dimulai dari khulafa’ al rasyidin.

Adapun pola penulisan kitab Mustakhraj adalah kitab hadist ditulis oleh seorang ulama ahli hadist dengan cara mentakhrij hadist yang telah dibukukan di dalam suatu kitab hadist dengan sanadnya yang sama tetapi dari jalan yang lain dari pengarang kitab mustakhraj ‘alaihi (yang dimustakhrajkan), lalu periwayatan mereka bertemu pada gurunya (penulis kitab yang dimustakhrajkan) atau guru dari jalur di atasnya sampai pada sahabat. Dengan syarat tidak sampai kepada syekh melalui jalan yang lebih panjang, sehingga dapat menghilangkan sanad yang menghantarkan kepadanya yang lebih dekat, kecuali dengan alasan tertentu.

Di dalam pola penulisan kitab mustakhraj, bisa jadi mustakhraj menggugurkan hadist-hadist yang sanadnya tidak memuaskan dan dapat pula menyebutkan hadist- hadist dengan jalan penulis kitab yang dimustakhrajkan. Khusus dengan kitab Musnad Abi ‘Awaanah al Mustakhraj Min Shahih Muslim, metode yang digunakan ada dua, yaitu pertama adalah ‘Uluwu al Isnad, yaitu metode takhrij hadist dengan jalan mengetahui rawi hadist dari sahabat atau proses penelusuran hadist yang didasarkan kepada pengetahuan tentang rawi atau tingkat sahabat. Kedua, menggunakan hadist-hadist yang tidak dipakai oleh para muhaditsin.

Beberapa pandangan ulama ahli hadits tentang kitab Musnad Abi ‘Awaanah al Mustakhraj Min Shahih Muslim adalah sebagai berikut Pertama, Imam al Dzahabi mengatakan, kitab ini bermanfaat karena menambahkan beberapa matan hadist meskipun ada yang lemah. Imam Ibnu Hajar al Asqalani mengatakan di dalam kitab ini terdapat banyak hadist yang mandiri dengan sanad imam Abu ‘Awaanah sendiri, yang terletak di tengah-tengah sanad dengan status ada yang shahih, hasan, dan dha’if. Ada juga yang marfu’, mauquf, dan maqthu’.

Kitab Musnad Abi ‘Awaanah al Mustakhraj Min Shahih Muslim mengawali materi pembahasanya pada halaman,15 jilid 1, dengan Kitab al Iman (كتاب الايمان). Hadist ke-5, jilid 1, halaman, 18, kitab Musnad Abi ‘Awaanah al Mustskhraj Min Shahih Muslim memuat hadist berikut ini : حدثنا علي بن اشكاب و علي بن حرب قالا ثنا ابو معاوية عن الاعمش عن ابي سفيان عن جابر قال جاء النعمان بن قوقل الى رسول الله ص فقال يا رسول الله ص ارايت ان صليت المكتوبات و احللت الحلال و حرمت الحرام ولم ازد على ذلك اادخل الجنة؟ قال نعم .

Artinya, telah menceritakan kepada kami (Abu ‘Awaanah) Ali Bin Asykab dan Ali Bin Harb keduanya berkata telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah dari al A’masy dari Abi Sufyan dari Jabir dia berkata telah datang al Nu’man Bin Qauqul menghadap Rasulullah Saw dan dia bertanya wahai Rasulullah Saw bagaimana pendapatmu jika aku telah shalat wajib yang lima waktu dan aku menghalalkan yang telah dihalalkan dan mengharamkan apa yang telah diharamkan dan aku tidak menambah atas yang demikian itu, apakah aku akan masuk surga?

Rasulullah Saw menjawab iya. Dalam hadits riwayat imam Abu ‘Awaanah tersebut di atas, Nabi Saw menjelaskan bahwa dengan menjaga iman, menunaikan ibadah wajib, menjaga yang halal dan menjauhi yang haram, seorang hamba Allah dapat masuk ke dalam surga.

Demikian paparan tentang kitab musnad Abi ‘Awaanah al Mustakhraj Min Shahih Muslim yang dapat penulis narasikan, semoga bermanfaat bagi penambahan khazanah ilmu hadits di tengah-tengah kehidupan umat Islam. Wallahu’alam. WASPADA.id

Penulis adalah Dosen Hadits Ahkam dan Hukum Keluarga Islam di Asia Tenggara Pascasarjana IAIN Langsa


Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Tafakur Musnad Abi 'Awaanah Al Mustakhraj Min Shahih Muslim

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *