Tafakur Al Munqidz Min Al Dhalaal: Lentera Abad Ke-5 Hijriah Dari Ghazalah -Khurasan

  • Bagikan
Tafakur Al Munqidz Min Al Dhalaal: Lentera Abad Ke-5 Hijriah Dari Ghazalah -Khurasan

Oleh Dr. Tgk. H. Zulkarnain, MA (Abu Chik Diglee)

Al Munqidz Min al Dhalaal Wa al Maushul Ila Dzi al ‘Izzah Wa al Jalaal ( المنقذ من الضلال و الموصل الى ذي العزة و الجلال ) adalah kitab yang mengungkapkan latarbelakang dimana imam al Ghazali sampai kepada dunia tasawuf setelah melalui kajian yang mendalam dalam bidang ilmu kalam dan filsafat. Al Munqidz Min al Dhalaal Wa al Maushul Ila Dzi al ‘Izzah Wa al Jalaal artinya adalah Menyelamatkan Dari Kesesatan atau biasa juga diartikan dengan Pembebas Dari Kesesatan dan Menyampaikan kepada Kemuliaan Dan Keindahan.

Kitab al Munqidz Min al Dhalaal adalah buah karya dari imam al Ghazali. Imam al Ghazali memiliki nama lengkap imam Abu Hamid Muhammad Bin Muhammad al Ghazali al Thusi al Syafi’i ( امام ابو حامد محمد بن محمد الغزالي الطوسي الشافعي ). Imam al Gazali lahir di Ghazalah Bandar Thus – Khurasan – persia pada tahun 450 Hijriah (5 Juli 1058 M) dan wafat di Thus – Khurasan pada tanggal 14 Jumadil Akhir tahun 505 Hijriah (19 Desember 1111 M) dalam usia 55 tahun. Kota Thus ( طوس) atau Tus/Tos atau Tuws/Tous tempat kelahiran imam Ghazali adalah sebuah kota kuno di Provinsi Razavi – Khorasan tanah Persia, wilayah ini dekat dengan kota Mashhad, yang bangsa Yunani biasa menyebutnya dengan kota Susia.

Selain itu, kota ini pernah ditaklukkan oleh Alexander Agung pada tahun 330 SM. Dikemudian hari kota Thus direbut oleh Dinasti Umayyah pada era kekhalifahan Abdul al Malik dan penguasaan tersebut sampai tahun 747 Masehi. Sampai akhirnya pasukan Abu Muslim al Khorasani mengalahkan gubernur Muawiyyah pada saat revolusi Abbasiyyah pada tahun 809 Miladiah. Kota kuno Thus mengalami kehancuran di saat invasi pasukan Mongol ke wilayah tersebut pada tahun 1220 sampai dengan tahun 1259 Miladiah.

Banyak tokoh besar berasal dari kota kuno Thus, selain imam al Ghazali ada penyair Ferdowsi pengarang epik Persia Shahnameh yang sangat masyhur pada zamannya. Tokoh besar lain yang berasal dari Thus adalah Jabir Ibn Hayyan, Asadi Tusi, Vizler Seljuk, Nashiruddin al Thusi, Jafar al Thusi dan lain-lainnya. Kitab al Munqidz Min al Dhalaal karya imam al Ghazali diterbitkan di Beirut oleh penerbit Jami’ al Huquq Mahfudzat Li Naasyir pada tahun 1434 Hijriah (2013 M) dan juga diterbitkan di Jedah Saudi Arabiya oleh penerbit Dar al Minhaj ( دار المنهاج ).

Kemudian, kitab al Munqidz Min al Dhalaal terdiri atas 148 Halaman. Melalui kitab al Munqidz Min al Dhalaal imam al Ghazali menjelaskan bahwa Al Qur’an telah mengandung ukuran ukuran tentang kebenaran dan manusia telah dianugerahi alat untuk berpikir serta menggunakan ukuran ukuran kebenaran Al Qur’an tersebut. Di dalam kitab al Munqidz Min al Dhalaal, imam al Ghazali juga menjelaskan bahwa ia telah menempuh jalan panjang untuk akhirnya sampai kepada jalur sufistik.

Imam al Ghazali juga menjelaskan di dalam kitab al Munqidz Min al Dhalaal, bahwa sebelum sampai kepada jalan sufistik, ia telah menempuh dan mendalami berbagai macam aliran pemikiran yang masing masing mengklaim diri mereka yang paling benar. Dengan bahasa yang sederhana dan lugas, imam al Ghazali di dalam kitab al Munqidz Min al Dhalaal mengungkapkan, sejak kurang dari umur 20 tahun hingga lebih dari 50 tahun, tidak hentinya aku menyelami samudera luas pemikiran, aku selidiki setiap kepercayaan, aku dalami setiap madzhab, aku kaji setiap ajaran untuk membuktikan kebenaran. Aku kaji Bathiniyyah, Dzahiriyyah, Kalam, Filsafat, dan Tashawuf, tidak ketinggalan juga aku kaji kaum Zindiq dan Mu’athil dari semua aliran, hingga sampailah aku pada kesimpulan bahwa jalan tashawuf akhlaqi adalah jalan yang paling benar, karena didasarkan pada pengalaman empirik spiritual.

Bukan hanya sekadar nalar kata dalam logika, seperti yang diutarakan ahli kalam, bukan pula sekedar logika nalar yang bertumpu pada panca indra seperti dalam ilmu filsafat. Pada tatanan ini, imam al Ghazali melalui kitabnya al Munqidz Min al Dhalaal menjelaskan tentang adanya al Dzauq atau rasa yang bersifat fisik atau pengalaman kebenaran secara langsung.

Dengan kata lain, al Dzauq seperti Sapere di dalam bahasa Latin yang bermakna merasakan yang kemudian mengalami perluasan pemaknaan menjadi membedakan dan mengenali. Al dzauq dalam pandangan imam al Ghazali juga bermakna kenikmatan, yaitu nikmatnya mendekatkan diri atau bertaqarrub kepada Allah Yang Maha Pencipta melalui proses pengalaman batin keagamaan.

Apa yang dialami dan dirasakan oleh imam al Ghazali adalah merupakan pengalaman pergulatan kehidupan yang teramat panjang. Imam al Ghazali pernah menjadi guru besar di Nizamiyah University, ia pemikir, filsuf, ahli kalam, fukaha’, dan lain lainnya. Imam al Ghazali menceritakan di dalam kitabnya al Munqidz Min al Dhalaal bahwa ia telah mendalami kitab kitab tashawuf terkemuka pada zamannya, seperti kitab Kut al Qulub karya imam Abi Thalib al Makki, kitab Mutafarrikat al Ma’tsurat karya imam al Junaid al Baghdadi, kitab-kitab karya imam al Syibli, karya imam Abu Yazid al Bustami, Harits al Muhaisibi, dan lain-lainnya.

Berdasarkan hasil bacaan tersebut, imam al Ghazali menyimpulkan bahwa tashawuf yang ada masih bersifat teoritik atau baru sebatas wacana tentang tashawuf. Oleh karena itu, imam al Ghazali tidak merasa puas, ia menginginkan pola baru, yaitu tashawuf yang bersifat amaliyah atau aplikatif. Karena dalam pandangan imam al Ghazali, tashawuf itu subtantifnya adalah al Ahwal (pengamalan) dan al Dzauq (rasa dari pengamalan).

Sejak itu imam al Ghazali menjalani kehidupan menyendiri (uzlah) untuk lebih bisa merasakan nilai dan cita rasa bertaqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan memperbanyak ibadah, bertafakur (merenung atau kontemplasi), dan berdzikir mengingat Allah Swt dan banyak menghabiskan waktu di masjidil Haram dan Masjid al Nabawi serta di masjid Bait al Maqdis di tanah Palestina.

Sebagai seorang ulama yang masyhur, imam al Ghazali tentunya memiliki banyak karya akademik yang telah terlahir dari goresan penanya. Di samping kitab al Munqidz Min al Dhalaal (Rescuer From Error), karya karya besar imam al Ghazali lainnya di antaranya adalah kitab al Iqtisad Fi al ‘Itiqad (Median In Belief), kitab al Maqsad al Asna Fi Sharah Asma’ Allahu al Husna (The Best Means In Explaining Allah’s Beautiful Names), kitab Faysal al Tafriqa Baina al Islam Wa al Zandaqa (The Criterion Of Diatinction Between Islam and Clandestine Unbelief), kitab Hujjat al Haq (Proof Of The Truth), kitab Jawahir al Qur’an Wa Duraruh (Jewels Of The Qur’an and Its Pearls), kitab Mishkat al Anwar (The Niche Of Lights), kitab Maqashid al Falasifa ( Aims Of Philosophers), kitab Tahafut al Falasifa (The Incoherence Of The Philosophers), kitab Bidayat al Hidayah (Beginning Of Guidance), kitab Minhaj al Abidin (Methodology For The Worshipers), kitab Mizan al ‘Amal (Criterion Of Action), kitab Nasihat al Muluk (Counseling Kings), kitab Ihya’ ‘Ulumuddin, dan lain-lainnya.

Alangkah luas dan dalamnya ilmu yang dimiliki oleh imam al Ghazali, dan kita bersyukur kepada Allah Swt atas semua anugerah ilmu tersebut, semoga Allah Swt memberikan limpahan pahala yang besar kepada imam al Ghazali dan juga bagi para penuntut dan penyebar ilmu. Wallahu’alam.

Penulis adalah Dosen Hadist Ahkam dan Hukum Keluarga Islam di Asia Tenggara Pascasarjana IAIN Langsa


Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *