Tafakur Al Inshaf Fi Ma’rifat Al Rajih Min Al Khilaf: Lentera Abad Ke-9 Hijriah Dari Tanah Mardan-Palestina

  • Bagikan
Tafakur Al Inshaf Fi Ma'rifat Al Rajih Min Al Khilaf: Lentera Abad Ke-9 Hijriah Dari Tanah Mardan-Palestina

Oleh Dr. Tgk. H. Zulkarnain, MA (Abu Chik Diglee)

Al Inshaf Fi Ma’rifat al Rajih Min al Khilaf ‘Ala Madzhab al Imam al Mubajjal Ahmad Ibn Hanbal ( الانصاف فى معرفة الراجح من الخلاف على مذهب لاءمام المبجل احمد ابن حنبل ) adalah salah satu kitab fikih terkemuka di kalangan madzhab Hanabilah yang ditulis dalam rentang waktu tahun 817 Hijriah sampai dengan tahun 885 Hijriah. Kitab al Inshaf ditulis oleh syekh al al Islam al ‘alaamah al faqih al muhaqiq Ala’uddin Abi al Hasan Ali Ibn Sulaiman al Mardaawiy al Hanbaliy (شيخ الاءسلام العلامة الفقيه المحقق علاء الدين ابى الحسن على بن سليمان المرداوى الحنبلى ).

Kitab al Inshaf Fi Ma’rifat al Rajih Min al Khilaf ‘Ala Madzhab al Imam al Mubajjal Ahmad Ibn Hanbal, diterbitkan di Arab Saudi oleh penerbit Matba’ah al Sunnah pada tahun 1370 Hijriah bertepatan dengan tahun 1956 Miladiah. Kitab al Inshaf karya imam Ala’uddin Abi al Hasan al Mardaawiy ini terdiri dari 13 jilid dengan 1 jilid sebagai muqaddimah atau kata pengantar yang menarasikan tentang kitab al Inshaf beserta gambaran umum tentang isi yang dikandungnya.

Kitab al Inshaf merupakan karya fikih yang berwawasan luas tentang madzhab fikih Hanbali yang ditulis oleh seorang ulama terkemuka madzhab Hanbali pada zamannya yaitu imam Ala’uddin Abi al Hasan al Mardaawiy seorang ulama yang dilahirkan di desa Murdan – Palestina pada hari Senin tanggal 10 Rabi’ul Awal tahun 817 H.(1414 M) dan wafat di Salikhiyyah – Damaskus, pada malam Jum’at pada tanggal 8 Jumadil Awal tahun 885 H (1480 M) dan dimakamkan di pemakaman al Raudhah – Damaskus dalam usia 68 tahun.

Imam Ala’uddin al Mardaawiy dididik dalam ilmu agama oleh ayahnya yang bernama al Allaamah Sulaiman Bin Ahmad dalam fikih madzhab Hanbali, kemudian setelah belajar dengan ayahnya imam Ala’uddin al Mardaawiy berangkat ke Madinah untuk memperdalam ilmu-ilmu tentang Al Qur’an dan ilmu ilmu tentang hadist Nabi Saw.

Di kota Madinah imam Ala’uddin al Mardaawiy belajar kepada Syekh Umar al Mujarrad ulama terkemuka di kota Madinah saat itu. Kemudian pada tahun 838 Hijriah, imam Ala’uddin al Mardaawiy melanjutkan perjalanan ilmiahnya ke Damaskus untuk belajar di Madrasah Syeikhul Islam Abi Umar di Saalikhah – Damaskus. Di kota Damaskus inilah imam Ala’uddin al Mardaawiy bertemu dan belajar banyak hal dengan seorang ulama besar Hanabilah yang bernama Syekh Taqiyuddin Bin Qundus al Ba’liy al Hanbali (W 844 H).

Tepat pada tahun 867 Hijriah, imam Ala’uddin al Mardaawiy meninggalkan Damaskus menuju ke Mesir untuk berguru kepada al Qadhi ‘Izzuddin al Kanani al Hanbali. Setelah lama melakukan perjalanan ilmiah di Mesir, akhirnya imam Ala’uddin al Mardaawiy kembali ke Damaskus dan menetap di Damaskus sampai ajal menjemputnya (Lihat Syamsuddin Muhammad Bin Abdurrahman al Sakhawiy, al Dzau’ al Lami’ Li Ahli al Qurn al Tasi’, Halaman, 227).

Adapun guru-guru dari imam Ala’uddin al Mardaawiy yang lain di antaranya adalah al Muhadits al Faqih Ali Bin Husein Ibn ‘Urwah al Dimasyqi al Hanbali guru bidang ilmu hadist yang wafat pada tahun 837 Hijriah. Syihabuddin Ahmad Bin Yusuf al Mardaawiy al Dimasyqi, guru bidang fikih yang wafat pada tahun 850 Hijriah, Abdurrahman Bin Sulaiman Bin Abi al Karim, guru ilmu tafsir Al Qur’an dan Nahwu yang wafat pada tahun 844 Hijriah, al Hafidz Muhammad Bin Abdullah Bin Muhammad al Qa’isiy, guru bidang hadits yang wafat pada tahun 842 Hijriah, Abu al Fath Muhammad Bin Abi Bakar al Maraghiy al Syafi’i, guru bidang hadist yang wafat pada tahun 859 Hijriah, Taqiyuddin al Syumuniy al Hanafi, guru dalam bidang ushul fikih yang wafat pada tahun 872 Hijriah, Abu Bakar Bin Syadziy al Hisniy al Syafi’i, guru dalam bidang ushul fikih yang wafat pada tahun 881 Hijriah, Burhanuddin Ibrahim Bin Muhammad Bin Muflih, guru dalam bidang ilmu-ilmu syari’at yang wafat pada tahun 884 Hijriah, Ahmad Bin Ibrahim al Asqalaniy al Hanbali al ma’ruf bi Izzuddin al Kananiy, guru ketika di Kairo wafat pada tahun 876 Hijriah, dan lain-lainnya.

Guru-guru imam Ala’uddin al Mardaawiy banyak dari kalangan ulama madzhab Syafi’i dan ada beberapa yang bermadzhab Hanafi, meskipun imam Ala’uddin al Mardaawiy sendiri madzhabnya Hanbali.

Menurut syekh Thaha Jabir di dalam kitabnya Adab al Ikhtilaf dan imam Abu Zahrah di dalam kitabnya Tarikh Madzahib al Fiqhiyyah bahwa kedekatan imam Ala’uddin al Mardaawiy dan imam Ahmad Ibn Hanbal kepada madzhab Syafi’i dikarenakan dua hal. Pertama, imam Ahmad Ibn Hanbal adalah murid dari imam al Syafi’i dan imam Ala’uddin al Mardawiy adalah bermadzhab Hanbali. Kedua, Pola ijtihad imam Ahmad Ibn Hanbal dan imam Ala’uddin al Mardaawiy sangat dekat dengan pola ijtihad imam al Syafi’i.

Menurut imam Ibnu Qayyim al Jauziyyah, bahwa pandangan dan pendapat imam Ahmad Ibn Hanbal dan imam Ala’uddin al Mardaawiy didasarkan atas empat hal berikut ini, Pertama, al Nushus (dalil dalil) dari al Qur’an dan al Sunnah. Kedua, berfatwa dengan qaul sahabat. Ketiga, Menggunakan hadist mursal dan dha’if jika tidak ada hadits shahih dan qaul shahabat. Keempat, menggunakan qiyas atau analogi jika dalam keadaan terpaksa.

Imam Ala’uddin al Mardaawiy juga memiliki banyak murid di antaranya adalah syekh Muhammad Ibn Ahmad al Mushiliy al Dimasyqi (W. 872.H), Muhammad Ibn Muhammad al Ja’fariy (W 889 H), Yusuf Bin Muhammad al Kafarsabiy al Salikhiy al Hanbali (W 892 H), Muhammad Ahmad Bin Abdul Aziz al Mardaawiy al Hanbali (W 894 H), Muhyiddin Abdul Qaaqir Bin Abdul Latif al Fasiy Qadhi al Haramain (W 898 H), Abdul Karim Bin Dhahirah al Maky (W 899 H), Qadhi al Qudhat Badruddin al Sa’diy al Mishriyyah (W 902 H), Jamaluddin Yusuf Bin Abdul Hadi (W 909 H), Syihabuddin al Askariy Mufti al Hanabilah bi al Damasykus (W 910 H), dan lain-lainnya.

Imam Ala’uddin al Mrdaawiy adalah sosok ulama yang cerdas, kecerdasannya tercermin dari kitab-kitab yang beliau tulis, di antaranya adalah kitab al Inshaf Fi Ma’rifah al Rajih Min al Hilaf, kitab ini selesai ditulis pada tanggal 16 Syawal tahun 872 Hijriah, kitab al Tanqih al Masyba’ Fi Tahrim al Muqni’, kitab ini merupakan mukhtashar atau ringkasan dari kitab al Inshaf yang ditulis pada tahun 872 Hijriah, kitab Taskhih al Furu’, kitab Mukhtashar al Furu’, kitab Syarah al Adab, kitab ini menjelaskan kitab Mandhumah al al Adab karya imam Ibnu Abdil Qawiy al Hanbali, kitab Tahrir al Manqul Fi Tahdzib Ilm al Ushul, kitab al Takhbir Syarah al Takhrir, kitab Syarah Qit’ah Min Mukhtashar al Tuufiy, kitab Fahrus al Qawa’id al Ushuliyyah, kitab al Kunuz Au al Husun al Mu’addah al Waqi’ah Min Kullali Syiddah Fi ‘Amal al Yaum Wa Lailah, kitab al Manhal al Adzab al Ghazir Fi Maulid al Hadiy al Basyir al Nadzir, dan lain-lainnya.

Selanjutnya penulis sertakan kutipkan isi kitab al Inshaf Fi Ma’rifat al Rajih Min Khilaf ‘Ala Madzhab Imam al Mubajjal Ahmad Ibn Hanbal, jilid,12, halaman, 206 tentang jika ingin meminang perempuan sebagai berikut : اذا خطب رجل امراة سال عن حمالها اولا فاءن حمد سال عن دينها فاءن حمد ثزوجو ان لم يحمد يكون رده لاجل الدين و لا يسال اولا عن الدين فاءن حمد سال عن الجمال فاءن لم يحمد ردها فيكون رده للجمال لا للدين.

Artinya, Jika laki-laki ingin meminang seorang perempuan, hendaknya hal pertama yang ditanyakan adalah tentang kecantikan sang perempuan. Jika perempuan tersebut dipuji kecantikannya, bertanyalah lebih lanjut mengenai agamanya. Jika perempuan tersebut baik agamanya, hendaklah ia menikahinya. Dan jika sebaliknya (agamanya jelek) dapat ditolak, sehingga alasan penolakan berkaitan dengan agama perempuan tersebut.

Jangan hal pertama yang ditanyakan persoalan agama sang perempuan yang jika ternyata baik agamanya, kemudian pria tersebut bertanya tentang kecantikan perempuan yang akan dilamarnya dan pererempuan tersebut tidak dipuji kecantikannya, kemudian perempuan tersebut ditolak, maka alasan penolakan karena faktor tidak cantiknya perempuan tersebut, bukan karena faktor agama.

Fatwa imam Ahmad Ibn Hanbal yang dikutip oleh imam Ala’uddin al Mardaawiy di atas, memuat nilai akhlaq Islam yang luhur dan tinggi, dimana agama digunakan sebagai ukuran dalam menentukan kebijakan di dalam kehidupan, termasuk dalam hal menentukan pasangan hidup, yang kesemuanya disampaikan dengan tutur kata dan budi bahasa yang santun dan bernilai tinggi.

Semoga semangat kita dalam mempelajari kitab-kitab turats atau klasik tetap tinggi, dengan demikian, akan selalu didapat wawasan dari banyak sumber mata air ilmu. Wallahu’alam.

Penulis adalah Dosen Hadist Ahkam dan Hukum Keluarga Islam di Asia Tenggara Pascasarjana IAIN Langsa


Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *