SYAWAL BERARTI PENINGKATAN

  • Bagikan

Usai melewati ritual Ramadhan sebulan, umat Islam memasuki Syawal. Jika Ramadhan berarti bulan pembakaran dosa, maka Syawal adalah bulan peningkatan. Peningkatan, paling tidak, bisa diukur dengan dua metode, yaitu kuantitas dan kualitas.
Peningkatan kuantitas ialah jumlah pengamalan agama meningkat. Misalnya, sebelum Ramadhan shalatnya hanya 3 kali sehari, menjadi 4 atau 5 kali. Sebelum Ramadhan shalat wajib 5 waktu sudah dilaksanakan, lalu setelah Ramadhan bertambah menjadi 7 waktu/kali, ditambah shalat Dhuha dan Tahajjud.


Peningkatan kualitas dapat diukur dengan penghayatan spiritual seseorang hamba yang beribadah. Hal ini bisa dilihat dengan efek ibadah yang seharusnya memberi ketenangan kepada pelakunya. Artinya, hidupnya makin tenang. Ini sudah berkaitan dengan kedekatan kepada Allah, karena salah satu alat ukur kedekatan seorang kepada Allah ialah hidupnya semakin tenang. Hidupnya tenang, karena selalu mensyukuri apa yang ada.


Tidak kalah pentingnya, ialah peningkatan empaty kepada masyarakat kelas bawah. Ramadhan memberi kesempatan bersedekah sebanyak mungkin dengan imbalan yang berlipat, tentu diharapkan mendorong kaum kaya memberikan keberpihakannya kepada kaum miskin. Kalangan politisi juga tidak mau ketinggalan, dengan memberikan paket lebaran. Tentu akan semakin berkualitas jika diambil dari penghasilan pribadi, bukan dari APBN atau CSR. Kendati itu bukan suatu yang dilarang.


Keberpihakan lainnya ialah di ujung Ramadhan adanya ritual zakat fithrah, yang ternyata berdampak positif bagi upaya membantu kaum miskin, paling tidak pada satu hari raya Idul Fithri. Pemberian kondisional ini diharapkan berubah menjadi pemberian rutin, seiring dengan persoalan kaum miskin yang rutin.
Semoga Syawal tahun ini akan memberikan peningkatan yang signifikan dalam berbagai aspeknya. Amin!

9 Syawal 1443 H/ 2022.

  • Bagikan