Puasa Dan Medsos

  • Bagikan

Dr Mhd. Furqan, M.Comp.Sc.

“Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah SWT berfirman: ‘Kecuali puasa, maka Aku yang akan membalas orang yang menjalankannya, karena dia telah meninggalkan keinginan-keinginan hawa nafsunya dan makannya karena aku” (HR. Muslim)

Secara bahasa shaum (puasa) bermakna “imsaak” yaitu menahan. Menahan bukan hanya secara fisik, tidak makan dan minum tapi menahan dari perilaku dan kegiatan yang tidak bermanfaat, sia-sia, dan membawa kemudaratan.

Dalam hadis Sahih Bukhari Muslim: “Jika pada hari salah seorang kalian berpuasa, maka janganlah ia mengucapkan kata-kata kotor, membuat kegaduhan dan tidak juga melakukan perbuatan orang-orang bodoh. Dan jika ada orang yang mencacinya atau menyerangnya, maka hendaklah ia mengatakan: Sesungguhnya aku sedang berpuasa.”

Pernahkah kita menghitung berapa lama masing-masing kita dalam menggunakan platform media sosial (Medsos) selama beberapa setiap hari, atau setiap malam selama berjam-jam. Saat ini, interaksi tatap muka lebih jarang dilakukan orang sebelumnya. Banyak orang bahkan menjadi kecanduan media sosial.

Menurut Social Media Explorer, Medsos dapat berdampak sangat negatif pada hubungan Anda. Dari kehilangan teman hingga selingkuh, bahkan bisa menciptakan citra tubuh yang negatif. 

Pertama, Medsos sama adiktifnya dengan penggunaan Narkoba. Yang menyedihkan, kecanduan ini lebih banyak terjadi pada anak-anak. Pernahkah Anda berhenti untuk memikirkan berapa jam atau menit yang Anda habiskan di media sosial setiap hari?

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan di Universitas Harvard, ketika orang menggunakan platform Medsos, bagian otak yang sama menyala, yang juga menyala saat mengonsumsi obat-obatan. Ini adalah penginduksi dopamin. Jadi, jika Anda kecanduan media sosial, Anda bisa mengecek feed Anda, atau pemberitahuan secara kompulsif sepanjang hari.

Bisa jadi sangat buruk, sehingga Anda memeriksa akun Anda, setiap beberapa menit. Anda bisa saja duduk bersama teman, tetapi tidak berinteraksi dengan mereka, karena Anda terlalu sibuk memeriksa halaman media sosial Anda. Anda mungkin kecanduan media sosial dan detoksifikasi digital akan membantu Anda terhubung kembali dengan orang-orang di sekitar Anda dalam kenyataan.

Kedua, Medsos bisa sangat palau. Pernahkah Anda melihat halaman Medsos dan semua yang Anda lihat adalah orang-orang bahagia? Atau Anda bisa melihat wanita berpose dengan tubuh yang sempurna? Membuat Anda ingin memiliki tubuh yang sempurna, atau bahkan ingin pasangan Anda terlihat sama.

Rasa kesempurnaan yang “palsu” ini, saat Anda melihat semua gambar yang tampaknya “positif” ini, Anda mungkin merasa tidak puas dengan hidup Anda sendiri. Anda juga bisa menjadi cemburu pada orang lain dan apa yang tampak dalam kehidupan mereka. Ini bisa menyebabkan ketidakbahagiaan dalam hubungan Anda.

Ketiga, dapat menyebabkan masalah kesehatan mental. Terkadang garis antara media sosial dan kenyataan menjadi kabur, menyebabkan masalah kesehatan mental. Anda mungkin melihat orang-orang dengan tubuh dan kehidupan yang tampaknya sempurna, dan ini bisa menyebabkan depresi dan resiko kecemasan.

Keempat, bisa menyebabkan perselingkuhan. Banyak sekali pasangan yang memergoki pasangannya selingkuh lewat media sosial. Mudah untuk memulai percakapan dengan orang yang lama di sukai di media sosial, atau rekan kerja.

Akhirnya, percakapan ini bisa mengarah ke lebih banyak hal. Mungkin awalnya tidak bersalah, semakin banyak Anda berbicara, semakin dekat Anda jadinya. Hal ini kemudian dapat menyebabkan rayuan atau curhat kepada orang lain tentang masalah serius selain pasangan Anda. Mungkin Anda malah pergi keluar untuk minum kopi atau makan siang, dan selanjutnya Anda akhirnya berselingkuh. Baik itu secara emosional atau seksual.

Menjalankan ibadah puasa, kita belajar menahan untuk menggunakan media sosial dengan bijak. Berpuasa dan menjalankan ibadah lainnya di bulan Ramadhan diharapkan akan menjadi sarana untuk mensucikan hati dan jiwa agar taat kepada perintah-Nya, sehingga bulan Ramadhan adalah bulan pendidikan rohani untuk menahan gejolak nafsu yang mendorong kita melakukan dosa dan kesalahan. Ramadhan menjadi momentum yang sangat penting untuk membangun pribadi Muslim yang di ridhai Allah SWT.
(Dosen UIN Sumut dan Dewan Pakar MPW Pemuda Pancasila Sumut)

  • Bagikan