Memperoleh Naungan Allah

  • Bagikan

Pada hari Kiamat, Matahari didekatkan ke manusia hingga sebatas satu mil. Lalu mereka bercucuran keringat sesuai amal perbuatan mereka. Di antara mereka ada yang berkeringat hingga tumitnya, ada yang berkeringat hingga lututnya, ada yang berkeringat hingga pinggang dan ada yang benar-benar tenggelam oleh keringat (HR. Muslim)

Salah satu fase perjalanan manusia di alam Akhirat adalah berkumpul di Padang Mahsyar. Di sanalah seluruh insan sejak Nabi Adam as hingga orang terakhir dikumpulkan oleh Allah SWT. Di tempat itu setiap jiwa akan diadili. Tak ada lagi yang dapat disembunyikan, semua harus dipertanggungjawabkan. Semua insan akan memperoleh pembalasan atas kesalahan dan kebaikan yang telah dilakukan di Dunia.

Di Padang Mahsyar sangatlah panas. Tetapi di Padang Mahsyar kelak ada orang-orang yang berbahagia karena memperoleh naungan dari Allah. Mereka akan dinaungi yang mana tidak ada naungan pada hari itu kecuali naungan Allah. Mereka tidak kepanasan, tidak kesusahan, tidak kesulitan. Karena mereka mendapat perlindungan dan nyaman. Ada tujuh golongan yang mendapat keistimewaan di Padangmahsyar. Siapa mereka?

Pertama, pemimpin yang adil. Adalah pemimpin yang menjadikan Al-Qur’an dan hadis sebagai pedoman dalam melaksanakan jalannya kekuasaan. Imam Al Ghazali mengatakan, “Imarat ad dunya wa kharabuha min al mulk.” Artinya; Kelestarian dan kehancuran dunia sangat ditentukan oleh para penguasa. Rasul bersabda; “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya” (HR. Bukhari)

Kedua, dua orang yang saling mencintai karena Allah, bertemu karena Allah, berpisah karena Allah. Mereka memelihara jalinan persahabatan semasa hidupnya semata karena Allah. Karena itu Allah memberikan pahala ‘khusus’ yang dihadiahkan kepada mereka. “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa (QS. Az-Zukhruf: 67).

Ketiga, pemuda yang tumbuh dalam keadaan beribadah kepada Allah. Dia tinggalkan semua kemaksiatan demi untuk beribadah kepada Allah. “Sesungguhnya Allah benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memiliki shabwah” (HR. Ahmad). Yaitu pemuda yang tidak memperturutkan hawa nafsunya, membiasakan dirinya melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan.

Keempat, seorang yang hatinya terpaut dengan masjid. Dia senang menunggu azan berkumandang. Segera pergi atau singgah ke masjid melaksanakan shalat berjamaah. Dia selalu ber-iktikab di masjid. Bahkan hatinya gelisah jika tak sempat ke masjid. Masa-masa hidupnya selalu near, dekat dengan masjid. Karena dia menjalani kehidupan senantiasa berpegang dengan tali Allah (dayiman fi sabilillah).

Kelima, seorang lelaki yang dirayu oleh wanita yang sangat cantik, kemudian diajak untuk berzina. Tetapi laki-laki itu menolaknya karena takut kepada Allah. Sebagaimana Nabi Yusuf as dirayu Zulaikha, tapi Nabi Yusuf as menolaknya, seraya berkata; “Aku berlindung kepada Allah karena Tuanku telah memperlakukanku dengan baik. Sesungguhnya orang yang zalim tidak akan beruntung” (QS. Yusuf: 23).

Keenam, seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, kemudian dia rahasiakan, agar tangan kirinya tidak tahu yang disedekahkan oleh tangan kanannya. Rasulullah SAW mengingatkan kita agar tidak segan dan malu bersedekah, walau hanya dengan sebiji kurma. Beliau bersabda; “Jauhkanlah dirimu dari api neraka walaupun dengan (bersedekah) sebutir kurma” (Muttafaq alaih).

Ketujuh, seorang yang ketika sendirian dia mengingat Allah, takut dan mengagungkan Allah sampai menangis tersedu-sedu. Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda; ”Siapa saja yang berdzikir kepada Allah kemudian mengalir air matanya hingga menetes ke tanah disebabkan rasa takutnya kepada Allah, niscaya Allah tidak akan menyiksanya pada hari Kiamat” (HR. Al-Hakim).

(Guru SMAN 16 Medan, Alumni Doktor PEDI UIN SU)

Penulis: Oleh Dr Nada Sukri Pane
  • Bagikan