Menu
Pusat Berita dan Informasi Kota Medan, Sumatera Utara, Aceh dan Nasional

Memperbaiki Niat

  • Bagikan

“Barangsiapa yang menginginkan keuntungan (pahala) Akhirat, kami akan tambahkan keuntungannya, dan barang siapa yang menginginkan keuntungan Dunia saja, Kami akan berikan sebagian darinya dan baginya tidak ada bagian keuntungan di Akhirat sedikit pun” (QS As-Syura: 20)

Dalam melaksanakan berbagai pekerjaan menjalankan kehidupan tak salah kita merenung sejenak. Mempertanyakan ulang, apa yang sedang dikerjakan, untuk apa, dan mau kemana. Ini namanya manajemen evaluasi terhadap diri sendiri.

Evaluasi diri ini perlu agar senantiasa semua pekerjaan berjalan sesuia niat dan tujuan. Memang pekerjaan mungkin benar sampai tujuan, tapi lupa pasang niat, akibatnya pekerjaan tanpa terkoneksi pahala.

Dalam Al-Qur’an disebutkan kandungan dari niat itu, yaitu; keinginan, harapan, dan kehendak. iraadah, ibtighaa, dan raja.

Dinukil dari kitab Syarh Riyadhus Shalihin Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin menjelaskan, di antara manusia ada orang-orang yang memiliki niat yang tinggi nilainya. Sementara ada pula yang memiliki niat yang rendah. Bahkan dua orang yang mengamalkan suatu bentuk amalan yang sama dari awal sampai akhir, namun hasilnya berbeda jauh, sejauh antara langit dan bumi. Yang demikian ini disebabkan perbedaan niatnya.

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan” (HR. Bukhori dan Muslim).

KH Bisri Musthofa dalam kitab Al Azwadul Musthofawiyah Syarah Arba’in Nawawiyah menjelaskan, perbuatan seorang Mukmin tidak akan diterima dan tidak akan mendapat pahala kecuali jika diiringi dengan niat. Contohnya, pada ibadah inti seperti shalat, haji, puasa, niat merupakan rukun. Karenanya ibadah-ibadah tersebut tidak sah kecuali diiringi dengan niat (ana sayim faqat).

Apa yang didapatkan seorang hamba adalah sama dengan apa yang ia ucapkan. Dalam hal ini Allah SWT berfirman: “Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. KepadaNya-lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur” (QS. Fatir: 10).

Ada empat cara merawat niat yakni. Pertama, zikir. Dengan menyebut dan mengingat nama Allah akan memperkuat iman. Kedua, amal shalih. Suatu ketika Rasulullah SAW bertanya, “Siapa di antara kalian yang berpuasa di hari ini?” Abu Bakar menjawab, ‘Saya.’

Lalu Rasulullah SAW bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang hari ini menjenguk orang sakit?” Abu Bakar menjawab, ‘Saya.’ Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah amal-amal itu menyatu dalam diri seseorang malainkan dia akan masuk Surga” (HR. Muslim).

Ketiga, membaca Al Qur’an. Secara otomatis seseorang yang senantiasa membaca Al Qur’an akan ingat Allah. Yakin Allah Mahamelihat semua pekerjaannya. Akibatnya Beliau takut membuat penyimpangan atas pekerjaan, dan senatiasa memelihara pekerjaan sesuai denga apa yang diniatkan.

Keempat, istiqamah. Adalah senantiasa tetap hati, tak lagi dapat berpaling dari niat awal yang baik, walau rayuan materi datang menggoda. “Ya Allah Yang membolak-balikan hati-hati manusia, balikkanlah hati kami untuk taat kepada-Mu” (HR. Muslim). (Guru SMAN 16 Medan,
Alumni Doktor PEDI UINSU)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *