Menu
Pusat Berita dan Informasi Kota Medan, Sumatera Utara, Aceh dan Nasional

Membangun Komunikasi Alquran

  • Bagikan

Oleh Dr H. Erwan Efendi, S. Sos, MA

Wartawan Waspada Dan Dosen UIN SU

Beberapa hari yang ditentukan itu ialah, bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan permulaan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang haq dan yang batil… (QS.2: 185)

Sebulan penuh umat Islam menjadikan Ramadhan 1443 H/2022 M sebagai bulan tarbiyah. Maka, pasca Ramadhan umat Islam harus mampu menunjukkan jati dirinya sebagai seorang yang islami. Sosok perilaku islami itulah menjadi tujuan akhir pada pelaksanaan puasa Ramadhan yang dengan penuh keimanan.

Ketika kita menjadikan Ramadhan sebagai bulan tarbiyah bukan hanya sebatas untuk menahan lapar dan haus. Tetapi, lebih dari pada itu, kita juga harus menjaga berbagai perbuatan yang menggugurkan pahala puasa.

Seperti menjaga pandangan, menjaga pendengaran, menjaga ucapan atau perkataan, dan menjaga perbuatan dari maksiat. Bahkan kita tidak boleh menggauli istri pada siang hari meskipun perbuatan itu halal.

Selain membangun spiritual dengan penuh keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Pada Ramadhan juga kita membangun serta mengukuhkan kembali kefasihan membaca Alquran dengan bertadarus malam atau siang hari. Membaca Alquran secara berkelompok dan kemudian saling mengingatkan bagaimana cara membaca Alquran yang benar sesuai kaidah.

Tegasnya, tadarus Alquran adalah membaca Alquran, termasuk memahami arti yang terkandung di dalamnya. Tadarus Alquran biasanya dilakukan secara berkelompok usai shalat tarawih pada malam Ramadhan. Satu orang membaca dan yang lain menyimak.

Sebab makna bahasa, tadarus berasal dari asal kata darosa-yadrusu, yang artinya mempelajari, meneliti, menelaah, mengkaji, dan mengambil pelajaran. Sedang pada malam harinya kita melaksanakan salat sunat Tarawih.

Kita juga dianjurkan untuk mendidik atau membiasakan diri membangun kesalehan sosial kepada masyarakat pada Ramdhan. Dianjurkan untuk banyak bersedekah pada bulan Ramadhan, memberi buka puasa, menyantuni anak yatim, fikir dan miskin dan lain sebagainya.

Karena Allah SWT akan melipatgandakan pahala jika berbuat baik pada Ramadhan. Memberi dan menerima maaf terhadap kesalahan orang dengan ikhlas.

Setelah sebulan penuh kita melatih atau mendidik diri dengan melakukan amar makruf nahi mungkar secara ikhlas serta penuh rasa keimanan dan ketaqwan berlandaskan Alquran dan sunnaah. Maka pasca Ramadhan apa yang harus kita lakukan?

Sebagai umat Islam yang taat, kita tidak boleh berhenti dalam melakukan kebaikan, karena prilaku itu tidak hanya dituntut pada Ramadhan saja, tetapi berkelanjutan pada pascaRamadhan dan hingga akhir hayat.

Ramadhan hanya menjadi sebuah institusi pendidikan, tetapi setelah ke luar dari institusi itu, kita harus mampu mengimplentasikan apa yang diperoleh dari institusi itu dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai Muslim yang taat, harus menjadikan dirinya penyampai atau penyambung lidah Rasul, yakni menyampaikan pesan pesan ilahiyah sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang dimiliki.

Sejatinya, setiap Muslim bukan hanya diharuskan bahkan menjadi kewajiban untuk ikut terlibat dalam mendakwahkan Islam sebagai agama yang haq kapan dan dimanapun tanpa harus memiliki sertifikat. Karena dakwah akan sangat menentukan maju dan mundurnya eksistensi umat Islam di tengah persaingan global ini.

Mengingat pentingnya keberadaan dakwah, maka momentum yang dinilai paling baik melakukannya adalah setelah kita mengikuti pendidikan pada bulan Ramadhan. Karena pada bulan yang penuh maghfirah itu kita sudah membentuk diri menjadi orang yang mampu menahan hawa nafsu dari berbagai godaan dan cobaan baik bentuk fisik maupun mental.

Dalam konteks kekinian. sesungguhnya tugas penting yang harus kita lakukan adalah bagaimana membangun komunikasi Alquran di tengah-tengah kehidupan masyarakat dengan berbagai latar belakang ilmu pengetahuan serta berkembangan teknologi, terutama teknologi informasi dan komunikasi

Ketika menyelesaikan disertasi, penulis menemui Allahyarham Almukarom Asyekh Prof Dr H. Abdullahsyah, MA di kantor Majelis Ulama Indonesia Sumatera Utara di Medan. Pertemuan itu selain bersilaturrahmi juga untuk memperdalam konsep Komunikasi Islam dalam Alquran.

Pertanyaan pertaman yang penulis ajukan tentang jumlah ayat komunikasi di dalam Alquran. Atas pertanyaan itu, Allahyarham menjawab dengan tegas bahwa sesungguhnya semua isi Alquran itu adalah komunikasi.

Jika merujuk dari penegaskan Allahyarham itu kemudian menghubungkannya dengan tujuan komunikasi umum yakni antara lain; meruba sikap, merubah prilaku, merubah opini. Maka terjadi korelasi yang sangat signifikat.

Karena isi Alquran adalah memberi informasi untuk membangun bagaimana sikap, perilaku dan opini manusia dari pada yang baik ke pada yang lebih baik. Bahkan informasi dalam Alquran bukan hanya diperuntukan untuk umat Islam dan orang orang yang beriman tapi juga pada skala yang lebih luas yakni semua anak manusia.

Beberapa hari yang ditentukan itu ialah, bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan permulaan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang haq dan yang batil… (QS.2: 185)

Ibnu Katsir menjelaskan: “Ini adalah pujian Allah terhadap Alquran, bahwa Ia menurunkan Alquran sebagai petunjuk bagi para hamba yang beriman kepada Alquran, membenarkan serta mengikuti tuntunan Alquran.

Sedangkan bayyinaat artinya sebagai dalil dan hujjah yang jelas, terang dan gamblang bagi orang yang memahami dan mentadabburinya, sehingga menunjukkan bahwa Alquran itu benar-benar sebuah petunjuk yang menafikan kesesatan dan sebuah pedoman yang menafikan penyimpangan. Alquran juga diturunkan sebagai pembeda antara haq dan batil, antara halal dan haram” (Tafsir Ibni Katsir, hal 43).

Dalam konteks ini, harus dipahami bahwa sesungguhnya kegiatan komunikasi harus dibangun berdasarkan nilai-nilai etika yang dianut dalam sebuah masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar komunikasi yang dilakukan menyenangkan, memberi kebaikan dan memberi manfaat bagi pelaku komunikasi dan komunikan.

Islam sebagai agama rahmatallillalamin, ajarannya diyakini memberi kebaikan dalam kehidupan umat manusia. Makanya, Islam menempatkan komunikasi sebagai sesuatu yang penting dan bernilai ibadah apabila komunikasi itu dilakukan berdasarkan nilai-nilai yang terdapat dalam Alquran dan sunnah Nabi SAW.

Keduanya merupakan pedoman yang berisi tuntunan hidup bagi setiap muslim yang harus dijunjung tinggi dan menjadi landasan dalam membangun komunikasi.

Etika komunikasi yang Islami dimaksudkan adalah sebagai sebuah nilai-nilai yang baik yang pantas dan memiliki manfaat ketika melakukan proses komunikasi, apakah komunikasi itu berupa komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi atau komunikasi massa kesemua bentuk komunikasi yang akan dilakukan tersebut harus didasarkan pada nilai-nilai Alquran dan sunnah Nabi SAW.

Nilai-nilai etika komunikasi islami yang tertuang dalam Alquran dan sunnah Nabi SAW meliputi nilai-nilai kejujuran (kebenaran). Nilai kejujuran ini meliputi nilai-nilai keadilan, kewajaran dan kepatutan.

Etika komunikasi yang lain adalah nilai Falyakul Khairan au liyasmut (katakan yang baik atau diam), selanjutnya yang terakhir adalah nilai tabayyun. Ketiga nilai etika komunikasi islami ini merupakan pendidikan berkomunikasi bagi setiap muslim dalam menciptakan komunikasi yang baik menurut ajaran Islam.

Konsep di atas adalah dalam upaya membentuk para komunikator sebagai sosok yang profesional dalam menyampaiakan pesan pesan ilhiyah, sehinga para komuinikan dapat menerima, memahami, menghayati serta mengamalkan pesan-pesn tersebut dengan baik dan sempurna. Semoga.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *