Meluruskan Niat

  • Bagikan

Dia mengetahui apa yang di Langit dan di Bumi, dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah Mahamengetahui segala isi hati” (QS. At-Taghabun: 4)

Niat adalah perkara yang samar lagi tersembunyi di dalam hati manusia. Manusia bisa saja menyembunyikaan isi hati tetapi Allah Mahamengetahui segala rahasia di Langit dan di Bumi. Meluruskan dan memantapkan niat adalah kunci amal berterima atau ditolak di sisi Allah SWT. Nabi SAW bersabda :

“Sesugguhnya (setiap) amalan itu tergantung kepada niatnya, dan seseorang akan mendapatkan (balasan) sesuai dengan apa yang diniatkannya. Siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena ingin mendapatkan Dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnnya sesuai dengan niatnya” (HR. Bukhari dan Muslim)

Alkisah seorang pemuda pemberani bernama Qotzman berjihad bersama Rasulullah SAW pada perang Uhud. Ketika kaum Muslimin dihantam pasukan kafir yang dipimpin Khalid bin Walid, Qotzman terus berjuang hingga kematiannya. Para sahabat sangat mengagumi keberaniannya.“Sungguh tidak ada di antara kita yang bisa menandingi kehebatan Qotzman”.

Mendengar itu Nabi SAW berkata:Sungguh, ia adalah golongan penghuni Neraka.” Nabi SAW menjelaskan, ternyata sebelumnya Qotzman mendapat sabetan pedang dan anak panah yang membuatnya kesakitan. Karena tidak tahan menanggung rasa sakit, ia pun berputusasa dari rahmat Allah. Lalu mengambil sebilah pisau yang kemudian ditusukkan ke dada dengan niat mengakhiri rasa sakitnya.

Nabi SAW juga mengetahui dari Allah, sebelum menuju medan perang, Qotzman telah memiliki niat keliru. Qotzman berkata, ”Demi Allah, aku berperang bukan karena agama (Islam), tetapi hanya ingin menjaga kehormatan kota Madinah ini agar tidak dihancurkan oleh kaum Quraisy. Aku ikut berperang hanyalah untuk membela kehormatan penduduk Madinah”.

Nabi SAW memperingatkan kita selalu berhati-hati menilai seseorang. Belum tentu amalan terlihat mulia benar-benar lurus niatnya. Sebaliknya, yang terlihat hina justru bernilai besar di sisi Allah karena lurusnya niat. Dari Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya seseorang benar-benar tampak beramal dengan amalan penghuni Surga menurut pandanga manusia, padahal ia termasuk penghuni Neraka. Dan sungguh seseorang tampak beramal dengan amalan penghuni Neraka menurut pandangan manusia, padahal ia termasuk penghuni Surga” (HR. Bukhari).

Syaikh Utsaimin berkata, maksud hadis di atas adalah amalan yang terlihat manusia hanyalah tampilan luarnya saja. Manusia tidak mengetahui niat yang tersembunyi di hati. Karena amalan ahli Surga yang diinginkan Allah belumlah diamalkannya.

Kisah lain seorang sahabat Ushairin dari kabilah ‘Abdul Asyhal dari kalangan Anshar. Terkenal kejahatan dan penentangannya terhadap dakwah Islam. Namun, tatkala Sahabat bergerak menuju Uhud, Allah Yang Mahabijaksana dan memiliki petunjuk, memberinya ilham sehingga hatinya ridha meneriman Islam dan Iman.

Ia tergerak ikut berjihad. Setelah peperangan Uhud reda, didapati Ushairin menderita luka parah. Seorang sahabat bertanya: “Wahai Ushairin, apa yang mendorongmu untuk ikut berperang, membela kaummu atau karena kecintaan pada Islam?”

Ushairin menjawab: “Bahkan karena kecintaanku pada Islam.”  Sebelum kematiannya, ia sempat meminta agar disampaikan keislaman dan salamnya kepada Nabi SAW. Demikianlah Allah menunjuki hati hamba-Nya dan ia pun  tercatat sebagai syahid.

Maka wajib memurnikan niat ibadah dari tujuan selain mengharap ridho Allah. Firman Allah Ta’ala: “Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, dalam (menjalankan) agama yang lurus” (QS. Al-Bayyinah: 5)

Jika seseorang berniat mengerjar Dunia, mungkin ia akan mendapatkan. Tetapi orang yang berniat Akhirat, maka ia akan mendapatkan keduanya. Firman Allah Ta’ala :

“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (Dunia), maka kami segerakan baginya. Kemudian kami sediakan baginya (di Akhirat) Neraka Jahannam. Dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barangsiapa menghendaki Akhirat serta berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, dia beriman, mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik (QS. Al-Israa: 18 -19).

(Wakil Divisi Penjamin Mutu Pendidikan (PMP) di Pesantren “Darul Mursyid”, Tapanuli Selatan)

  • Bagikan