Mandi Di Sungai Dunia

  • Bagikan

Setiap anak keturunan Adam pasti pernah melakukan kesalahan dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang mau bertobat” (HR al-Hakim)

Islam hadir untuk menghilangkan kedekilan dan kedegilan. Ajaran Islam menghilangkan kedekilan terlihat dalam setiap awal bab Fiqh yang dibahas adalah Thaharah (bersuci).

Selain itu, Islam pun menghilangkan kedegilan dalam makna kejahatan ataupun dosa. Islam bertujuan sebagaimana hadits Nabi untuk penyempurnaan akhlaq (makaarimal akhlaq). Karena itu, salah satu jalan Islam ialah tazkiyatun Nafs (penyucian jiwa) baik dari sifat buruk dan dosa.

Dalam membahas Thaharah, air punya peran penting digunakan sebagai media untuk bersuci. Air memang dikenal sebagai media pembersih. Dalam menghilangkan dosa, Islam pun sering mengibaratkan air atau sungai.

Sebagaimana Nabi memisalkan shalat 5 waktu ibarat sungai penghapus dosa: “Tahukah kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah seorang di antara kalian, lalu ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali, apakah akan tersisa kotorannya walau sedikit?” Para sahabat menjawab, “Tidak akan tersisa sedikit pun kotorannya.” Beliau berkata, “Maka begitulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah menghapuskan dosa” (HR. Bukhari Muslim).

Bicara tentang sungai, Ibnu Qayyim dalam Madarijus Salikin membuat permisalan tentang sungai dan pembersihan. Beliau berkata, “Orang-orang berdosa punya tiga sungai besar yang bisa digunakan untuk membersihkan dosa-dosanya di dunia. Jika belum juga bersih, maka mereka akan dibersihkan di sungai neraka di Hari Kiamat.

Tiga sungai itu adalah sungat taubatan nasuhah, sungai kebaikan-kebaikan yang melimpah ruah dan menghanyutkan berbagai macam kesalahan di sekitarnya dan sungai musibah dan cobaan yang menghapus semua dosa. Jika Allah menghendaki suatu kebaikan pada diri hamba-Nya, maka Dia memasukkannya ke dalam salah satu sungai ini, sehingga dia datang pada Hari Kiamat dalam keadaan bersih, sehingga tidak memerlukan cara pensucian yang keempat.

Pertama, Taubat Nashuha. Setiap orang pasti pernah berdosa. Sehingga Manusia terbaik adalah manusia yang bertobat. Rasulullah SAW bersabda: ”Setiap anak keturunan Adam pasti pernah melakukan kesalahan dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang mau bertobat” (HR al-Hakim).

Allah SWT memerintahkan kepada ummat manusia, khususnya bagi yang masih memiliki iman untuk senantiasa melakukan taubatan nasuha. “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya)…” Sehingga pada hakikatnya orang bertaubat adalah orang yang beriman itu sendiri.

Bahkan Rasulullah SAW yang ma’shum mencontohkan pentingnya memohon ampun dan taubat kepada Allah.  Rasulullah saw. Bersabda: ”Wahai manusia,bertaubatlah engkau kepada Tuhanmu, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada-Nya seratus kali setiap hari” (HR. Ibn Hibban).

Langkah pertama bagi seorang untuk bertaubat ialah menyesali segala dosa yang terlanjur dilakukan. Rasulullah saw bahkan bersabda ,” Penyesalan adalah taubat” (HR Ahmad dll) dan menghadirkan niat dan azzam untuk tidak mengulangi lagi perbuatan-perbuatan dosa. Selanjutnya,berupaya untuk melepaskan diri dari perbuatan-perbuatan dosa tersebut.

Kedua, Kebaikan-kebaikan yang Menghapus Keburukan. Ada beberapa hal yang tertera dalam hadist Nabi yang dapat menghapuskan dosa. Di antaranya, a) Menyempurnakan Wudu’. “Ketika seorang Muslim atau mukmin membasuh wajahnya (dalam wudu’), maka akan keluarlah segala keburukan yang pernah ia saksikan dengan kedua matanya, dari wajahnya itu bersamaan dengan air atau tetesan air yang terakhir.

Ketika ia membasuh kedua tangannya, maka akan keluarlah yang pernah disentuholeh tangannya bersama air atau tetesan air yang terakhir, ketika ia membasuh kedua kakinya maka akan keluarlah segala keburukan yang pernah dilakukan oleh kedua kakinya bersama air atau tetesan air yang terakhir, sehingga ia akan keluar (selesai dari wudu’) dalam keadaan bersih dari dosa-dosa” (HR Ibnu Huzaimah).

b) Rajin ke Masjid. “Maukah kalian aku tunjukkan kepada suatu perbuatan yang menjadikan Allah menghapus dosa kalian dan mengangkat derajat kalian? Para Sahabat menjawab,Mau, wahai Rasulullah!” Rasulullah pun bersabda, Menyempurnakan wudhu dan banyak melangkah ke masjid (untuk melakukan shalat berjamaah)!”

c) Membantu orang yang kesulitan. “Ada seorang saudagar yang menghutangi orang-orang. Namun, ketika ia melihat orang yang dihutanginya itu berada dalam kesulitan, maka ia pun berkata kepada para pembantunya, “Hapuskan saja hutangnya, mudah-mudahan dengannya Allah berkenan menghapuskan dosa-dosa kita!” maka Allah pun menghapuskan dosa saudagar itu!“ (HR Bukhari)

d) banyak berzikir di antaranya, “Barangsiapa yang mengucapkan Subhanaal wa bihamdihi, sebanyak seratus kali setiap harinya, maka kesalahan-kesalahannya akan dihapuskan oleh Allah, meskipun kesalahannya itu seperti buih di lautan” (HR Ahmad).

e) Sedekah: ”Sedekah itu dapat memadamkan kesalahan, sebagaimana air memadamkan api” (HR at-Turmudzi). f) Kebaikan lain seperti menghadiri majlis Zikir, puasa arafah dan Asyura dan sebagainya.

Ketiga, Musibah. Sesungguhnya musibah yang menimpa orang beriman jika disikapi dengan kesabaran adalah saran untuk menghapuskan dosanya. “Tidaklah seseorang Muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya” (HR. Bukhari).

Datangnya musibah-musibah itu adalah nikmat, Karena ia menjadi sebab dihapuskannya dosa-dosa. Ia juga menuntut kesabaran sehingga orang yang tertimpanya justru diberi pahala. Musibah itulah yang melahirkan sikap kembali taat dan merendahkan diri di hadapan Allah ta’ala serta memalingkan ketergantungan hatinya dari sesama makhluk, dan berbagai maslahat agung lainnya yang muncul karenanya.

Semoga Allah mengizinkan kita untuk menikmati sungai pembersihan di dunia saja.  Allahummaj ‘alna min at-tawwabin waj ‘alna min al-mutathohirin waj ‘alna min ‘ibadika ash-sholihin. Wallahua’lam. (Pengurus Mathla’ul Anwar Sumatera Utara)

Penulis: Oleh Islahuddin Panggabean
  • Bagikan