Kurban Memperkokoh Keimanan

  • Bagikan

Dan bagi tiap-tiap umat telah kami syari’atkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang telah dikaruniakan Allah kepada mereka berupa hewan ternak, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan (sampaikan Muhammad) berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh kepada Allah SWT” (Q.S Al-Hajj:34).

Ibadah kurban memiliki banyak keunggulan dalam perspektif keagamaan, keunggulannya tidak hanya sekedar untuk membagi-bagikan daging hewan qurban, namun memiliki pembelajaran yang sangat berharga untuk memperkokoh keimanan, sehingga manusia mendapat predikat takwa.

Sudah menjadi sebuah kelaziman, bahwa untuk melaksanakan ibadah Kurban, tidak diperkenankan untuk menggunakan harta yang tidak bersih, agar kurban yang bersih tersebut mampu mengisi kekosongan hati, sehingga terisi dengan cahaya iman yang terus menerangi setiap perjalanan hidup manusia.

Menyembelih hewan karena Allah SWT, bukanlah hal yang akan membuat kita ‘rugi’ lantaran harus mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli hewan qurban, karena jika kita berkurban, Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang luar biasa di Akhirat kelak.

Berkurban adalah simbol dari kehidupan ummat yang bertaqwa, bahwa hidup memerlukan keyakinan atau kekokohan iman. Pengorbanan untuk meraih peringkat takwa merupakan hal yang mutlak dilakukan oleh Muslim benar-benar beriman.

Ibadah kurban tidak hanya sekedar mengorbankan hewan qurban, namun sebagai simbol ketaqwaan kepada Allah SWT. Pada saat kita menanamkan keimanan dalam jiwa, maka akan tumbuh dan terus berkembang, dan pada saat kita terus merawat keimanan, maka hasilnya pun akan lebih banyak.

Yang paling terpenting adalah yakin kepada kekuasaan dan pertolongan Allah SWT. Pada saat Nabi Ibrahim as hendak ingin menyembelih putra kesayangannya, nabi Ibrahim sudah benar-benar yakin dan optimis tanpa keragu-raguan sedikitpun, karena perintah Allah SWT adalah menjadi satu kewajiban yang harus dijalankan.

Kekokohan iman Nabi Ibrahim as memang tidak diragukan, ia adalah sebagai sosok manusia yang penuh pengorbanan, kesabaran untuk mengharapkan ridha-Nya. Kesabaran dan pengorbanan Nabi Ibrahim as untuk mengharapkan ridha Allah SWT merupakan suri tauladan bagi ummat Islam.

Agar umat Islam tidak terlena dengan budaya menyebabkan lemahnya keimanan seorang Muslim, sebab umat Islam tidak akan pernah bangkit dan mengalami kemajuan yang hakiki, kecuali dengan keimanannya.

Nabi Ibrahim as dikenal sebagai sosok yang terus berjuang untuk mempertahankan keimanannya kepada Allah SWT, meski dengan godaan syetan yang terkutuk terus mengintainya, nabi Ibrahim tidak pernah luput ingatanya kecuali kepada Allah SWT.

Ajaran nabi Ibrahim lebih menekankan kepada ilmu ke-Tuhanan yang bertujuan untuk mengesakan Allah SWT. Kekokohan iman nabi Ibrahim tidak pernah luluh, walau dalam kondisi yang sangat genting, ia tetap dengan keimanannya.

Berdasarkan catatan dalam sejarah Islam, nabi Ibrahim dalam memperkokoh keimanan umatnya, menghabiskan waktu yang cukup lama, bahkan di akhir dari dakwahnya, justru ia dipaksa oleh Raja Namrudj untuk menceburkan dirinya dalam kobaran api.

Namun api tak mau membakar nabi Ibrahim as karena ia memiliki kekokohan iman. Sebuah perjuangan yang penuh dengan tantangan dan cobaan, namun mendapatkan hasil yang kurang maksimal. Meskipun faktanya demikian, nabi Ibrahim tidak pernah bosan dalam berdakwah.  Kisah ini menunjukkan, bahwa betapa pentingnya kekokohan iman dalam kehidupan yang serba fana ini.

Kurban merupakan ibadah sunnah yang diujikan kepada orang-orang yang beriman, agar tetap dalam keimanannya. Meskipun terkadang ujian yang dihadapi sangat pahit, di tengah-tengah sulitnya perekonomian, manusia tidak boleh terpana dengan harta, meskipun hartanya didapat dengan kerja keras.

Manusia tidak boleh menganggap bahwa harta yang dihasilkannya mutlaq menjadi miliknya, dalam kondisi apapun kita tetap saja dianjurkan berqurban untuk membuktikan tingginya loyalitas keimanan kita kepada Allah SWT, sehingga mendapatkan derajat takwa yang didambakan oleh setiap orang yang melakukan ibadah kurban.

Kisah Nabi Ibrahim as dan perjuangannya dalam meraih ridha dari Allah SWT, tidak hanya sebatas berkorban, namun mengandung pesan sekaligus tausiyah bagi manusia, bahwa manusia diciptakan mutlaq hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT, tidak ada hak manusia untuk tidak patuh kepada perintah Allah SWT, walau hanya sejam, semenit, bahkan satu detik.

Manusia tidak diperkenankan untuk memperbuat larangan dari pada Allah SWT, sebagaimana  Firman Allah dalam Al-Qur’an: “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (QS. Az-Zariyat: 56).

Tujuan Allah menciptakan jin dan manusia semata-mata hanya untuk mengabdi kepada-Nya. Dalam pelaksanaan ibadah ini, sejatinya dilakukan dengan penuh keta’atan dan keimanan yang kokoh. Jadi segala sesuatu aktifitas yang dilakukan manusia, hendaknya diniatkan sebagai ibadah, agar mendapat keridhaan dari Allah SWT.

Upaya manusia untuk berpegang teguh keimanannya merupakan hal yang mutlaq. Sebagai hamba Allah tidak boleh berputus asa dalam meraih ridha Allah SWT, tugas manusia hanyalah berikhtiar, sedangkan ketentuan berada pada kekuasaan Allah SWT.

Lihat saja sejarah nabi Ibrahim AS, meskipun ia sudah lama berjuang untuk memperjuangakan dakwahnya, namun perjuangannya berujung kepada kegagalan, karena semuanya tergantung kepada Allah SWT. Allah Mahamengetahui dan Mahabijaksana terhadap setiap keputusannya, yang terpenting adalah bertawakkal yaitu menyerahkan semuanya kepada Allah SWT.

Firman-Nya dalam Al-Qur’an: “Katakanlah: ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)’.” (QS. Al-An’am: 162-163).

(Guru Pesantren Modern Unggulan Terpadu Darul Mursyid/PDM Tapanuli Selatan)

  • Bagikan