Menu
Pusat Berita dan Informasi Kota Medan, Sumatera Utara, Aceh dan Nasional

Kekuatan Niat

  • Bagikan

Oleh Tantomi Simamora

Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kajian tentang niat adalah hal yang paling utama dalam semua aktifitas sehingga para ulama fikih juga menganggap akan sia-sia suatu amal perbuatan tanpa niat. Jika kita menghendaki amal perbuatan kita menjadi ibadah, maka harus disertai dengan niat yang ikhlas.

Niat sesungguhnya ialah konsep atau perencanaan matang dari dalam diri tentang perbuatan yang akan dilakukan. Sehingga dengan perencanaan yang matang,maka akan menuai kekuatan untuk menentukan keberhasilan atau sebaliknya. 

Namun dalam meluruskan niat agar tepat sasaran dan menjadi sebuah kekuatan yang dahsyat, tidaklah semudah yang kita bayangkan, harus membersihkan hati terlebih dahulu. Jika hati telah bersih, tentunya akan lebih mudah untuk mewujudkan karakter yang baik, karena perbuatan yang baik hanya berasal dari hati yang baik. Satu-satunya yang dapat membersihkan hati adalah mengisi hati dengan zikir atau mengingat Allah SWT.

Berzikir kepada Allah SWT adalah bukti kecintaan kita kepada Allah Yang Mahakuasa, dengan memperbanyak mengingat-Nya, maka Allah akan selalu mengingatnya, tentu dengan segala perhatian yang penuh dengan kasih sayangnya Allah sebagai Yang Mahacinta, kasih dan memiliki keagungan untuk memberi pertolongkan kepada siapa pun yang Ia kehendaki.

Zikir adalah sarana membangun cinta dengan Allah. Apabila terjalin kemesraan dengan Allah SWT, karena hambanya selalu mengingat-Nya, pada gilirannya akan mendapat perlindungan dari Allah SWT yang berujung kepada keberkahan hidup.

Apabila zikir terus terpatri dalam jiwa kita, maka akan membawa kepada suasana yang nyaman, dan kenyamanan itu tidak ada batasnya, sepanjang zikir menyertai hati kita, hati akan terus terjaga dari segala penyimpangan prilaku yang tidak sesuai dengan fitrahnya manusia.

Di antara bukti cinta manusia kepada Allah adalah kemauannya yang tulus untuk selalu menghadirkan-Nya lewat ucapan (dzikir) maupun lewat tindakan dengan mengikuti perintahNya. Firman Allah dalam Al-Qur’an: “Hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram” (QS. Al-Ra’d : 28).

Tindakan dari orang yang beriman untuk mengikuti perintah-Nya akan mendekatkan seseorang kepada Tuhannya, mendapatkan ridho-Nya, serta dijanjikan ketentraman hati yang tentunya akan berdampak pada kehidupan yang berkah, damai dan sejahtera.

Jadi, jangan biarkan hatimu hampa dari dzikir kepada Allah meski sedang ”hampa” karena kehilangan kekasih atau pujaan hati. Dzikir kepada Allah akan membantumu meringankan beban kehilangan tersebut, karena masih ada Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang mencintaimu setiap saat, baik sebagai muslim yang beriman  maupun sebagai manusia.

Zikir merupakan pintu utama menuju Allah, zikir akan senantiasa terbuka lebar. Pintu ini selalu terbuka selama tidak terkunci oleh kelalaian orang yang bersangkutan, maka temukanlah kenyamanan hidup dengan  mengingat Allah SWT.

Niat yang tulus tentunya berasal dari hati yang ikhlas. Kemudian ikhlas akan melahirkan energi dahsyat. Karena itu seseorang yang bekerja dengan niat ikhlas, ia tidak akan pernah merasa lelah, kecewa apalagi putus asa, justru ia akan menikmati semua pekerjaan dengan hati yang tulus dan sabar.

Niat yang baik melahirkan mental yang kuat untuk menghadapi segala fenomena kehidupan yang penuh dengan ujian. Intinya  Niat yang baik tentunya akan menjanjikan hasil yang baik dan penuh manfaat.

Sebaliknya, niat buruk dan tidak ikhlas justru akan merusak suasana hati sehingga tidak pernah nyaman dengan semua aktivitas. Akibatnya ia akan mengalami frustasi apabila ia tidak mencapai keinginan-keinginannya.

Ketika hati telah kotor, maka akan mudah saja berbuat dosa, tetapi jika kita terus berupaya untuk membersihkannya, maka akan mudah sekali diarahkan kepada kebenaran. Contoh, jika kita sedang melakukan sesuatu hal yang buruk, maka pertama kali tanyakan pada hati kecilmu, apakah perbuatan itu benar atau salah?

Hati kecil kita pasti akan berbicara “itu perbuatan yang salah“, namun karena adanya pengaruh keburukan atau godaan syetan, maka kita terkadang melakukan hal buruk yang dilarang oleh Allah Swt. Padahal kita sudah paham bahwa perbuatan itu adalah salah.

Maka niat yang ikhlas sangat tergantung pada hati yang bersih sehingga bagi orang yang beriman sebelum melaksanakan amal perbuatan agar terlebih dahulu membersihkan hati. Hati itu memang sangat kecil, tetapi ia memiliki energi yang sangat kuat untuk berbuat baik dan buruk.

Tergantung kemana kita bisa kendalikan. Seandainya kita bisa mengendalikan tubuh kita dengan hati, maka akan baiklah seuruh tubuh, namun sebagian kita tidak sadar sudah terjerumus ke dalam bisikan syetan. Maka dalam sebuah hadis disebutkan:

Ketahuilah sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal dagingJika daging itu baik, maka akan baik seluruh tubuh manusia. Namun jika segumpal daging itu buruk, maka buruklah seluruh tubuh manusia. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati manusia (HR. Bukhari dan Muslim).

(Guru Pesantren Modern Unggulan Terpadu Darul Mursyid/PDM Tapanuli Selatan)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *