Di Antara Dua Mudik

  • Bagikan

Oleh Prof Dr Abdullah Jamil, M.Si

Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah saja” (QS. An-Naba’:40)

Ada dua tempat tujuan mudik atau pulang kampung sebenarnya; mudik ke kampung di dunia, yaitu kampung tempat kita lahir dan mudik ke kampung akhirat (darul akhirah), yaitu tempat manusia semua berkumpul dan kembali kepada Allah SWT. Meninggal dunia adalah awal atau proses dari mudik menuju kampung Akhirat.

Keinginan mudik atau pulang ke kampung ketika seseorang masih hidup di dunia, khususnya menjelang atau saat Idul Fitri adalah fitrah manusia. Hal ini karena ada kerinduan pada setiap orang terhadap kampung halaman atau tempat asal kelahirannya. untuk bertemu dengan orangtua atau sanak saudara.

Karena kerinduan itu, maka orang berusaha untuk mudik dengan menggunakan berbagai kenderaan. Jenis kenderaan yang digunakan berkaitan dengan tingkat kemampuan dan kesuksesan setiap pemudik di perantauan.

Para pemudik juga harus membawa perbekalan yang cukup serta harus membawa oleh-oleh untuk keluarga dan masyarakat di kampung halamannya. Mudik tanpa membawa bekal dan oleh-oleh kurang berwibawa di tengah keluarga dan masyarakat serta kurang mendapat sambutan. Mudik perlu modal, bekal dan persiapan memadai agar memperoleh sambutan dan penghargaan.

Mudik Akhirat, yaitu mudik kembali untuk bertemu dengan Allah sebagai asal semua manusia. Mudik ini meninggalkan kampung dunia menuju kampung Akhirat. Semua orang akan mudik untuk kembali kepada Allah tanpa kecuali, apakah mereka memiliki persiapan dan bekal atau tidak.

Saat ini, sebagian orang telah mudik-kembali kepada Allah dan sedang istirahat di alam kubur (barzakh), menunggu hari berbangkit. Kita yang masih hidup, secara bergiliran sesuai waktu yang ditentukan oleh Allah SWT sedang menjalani proses mudik, yaitu mudik menuju alam Kubur dan pada waktunya nanti sampai di alam Mahsyar.

Selanjutnya semua akan berkumpul di kampung Akhirat, di padang Mahsyar, akan dihisab dan ditimbang setiap amal perbuatan. Tidak ada suatu perbuatan pun luput dari pengadilan Ilahi. Perbuatan baik akan dibalas kebaikan dan perbuatan buruk akan mendapat balasan yang setimpal (QS.Al-Zalzalah: 7-8).

Modal atau perbekalan yang diperlukan untuk sukses mudik ke kampung Akhirat hanya dua, yaitu membawa iman dan amal saleh atau amal kebajikan. “Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu penghuni Surga. Mereka kekal di dalamnya (QS. Al-Baqarah: 82).

Beruntunglah orang yang beriman kepada Allah SWT sebagai penguasa dan pemilik kampung Akhirat dan selalu berbuat kebajikan baik dalam konteks vertikal maupun horizontal. Sebaliknya celakalah mereka yang kufur atau ingkar kepada Allah dan gemar melakukan maksiat dan melanggar hukum.

Bagi kaum yang kafir, ingkar dan keliru dalam beriman, mereka di Akhirat menyesal menjadi manusia dan mereka berkata: “Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah saja” (QS. An-Naba’:40). Sementara kelompok lainnya ada yang meminta kembali ke dunia untuk beramal saleh (QS. Al-Mukminun: 99-100). Namun permintaan tersebut adalah sia-sia. Itulah penyesalan pemudik yang tidak bisa diperbaiki lagi.

Mudik menuju kampung akhirat selain membawa iman juga harus membawa amal saleh. Berulang kali Allah menyandingkan antara iman dan amal soleh. Amal adalah penggunaan daya, yaitu daya pikir, daya kalbu dan daya gerak.

Dengan daya tersebut manusia melakukan hal-hal yang diperintah atau dianjurkan dalam agama. Melaksanakan yang diperintah seperti shalat, puasa, membayar zakat dan menunaikan ibadah haji serta berbuat ihsan (kebaikan) sepanjang hidup.

Allah SWT menyambut dengan sambutan yang mesra bagi pemudik yang beriman dan beramal saleh serta dapat mengendalikan nafsunya dengan berpuasa Ramadhan. Melalui puasa jiwa mereka telah terdidik dan terlatih untuk selalu taat dan patuh kepada pencipta, pengatur dan pemelihara alam ini.

Allah akan menyambut pemudik Akhirat, seperti disebutkan dalam surah Al-Fajar ayat 27-30, yang artinya: Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam Surga-Ku”.

Pemudik Akhirat akhirnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu golongan kanan (ashhabul yamin) dan golongan kiri (ashhabul shimal). (QS.Al-Waqi’ah: 90-91). Golongan kanan adalah penghuni Surga, wajah mereka berseri-seri, mareka puas, bahagia dan tempat mereka di dalam Surga. Sedangkan golongan kiri, mereka adalah orang-orang kafir, ahli maksiat dan mereka menyesal, dengan wajah tertunduk dan tempat mareka dalam neraka.

Akhirnya perlu kita sadari bahwa mudik atau pulang ke kampung di dunia bisa kita lakukan berkali-kali. Jika kali pertama kurang persiapan, kita bisa bekerja lebih keras lagi sehingga mudik tahun berikutnya menjadi sukses. Tetapi mudik ke negeri Akhirat hanya sekali saja.

Sebab itu, mari kita manfaatkan puasa Ramadhan tahun ini yang masih tersisa untuk lebih giat beribadah sebagai bekal untuk sukses mudik ke Akhirat. Banyak orang menyesal di Akhirat kelak dan mereka minta kembali ke dunia untuk beramal soleh. Hal itu hanya ilusi. Semoga kita sukses mudik di dunia, mudik hari Raya Idul Fitri tahun ini dan sukses pula mudik kembali kepada Allah SWT.

(Guru Besar Fakultas Dakwah dan Komunikasi UINSU Medan, Ketua Umum Pimpinan Pusat Forum Silaturrahim BKM Indonesia)

  • Bagikan