Oleh Prof Dr Faisar A. Arfa, MA
“Dan kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani Israil berkata, “Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala).” Musa menjawab, “Sesungguhnya kalian ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan).” Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang selalu mereka kerjakan. Musa menjawab: “Patutkah aku mencari Tuhan untuk kamu yang selain dari pada Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat. Dan (ingatlah hai Bani Israil), ketika Kami menyelamatkan kamu dari (Fir’aun) dan kaumnya, yang mengazab kamu dengan azab yang sangat jahat, yaitu mereka membunuh anak-anak lelakimu dan membiarkan hidup wanita-wanitamu. Dan pada yang demikian itu cobaan yang besar dari Tuhanmu”. Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya, yaitu Harun, “Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, perbaikilah, dan jangan kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan” (QS. Al-A’raf: 138-142)
Setelah Allah membalas Fir’aun dan balatentaranya dengan menenggelamkan mereka di depan mata Bani Israil; mereka kemudian menuju ke arah Timur setelah menyebrangi laut Al-Quran menceritakan tentang permintaan Bani Israil kepada Musa as setelah mereka menyeberangi lautan itu, dan mereka menyaksikan beberapa ayat kebesaran Allah dan kebesaran kekuasaan-Nya dengan mata kepala mereka sendiri. Setelah mereka sampai dari tempat menyeberang mereka bersua dengan suatu kaum yang sedang menyembah berhala.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa kaum tersebut menyembah berhala yang berbentuk sapi. Karena itulah maka hal tersebut belakangan memberikan pengaruh kesyubhatan bagi kaum Bani Israil dalam penyembahan mereka terhadap anak sapi. Sesudah peristiwa tersebut adakah kejahilan yang lebih besar daripada kejahilan orang tentang tuhan dan penciptanya dan dia ingin menyamakanNya dengan selainNya yang tidak dapat mendatangkan manfaat, mudarat, kematian, kehidupan dan kebangkitan?
Mereka berkata: “Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah berhala sebagaimana mereka mempunyai beberapa berhala. Musa menjawab, “Sesungguhnya kalian ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)”. Yaitu kalian tidak mengetahui keagungan dan kebesaran Allah serta hal yang wajib dipisahkan dariNya berupa sekutu dan tandingan Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya) yakni dibinasakan dan akan batallah apa yang selalu mereka kerjakan).
Kebodohan apa yang melebihi kebodohan seseorang sampai tidak mengenal Tuhannya dan Penciptanya serta berkeinginan untuk menyamakan yang lain dengan-Nya. Padahal yang lain itu tidak berkuasa memberi manfaat dan menghindarkan bahaya, serta tidak berkuasa menghidupkan, mematikan dan membangkitkan.
Nabi Musa as berusaha mencegah keinginan mereka dan dengan nada mencela, dia menjawab, sungguh, kamu orang-orang yang bodoh, tidak memahami keagungan Allah dan tidak mengetahui bahwa yang patut disembah hanyalah Tuhan Yang Maha Esa. Yang mereka lakukan itu tentu tidak benar, dan sebagai akibatnya, sesungguhnya mereka para penyembah berhala yang kamu lihat tekun itu akan dihancurkan apa yang sedang mereka anut. Yaitu akan punah kepercayaan dan ajaran syirik mereka, dan akan sia-sia, tidak bermanfaat sedikit pun, apa yang selalu mereka kerjakan, sebab sembahan itu tidak dapat menyelamatkan mereka dari siksa Allah ketika datang.
Selanjutnya dia, yakni Nabi Musa as berkata, “Pantaskah aku mencari tuhan untukmu selain Allah”. Padahal seandainya tidak ada anugerah-Nya kepada kamu selain bahwa dia yang telah menciptakan dan melebihkan kamu atas segala umat pada masa itu, dengan diturunkan banyak nabi dari kalangan kamu dan keutamaan lainnya. Maka cukup sudah itu menjadi kewajaran bahkan kewajiban bagi kamu untuk beribadah dan mengabdi kepada-Nya saja.
“Dan ingatlah, wahai Bani Israil, ketika kami menyelamatkan kamu dari siksaan para pengikut Fir’aun, yang menyiksa kamu dengan siksaan yang sangat berat” atas perintah Fir’aun. Kamu dipaksa melayani mereka untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kasar dan sulit. Bahkan, di mata mereka, kamu seperti binatang, tidak mempunyai kehormatan sedikit pun. Di antara bentuk siksaan itu, mereka membunuh anak-anak laki-lakimu dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu. Dan pada yang demikian itu merupakan cobaan yang sangat besar dari tuhan pemelihara kamu, yang tidak ada ujian dan cobaan seberat itu.
Dan kami telah menjanjikan kepada Nabi Musa untuk bermunajat kepada Kami dan Kami memberikan kitab Taurat setelah berlalu waktu tiga puluh malam. Dan untuk melengkapi ibadahnya, kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh malam lagi, maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan tuhan pemeliharanya, yaitu empat puluh malam. Dan ingat juga ketika Nabi Musa berkata kepada saudaranya, yaitu nabi Harun, sebelum keberangkatannya untuk memenuhi janji itu, gantikanlah aku dalam memimpin kaumku sampai aku kembali, dan perbaikilah dirimu dan kaummu, dan janganlah engkau mengikuti jalan orang orang yang berbuat kerusakan.
“Dan telah Kami janjikan kepada Musa dengan memberikan Taurat sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam”. Dan berkata Musa kepada saudaranya, yaitu Harun, “Gantikanlah aku alam (memimpin) kaumku, perbaikilah, dan jangan kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan”.
Allah SWT menceritakan perihal anugerah-Nya yang telah diberikan kepada kaum Bani Israil, yaitu berupa hidayah yang mereka peroleh, Musa a.s, diajak bicara langsung oleh-Nya dan diberi-Nya kitab Taurat yang di dalamnya terkandung hukum-hukum buat mereka dan perincian syariat mereka. Untuk itu, Allah menceritakan bahwa Dia telah menjanjikan hal itu kepada Musa selang tiga puluh hari kemudian.
Ulama tafsir mengatakan bahwa selama itu Nabi Musa as melakukan puasa secara lengkap. Setelah waktu yang telah dijanjikan itu sempurna, maka Musa bersiwak terlebih dahulu dengan akar kayu. Tetapi Allah SWT memerintahkan kepadanya agar menggenapkannya dengan sepuluh hari lagi hingga genap menjadi empat puluh hari.
Menurut kebanyakan ulama tafsir, yang tiga puluh hari adalah bulan Zul Qa’dah, sedangkan yang sepuluh hari tambahannya jatuh pada bulan Zul Hijjah. Maka saat itu Musa mengangkat saudaranya, yaitu Harun untuk menggantikan dirinya memimpin kaum Bani Israil. Musa mewasiatkan kepada saudaranya agar berbuat baik terhadap kaumnya dan tidak menimbulkan kerusakan. Hal ini semata-mata hanyalah sebagai peringatan belaka, karena sesungguhnya Harun as adalah seorang nabi yang dimuliakan oleh Allah, sama dengan kedudukan nabi-nabi lainnya.
Nabi Musa as mengalami keletihan yang luar biasa dalam menghadapi tingkah polah kaumnya Bani Israel yang tidak mampu menyerap pelajaran ketika mereka menyaksikan duel antara dirinya dengan Fir’aun dibantu dengan mukjizat dari Tuhan Yang Maha Esa. Alih alih beriman malah mereka minta dibuatkan patung untuk disembah. Satu kenaifan yang diperagakan dengan terang terangan di depan publik. Menyembah benda mati yang tidak mampu berbuat apa apa. Tidak memberi kebaikan dan bantuan apapun ketika dibutuhkan.
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.