Bahaya Sifat Hasad

  • Bagikan
Bahaya Sifat Hasad

Oleh Darwis Simbolon, S.Pd., M.Pd

“Dan janganlah kamu iri hati (hasad) terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Mahamengetahui segala sesuatu” (QS. An-Nisaa’: 32)

Hasad, dengki atau iri merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya, baik bagi pelakunya sendiri maupun orang lain. Maka tidak sepantasnya seorang muslim atau mukmin memiliki sifat hasad di dalam hatinya. Para ulama memberikan definisi yang sedikit bervariasi tentang hasad. Ada yang mengatakan bahwa hasad adalah keinginan buruk didalam hati seseorang agar nikmat orang lain berpindah kepadanya. Atau jika nikmat tersebut tidak mungkin beralih kepadanya, ia menginginkan agar nikmat tersebut hilang dari orang lain. Syaikh Utsaimin berkata, bahwa adapun kenikmatan yang dimaksud bisa berupa kedudukan, penghormatan manusia, pengaruh, harta dan bahkan ilmu.

Selanjutnya, Ibnu Taimiyah berkata bahwa hasad adalah membenci dan tidak suka terhadap keadaan baik yang ada pada orang yang dihasad. Pada akhirnya, semua definisi yang dikemukakan para ulama tersebut mengerucut pada makna yang jelas dan mudah difahami. Maka hendaknya kita berlindung dari bahaya atau buruknya sifat hasad. Begitu pula sifat hasad yang timbul dari orang lain kepada kita. Firman-Nya, “Dan dari kejahatan pengdengki apabila ia dengki” (QS. Al-Falaq: 5).

Mengapa kita harus memohon pererlindungan dari sifat hasad? Karena hampir semua manusia pernah terkena penyakit hasad. Ibnu Taimiyah dalam kitab Majmu’ Al Fatawa berkata bahwa hasad merupakan penyakit hati atau jiwa. Ia termasuk penyakit yang sangat berkuasa sehingga tidak banyak hati yang selamat darinya kecuali hanya segelintir orang yang mendapat petunjuk. Karena itu, ada ungkapan bahwa tidak ada jasad yang selamat dari sifat hasad. Hanya saja orang-orang yang buruk lagi tercela akhlaknya menampakkan sifat hasadnya dalam perkataan dan perbuatan.

Sedangkan orang-orang yang beriman dan berakhlak mulia menyadari bahayanya lalu menyembunyikannya. Hal senada dikatakan oleh Ibnu Rajab Al Hanbali bahwa hasad tertanam sebagai tabiat manusia, yaitu seseorang yang membenci jika ada orang lain yang menyamainya. Terlebih orang tersebut mengungguli dan memiliki keutamaan lebih darinya. Karena hasad adalah tabiat manusia, hendaknya kita berdoa dan berusaha mengikis sifat hasad dari dalam hati masing-masing. Firman-Nya, “Janganlah Engkau membiarkan tumbuh kedengkian (hasad) di dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Wahai Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Mahapenyayang” (QS. Al-Hasyr: 10).

Maka ketika sifat hasad tersebut menyerang atau perlahan masuk kedalam hati, harus ada penolakan atau semacam peperangan batin melawan dorongan hasad agar tidak terwujud dalam perkataan, sikap dan perbuatan. Karena di situlah terlihat perbedaan orang yang buruk akhlaknya dengan orang yang beriman lagi berakhlak mulia. Selain itu, kita juga harus banyak menuntut ilmu agama agar iman semakin kuat. Karena pada dasarnya, seseorang yang mudah terpengaruh untuk memperlihatkan hasadnya kepada orang lain adalah pribadi yang lemah iman. Maka tidak sepantasnya kita cemburu, marah bahkan melakukan kezaliman kepada orang lain.

Kalaupun kita ingin sekali mendapatkan sesuatu sebagaimana orang lain, bukankah Allah memerintahkan agar kita mendoakan kebaikan bagi saudara kita atau meminta karuni-Nya. Karena seseorang yang ikhlas mendoakan kebaikan bagi saudaranya, malaikat pun mendoakan kebaikan yang semisal baginya. “Tidaklah seorang hamba Muslim yang berdoa (kebaikan) untuk saudaranya yang tidak ada dihadapannya, melainkan Malaikat berkata, dan untukmu seperti doamu” (HR. Muslim).

Kita perlu belajar agama secara terus-menerus bahkan sampai ajal menjemput. Hal ini bertujuan agar kita semakin waspada bahwa betapa besarnya bahaya yang ditimbulkan oleh sifat hasad. Tidakkah kita sadar bahwa hasad merupakan maksiat pertama yang terjadi di muka bumi. Sebagaimana kisah kedua putra Nabi Adam as yaitu Habil dan Qabil. Dimana Qabil tega membunuh adik kandungnya sendiri lantaran hasad kepada Habil. Hal ini seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi kita semua agar tidak menuruti dorongan hasad kepada siapapun. Berikut ini adalah beberapa bahaya yang ditimbulkan oleh sifat hasad.

Pertama, menyadari bahwa hasad akan memakan, membakar atau menghilangkan pahala-pahala amal kebaikan seseorang. Jadi, jika ada seseorang yang gemar bersedekah, salat malam, berpuasa dan amal kebaikan lainnya, namun masih memendam hasad di dalam hatinya. Maka pahala kebaikannya akan berpindah kepada orang yang dihasadi. Alangkah merugi dan celakanya seseorang yang menaruh hasad kepada orang lain. Nabi SAW bersabda, “Jauhilah hasad (dengki), karena hasad dapat memakan kebaikan seperti api yang memakan kayu bakar” (HR. Abu Dawud).

Karena itu, sifat hasad bisa merugikan dan membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Hendaknnya kita selalu ingat pesan Nabi SAW bahwa salah satu kunci kebaikan manusia adalah tidak hasad atau mendengki. Sabdanya, “Manusia akan selalu dalam keadaan baik, selama ia tidak dengki-mendengki” (HR. Thabrani)

Kedua, menyadari bahwa sifat hasad adalah watak asli orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya, “Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya” (QS. Ali Imran: 120). Jadi, bagaimana mungkin kita sebagai orang-orang yang beriman dan mengikuti petunjuk Nabi SAW mau atau rela mengikuti watak buruk atau kebiasaan orang-orang Yahudi. Padahal mereka adalah kaum atau golongan yang dimurkai oleh Allah SWT. Karena itu, kita harus menyelisihi mereka dan berusaha mengikis sifat hasad dari dalam diri masing-masing. Firman-Nya, “Apakah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya” (QS. An-Nisaa’: 54)

Ketiga, menyadari bahwa sifat hasad akan menyakiti diri sendiri dan muslim lainnya. Padahal kita tidak diperbolehkan menyakiti manusia terlebih sesama saudara muslim. Disinilah keindahan agama Islam yang mengajarkan agar kita mejauhi segala bentuk keburukan khususnya hasad. Kemudian kita diperintah untuk bergaul secara makruf atau berakhlak baik kepada sesama. Karena itu, tidak dikatakan seseorang beriman dengan sempurna selama ia masih berbuat buruk atau hasad kepada saudaranya. Firman-Nya, “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata” (QS. Al-Ahzab: 58).

Keempat, menyadari bahwa hasad kepada orang lain termasuk dosa besar berupa menolak takdir Allah. Padahal Allah Maha berkehendak dan mengetahui apa yang terbaik bagi seorang hamba. Maka jangan sampai sifat hasad membutakan hati dan pikiran kita terhadap nikmat yang Allah bagi dan tentukan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Umar bin Khattab pernah berkata bahwa kemiskinan dan kekayaan adalah dua tunggangan. Aku tidak perduli mana yang Allah berikan kepadaku. Jika diberikan kekayaan, maka bersyukur. Jika diberikan kemiskinan, maka bersabar. Maka tidak ada yang bisa menolak ketetapan Allah walaupun manusia sepenuh bumi hasad atau iri. Firman-Nya, “..dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (QS. Az-Zukhruf: 32).

Hasad adalah penyakit hati yang sangat berbahaya dan rentan menjangkiti siapapun. Maka tidak ada cara lain selain berdoa dan berusaha agar dijauhkan dari sifat hasad. Setidak-tidaknya ada tiga ikhtiar untuk mencegah sifat hasad. Yaitu menuntut ilmu agama berupa mempelajari seluk-beluk hasad dan akibat buruknya. Kemudian berusaha mengisi waktu dengan amal saleh agar bisa menepis penglihatan dan pendengan yang mengarah pada hasad kepada orang lain. Dan yang terakhir adalah berdoa kepada Allah agar dikaruniai sifat-sifat baik dan dijauhkan dari perangai yang buruk. Mudah-mudahan Allah senantiasa membimbing dan menjauhkan kita dari sifat hasad. “Ya Allah, tambahkanlah karunia-Mu kepada saudaraku dan berilah aku karunia yang lebih utama darinya.” Aamiin.

Wakadiv Office of International Affairs (OIA) Pesantren Darul Mursyid, Tapanuli Selatan.


Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Bahaya Sifat Hasad

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *