Ketua Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA), Safaruddin, S.H., M.H. (Waspada/Ist)
BANDA ACEH (Waspada): Ketua Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA), Safaruddin, S.H., M.H. meminta PT Medco E&P Malaka yang beroperasi di Aceh Timur untuk tidak menjadi sumber konflik di Aceh, dan berbagai permasalahan dengan masyarakat sekitar pertambangan Medco agar dilakukan secara persuasif dan membuat langkah preventif untuk tidak terjadi permasalahan perusahaan dengan masyarakat disekitarnya.
Permintaan ini disampaikan melalui surat terbuka yang dikirimkan kepada Presiden Direktur PT Medco E&P Malaka dan ditembuskan kepada Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) selaku regulator Migas di Aceh.
“Kami minta agar PT MEDCO E&P MALAKA dapat melakukan langkah-langkah preventif dan persuasif terhadap keluhan masyarakat yang disampaikan kepada kami, jangan sampai Medco menjadi pemicu konflik di Aceh,” tulis Safar dalam suratnya, Kamis (18/1).
YARA menerima informasi dari masyarakat sekitarnya terhadap beberapa keluhan terhadap Medco, seperti penerimaan tenaga kerja yang sangat sedikit mengakomodir masyarakat sekitar dan partisipasi lokal dalam berbagai kegiatan pemberdayaan kemitraan sangat kecil.
Kemudian timbulnya kecemburuan warga lokal lingkar tambang dengan pekerja yang dari luar. YARA menyebutkan juga danya dugaan upaya untuk mengeliminasi tenaga kerja lokal dengan berbagai operandi sehingga ada alasan untuk di eliminasi sebagai pekerja di PT MEDCO E&P MALAKA.
Sabaruddin dalam suratnya juga menyatakan berpotensi lahirnya berbagai konflik dengan warga lokal seperti yang terjadi dengan Fakruddin alias Robot dan ini dapat menganggu keamanan dan perdamaian di Aceh.
“Banyak informasi yang disampaikan kepada kami tentang keluhan terhadap Medco seperti penerimaan tenaga kerja yang kurang mengakomodir warga sekitar, partisipasi lokal dari kemitraan dengan perusaaan juga kecil, adanya kecemburuan warga lokal dengan tenaga kerja yang dari luar, dan ada upaya untuk mengeliminasi tenaga kerja lokal dan adanya konflik dengan salah satu tenaga kerja mantan kombantan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang jika tidak diselesaikan dengan persuasif dapat menimbulkan konflik,” tambah Safar.
Untuk menjaga kondusifitas keamanan dan perdamaian di Aceh, Safar juga menyampaikan kepada Presiden Direktur PT Medco E&P bahwa salah satu pemicu konflik Aceh dahulu adalah ketidak adilan pengelolaan sumber daya alam Aceh yang tidak memberikan keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat Aceh. YARA berharap agar hal tersebut tidak terjadi dengan hadirnya PT Medco E&P Malaka di Aceh.
“Kami menyampaikan kepada Presiden Direktur Medco bahwa salah satu pemicu konflik Aceh dahulu adalah ketidak adilan dalam pembagian hasil sumber daya alam di Aceh yang tidak memberikan kesejahteraan kepada masyarkat Aceh, dan jangan sampai hal ini terjadi dengan hadirnya Medco di Aceh,” tutup Safar dalam suratnya yang dikirim ke email Perusahaan Medco. (b05)