Scroll Untuk Membaca

AcehHeadlines

Warga Transmigrasi Tiro Kesulitan Air Bersih

Seorang ibu, warga transmigrasi di perbukitan Mampre, Kecamatan Tiro, Kabupaten Pidie angkut air, Kamis (13/10) Waspada/Muhammad Riza
Seorang ibu, warga transmigrasi di perbukitan Mampre, Kecamatan Tiro, Kabupaten Pidie angkut air, Kamis (13/10) Waspada/Muhammad Riza

SIGLI (Waspada): Warga Transmigrasi di Gampong Mampre, Kecamatan Tiro/Truseb, Kabupaten Pidie, kesulitan mendapat air bersih.

Untuk mendapatkan air bersih, mereka harus turun bukit untuk mengambil air di rumah warga, atau ke gampong tetangga Trieng Judo Baroh dengan jarak tempuh sekira 400 meter. Menggunakan drum, kaum ibu transmigran Mampre, Tiro mengangkut air dengan drum di atas kepala.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Warga Transmigrasi Tiro Kesulitan Air Bersih

IKLAN

Pemandangan ini sangat menyesakkan dada siapapun yang melihatnya, di mana perempuan-perempuan itu mengangkut air bersih dengan berjalan kaki, mendaki bukit Mampre.

Warga Transmigrasi Tiro Kesulitan Air Bersih
Pulang dari kebun, warga translok Mampree, Kecamatan Tiro, Kabupaten Pidie membawa pulang kayu bakar, Kamis (13/10) Waspada/Muhammad Riza

Pada sisi lain para kaum pria sibuk mengolah lahan perkebunan mereka untuk ditanami sayur, padi ladang dan tanaman lainnya. “Pak wartawan, kami di sini susah air bersih. Bukit Mampree ini kering. Sumur bor pernah digali, tetapi tidak keluar airnya,” kata Nursiah, 45, salah seorang warga Transmigrasi Mampre.

Kesulitan air bersih yang dirasakan warga sudah berlangsung sejak lama, terhitung sejak tahun 2010 saat pertama mereka ditempatkan di bukit Mampree, Kecamatan Tiro. Bahkan air bersih yang diambil dari sumur tetangga mereka harus berbagi juga dengan hewan ternak, seperti sapi dan kambing yang mereka pelihara. Menurutnya, air bersih yang diangkut dari bawah bukit digunakan untuk keperluan setiap harinya, seperti mandi, cuci piring, dan minum. “Kami pakai juga untuk hewan ternak. Kasihankan sapi dan kambing jika tidak minum. Mereka juga butuh minum,” sebutnya.

Jamal, 40, warga lainya menuturkan, di daerah transmigrasi Mampre ini ada sekira 50 Kepala Keluarga (KK). Kehidupan atau pekerjaan mereka rata-rata sibuk mengurus kebun. Mereka ada yang menanam jagung dan sebagainya. (b06)

.

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE